Warta Kayong

Media Online Pertama di Tanah Kayong

NOVEL: Mega Merah Saksi Bisu: Takdir Kehidupan Yang berliku


msb

 MEGA MERAH SAKSI BISU

 Oleh : Miftahul Huda

               SINOPSIS

Kisah Novel ini berawal saat Fery meninggalkan sang kekasih menuju Kota Jogyakarta untuk meneruskan Studi. Sedangkan Suci sang kekasihnya harus menunggu beberapa tahun lagi untuk dapat menyusul diri nya. di tempat nya yang baru Fery memiliki berbagai kesibukan, hingga suatu saat ia bertemu dengan gadis manis bernama Iis teman nya dulu ketika kecil. Dengan iis ia menjalin hubungan kerja yang cukup baik. Diam – diam dalam hati nya ia mengaggumi Iis, namun itu tak mungkin ia ungkapkan karena ia harus teguh dengan Janjinya untuk tetap setia bersama Suci.

Sang waktu pun berlalu begitu cepat, hingga Suatu saat Suci memberikan kabar bahwa ia akan menyusul Fery Kejogya. Ia juga akan meneruskan kuliah bersama nya. Dengan segenap penantian fery dengan sabar menunggu kedatangan Suci. Namun sang kekasih yang ia tunggu tiada datang. Hingga suatu hari datang satu surat kepada nya yang memberitahukan bahwa Suci beserta rombongan nya mengalami kecelakaan saat di perjalanan menuju Jogyakarta. Seketika itu juga harapan nya memudar.

Di tengah – tengah keputus asaannya, iis datang membawa cahaya untuk menerangi hidupnya yang ia rasa suram. Fery dan Iis mengikat Cinta, Dan beberapa tahun kemudian mereka menikah.

Dengan tidak di sangka – sangka tiba – tiba Suci kembali hadir di antara kehidupan Iis dan Fery. Dengan segala keujuran Suci menceritakan kisah nya yang pilu dalam mempertahankan kehormatan serta bagaimana ia memperjuangkan hidup nya hingga ia bisa sampai di Jogyakarta. Betapa terkejutnya Fery dengan kehadiran Suci, dan yang membuat ia lebih terkejut saat  Suci meminta Janji nya dahulu saat ia mengikatnya dengan Cincin dan Mega Merah yang menjadi saksi bisu.

Saudara Pembaca yang budiman, Bagaimanakah Kelanjutan kisah nya…..? jawaba nya ada pada Isi novel ini, jangan terlewatkan satu kalimatpun untuk membaca nya. 

 

 JANGAN LUPA KUNJUNGI WEB KAMI

www.klinikstudio.wordpress.com

www.filmkalbar.wordpress.com

www.youtube.com/gunthuur

www.youtube.com/studiokayong

 fb fanspage

https://www.facebook.com/Simpang.Mandiri.Production

 Fb pribadi

https://www.facebook.com/simpangmandiri

 

SEKAPUR SIRIH DARI PENULIS

 Assalamu`alaikum wr….wb…

Alhamdulillahirabbila`lamin segala puja dan puji syukur saya  haturkan kehadirat allah yang telah memberikan nikmat sehat sehingga dalam kesempatan ini saya dapat menyelesaikan Novel dengan Judul “ Mega Merah Saksi Bisu”.

Dengan nikmat sehat yang di berikan Allah merupakan satu harta paling mahal bagi kita. Kita bisa bekerja karena kita sehat, kita bisa berfikir juga karena sehat. Apapun yang kita lakukan kita mesti dalam keadaan sehat. Bersyukurlah allah masih memberikan nikmat sehat pada kita. Dengan Jasad dan Jiwa yang sehat kita bisa mengukir karya sebanyak mungkin. Dengan karya kita akan lebih termotivasi dalam menjalani kehidupan, karena karya akan membuahkan suatu hasil, baik material maupun spiritual. Salah satunya yang dapat saya rasakan sebagai seorang penulis adalah nikmatnya menyelami kalimat demi kalimat yang tertuliskan. Dengan berbagai rangkaian kalimat yang indah dan mengandung nilai – nilai kehidupan maka kita akan lebih jauh menyikapi arti hidup secara lebih mendalam. Fikiran kita akan terlatih, terasah, serta memiliki ide – ide yang cemerlang apabila kita sering membaca dan menulis serta mengapresiasikan karya.

Sebagai penulis saya berharap kepada para pembaca untuk dapat meningkatkan minat baca. Karena dengan membaca cakrawala berfikir kita akan terbuka. Seakan – akan dunia ini ada dalam genggaman tangan. Dengan membaca kita akan kaya dengan Ilmu, pengetahuan, ide, inspirasi serta banyak manfaat lain yang sulit di tuliskan dengan kata – kata.

Rasa terima kasih yang tak terbilang saya haturkan kepada :

  1. Bapak dan Ibu yang sangat saya cintai. Walaupun jauh di mata namun di hati ini tetap dekat bagi saya. Karena dengan ada nya mereka saya bisa hadir di dunia.  Dengan didikan mereka saya bisa menjadi lebih dewasa. Dengan kerja keras mereka saya dapat bersekolah dan memiliki ilmu. Dengan linangan air mata mereka dalam do`a, saya selalu mendapatkan keselamtan dari allah SWT. Sungguh banyak jasa mereka sehingga tidak mungkin dapat terbayarkan oleh apapun untuk menbus nya. Hanya do`a serta keikhlasan hati  untuk menyayangi mereka yang dapat saya haturkan.
  2. Keluarga Besar Simpang Mandiri Entertaintment (SME) yang telah mendukung pembuatan Novel ini.
  3. Keluarga Besar SMPN 03 Ketapang yang juga mendukung pembuatan Novel.
  4. Keluarga Besar MTS Nur – Ilahi Ketapang,  yang selalau memberikan saya dorongan untuk berkarya.
  5. Istri saya Juliana dan Anak saya Wahyu Sri Sugesti. mereka selalu bersabar saat – saat saya membagi waktu saya untuk menulis. Tidak jarang, waktu saya habiskan di depan Komputer berjam – jam bahkan tidak tidur semalaman hanya untuk sekedar menuangkan Inspirasi, dan tentunya waktu saya bersama mereka sangat sedikit. namun dengan kesabaran serta dukungan mereka saya ucapkan terima kasih yang tiada terhingga.
  6. Sahabat saya : Muhammad Daud  S. Kom yang selalu memberikan motivasi serta masukan – masukan terhadap saya. Saya akui beliau adalah orang yang Low Profile, namun masya Allah di balik itu pengalaman beliau tentang kehidupan cukup luar biasa.
  7. Sahabat saya Heriyanto S. Pd dan David S.E. mereka berdua adalah alumni mahasiswa dari Jogyakarta. Dengan kerelaan hati mereka selalu memberikan informasi yang sangat berharga bagi saya.
  8. Sahabat saya IbrahimAR yang sekarang berada Di Teluk Melano dan aktif dengan kegiatan nya di SME serta sibuk dengan Bisnisnya. saya ucapkan semoga selalu sukses. Dan menuai hasil sesuai dengan yang di inginkan.

Selamat berkarya…!

  1. Sahabat Saya Erwin Kurniawan A. Ma. Yang selalu mendukung saya untuk mengembangkan inspirasi dan menjadi sebuah Novel ini.
  2. Sahabat Saya Aidit yang selalu memberikan saya masukan – masukan yang bersifat teknis. Terima kasih dan Sukses selalu dengan kegiatan baru nya sekarang. Semoga Orderan editing nya semakin bertambah dan melimpah.

Selamat berkarya…!

  1. Sahabat saya Rasuki yang sekarang masih kuliah di STKIP PGRI Pontianak. saya ucapkan semoga sukses selalu menyertai sehingga dapat menamatkan studi dengan hasil yang baik.
  2. Sahabat – Sahabat saya di Forum “Kemudian.com” yang banyak memberikan masukan kepada saya tentang dunia tulis menulis.  Dan juga Forum – forum dunia Maya yang lain. saya haturkan terima kasih yang tiada terhitung untuk mereka. Saya ucapkan Selamat berkarya dan Berinspirasi.

 

Akhirnya dengan segala herendahan hati dan maaf atas semua nya saya akhiri sampai di sini.

Wassalamu`alaikum wr…wb…

 

                                                      Ketapang, 9 Mei 2008

                                                                 Penulis

 

 

                                                               MIFTAHUL – HUDA



Bagian 1

Kenangan Indah

            Senja yang menyilaukan dengan mega merah yang bertahta di ata langit ujung dunia seakan – akan ingin mengucapkan selamat malam bagi manusia yang hidup di Alam raya. Malam mulai merambah kian larut, pohon – pohon Nyiur yang tinggi meliuk – liuk terterpa angin malam, melambai – lambai seakan mengucapkan selamat tinggal untuk dunia insan di kala terjaga dan di gantikan  dengan buaian mimpi indah di kala binasa untuk sementara.

Dari salah satu rumah yang terletak di sudut Desa Wonorejo terdengar dentingan jam dinding yang sudah tua beberapa kali menunjukan waktu sudah pukul 11 tepat. Di sebuah bilik yang hanya berukuran beberapa meter dengan tempat tidur yang beralaskan tikar dan beberapa helai selimut telah usang yang di kenakan oleh dua orang kakak beradik. Salah satu dari mereka masih belum dapat memejamkan matanya, guratan – guratan wajahnya yang ayu, bulu matanya yang lentik , badanya yang sintal dan berisi menandakan ia telah dewasa, bibirnya yang merekah indah meski tak bermake – up, terlihat keanggunan dan kharisma keayuan terlihat dalam dirinya. Matanya menerawang jauh lepas menatap langit atap daun nipah, sekan – akan tembus tanpa batas. Ia mengenang pada saat – saat perpisahanya dengan Ferry sang  kekasih satu sekolahnya yang telah meneruskan studinya terlebih dahulu ke sebrang pulau, sedangkan ia harus menunggu 2 tahun lagi untuk menyusul, itupun jika ada biaya untuk melanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi.

Masih terngiang – ngiang kata – kata terakhir Ferry di kala detik – detik perpisahan di pelabuhan.

“Dek ,…aku …sayang padamu, aku…mencintaimu, aku takkan melupakanmu, kita pasti dapat bertemu kembali dalam keadaan aku masih mencintamu dan begitu juga dengan engkau, jiwa dan ragaku hanya untukmu dek……”.

“ A..a..a..ku juga Mas”.

Dengan suara yang parau Suci mengucapkannya dengan wajah menunduk. Tak terasa tetesan air mata telah berlinang membasahi pipi yang mulus, derai air mata perpisahan kini tumpah tak tertahankan, dua insan yang berlainan jenis kini saling berpelukan untuk yang terakhir kalinya.

“Aku sayang padamu mas “.

“Iya aku juga. Sudahlah jangan tangisi perpisahan kita ini, toh aku juga akan kembali lagi”.

Begitulah terakhir kata – kata sang kekasih nya. ia tak kuasa lagi untuk menjawab, hanya getaran bibirnya namun tiada suara yang Bisa ia ucapkan, ia benar – benar belum siap menerima kepergian sang kekasih tercinta nya.

langit senja berwarna kuning kemerahan menjadi saksi Bisu perpisahan. Tak tahu lagi apa yang harus mereka ucapkan pada saat itu, yang ada dalam hati hanya perasaan berat untuk saling melepaskan yang kian memuncak sehingga pelukan tersebut semakin erat. mereka tak peduli jika banyak orang yang menyaksikan dan sampai pada akhirnya terompet keberangkatan kapal berbunyi.

“Suci…jaga dirimu baik – baik, aku akan tetap mencintaimu, do`akan semoga kita cepat bertemu kembali, terimalah Cincin ini agar kau selalu mengingatku, dan bacalah surat ini di kala kau merindukanku, dan fotoku sebagai pengganti diriku jika kau ingin berjumpa denganku “. Untuk yang terakhir kali nya Fery menyerahkan cincin dengan lambang “F”, beserta foto dan sehelai kertas.

Ombak laut yang bergemuruh, angin yang semilir, burung – burung camar yang bermain – main di permukaan air seakan ikut mengiringi Langkah kaki yang gontai, tanpa gairah meninggalkan kisah kasih dengan kurun waktu yang tidak menentu. Dengan iringan lambaian tangan sang kekasih dan serasa kaki sangat berat untuk melangkah karena lambaian tangan itu seakan menyatakan kalau ia tidak siap untuk di tinggalkan. Kini air matap menetes semakin deras.  Saat saat sebelum perpisahan hari – hari mereka lalui dengan kebahagiaan dan keceriaan yang penuh romantika, hingga pada saatnya mereka berpisah, namun demikian cinta mereka tetap berjanji untuk setia dan abadi selamanya  hingga akhir masa.

Malam kian larut, namun masih terasa berat bagi Suci untuk dapat memejamkan mata. Genap 1 tahun sudah kepergian Fery, baginya tidak bertemu sedetik bagai sehari, tidak bertemu satu menit bagai seminggu, tidak bertemu, satu hari bagai sebulan, tidak bertemu seminggu bagai setahun. Benar – benar ia tak dapat melupakan bayang wajah Fery yang selalu melintas dan selalu mengisi relung hatinya. Sudah setahun ia menantikan surat dari Fery namun surat yang di nanti tak kunjung datang, berbagai pertanyaan berkecamuk di dalam hati, ada sepercik kegelisahan, kekhawatiran dan berbagai perasaan yang tak menentu bercampur aduk menjadi satu di dalam kalbu. Tak kuasa lagi ia mengenang kembali masa – masa bersama dengan kekasihnya tak terasa butiran – butiran bening jatuh dari kelopak matanya yang indah membasahi pipinya yang mulus dengan isak tangis yang tertahan ia pandangi Photo kekasihnya tersebut dalam – dalam dengan berucap dalam hati “ Mas Aku merindukanmu, aku  mencintaimu Mas !, apakah engaku di sana juga masih mencintaiku ? ”. perlahan di simpanya kembali Photo tersebut kemudian ia rebahkan kembali tubuhnya, ia paksakan matanya untuk terpejam, karena besok ia harus pergi ke sekolah untuk meneruskan studinya agar dapat menyusul kekasihnya yang sudah berada jauh di seberang pulau kalimantan.

“Kak, bangun kak………!”.

“Kak, bangun, sudah pukul 6, nanti terlambat lagi sekolahnya “. Seru adiknya beberapa kali sambil menepuk tubuh Mbaknya.

Dengan mata yang merah dan muka yang kusut di tambah lagi rambutnya yang panjang sebahu juga terlihat acak – acakan Suci bangun dan langsung menyambar Handuk yang ada di sampiran kemudian ia menuju ke kali untuk pergi mandi.

*******

 

“Sus..apakah adik Mas Fery di Sekolah satu kelas denganmu ?“ tanya Suci pada adiknya (Susi) dengan sedikit menundukkan wajahnya.

“Memang kenapa Mbak Nanyain adik mas Fery, naksir ya!”

“ Akh…enggak kok..siapa bilang naksir, orang cuma nanyain kamu sekelas apa nggak dengan Rio. itu aja kok ”.

“ Ya…ya…Mbak….jangan marah begitu, aku hanya guyon kok , Rio itu nggak sekelas denganku dia itu kelas 2 B sedangkan aku baru hari ini akan tahu di mana ruanganku, udahlah mbak cepetan kita berangkat ntar di jalanan aja sambil cerita Mas Ferrynya mbak itu, aku ngerti kok dengan perasaan mbak yang sedang merindukan Mas Fery iyakan  ? ”.

Sambil menundukkan kepalanya Suci mengganggukkan saja perkataan adiknya yang memang suka mau tahu urusan orang lain. Sungguhkan begitu ke dua sadara  kakak dan adik tersebut bagaikan langit dan bumi, sifat mereka jauh berbeda, sang adik adalah orang yang Agresif, lincah, cerdas, pandai berdiplomasi, dan memiliki prestasi semenjak Sekolah Dasar. Sedangkan sang kakak adalah orang yang lembut pendiam dan tidak banyak komentar.

Oh. ….. Ternyata hidup ini serasa berat jauh dari orang yang kita sayangi serasa tiada kuasa untuk melakukan sesuatu merana sengasara serasa sesak di dada untuk di rasa.

Di dalam ruangan kelas yang berukuran  +  6 X 9 Meter tersebut terlihat suasana proses belajar mengajar yang sedang berlangsung, terlihat guru yang masih muda berkacamata Pak  Jai itulah panggilannya, atau nama lengkapnya Jailanai yang sedang memberikan penjelasan terhadap para siswan nya. Namun di sela – sela penjelasan nya  sesekali pandangan nya tertuju pada seorang siswinya. Terlihat seorang siswi sedang melamun pandangannya kosong menerawang jauh seakan – akan di sana ia melihat ada cahaya menari nari sehingga ia tiada begitu meperhatikan sang guru.

“Uci ……! apa yang di maksud dengan Sotorage Divice ?” secara tiba – tiba pak jai bertanya dengan Suci. Seketika itu ia terkejut buyarlah lamunannya seperti orang ngelilir (yang terkeju dari mimpi ) bahkan lebih dari itu. Tak di sangknnya pertanyaan tersebut datang tiba – tiba. Dengan gugup sambil ia meraih bukunnya dan memutar mutarkan Bolpoin sambil suarannya bergetar ia menjawab gugup.

“aa…a…a..anu pak … ses ..s…ss..ss…saya tidak tahu pak …!”

sambil iya menundukkan wajahnya yang terlihat pucat pasi seperti kehaBisan darah di hisap drakula. Ia benar – benar salah tingkah mana kala teman – teman yang lain juga memperhatikan prilaku nya. mereka semua terheran – heran melihat Suci, memang dalam beberapa kurun waktu ini terlihat perubahan yang terjadi padannya ia tak lagi memliki semangat, kini jarang terlihat senyumannya yang manis wajahnya sering di tekuk.

Pak jai menggelengkan kepalannya sambil mengelus – elus janggut tipisnya.

“ uci,… uci, apa ….yang kamu pikirkan , bapak lihat akhir – akhir ini kamu sering melamun, kalau kamu mempunyai masalah pribadi jangan kamu pendam sendiri ceritakanlah dengan orang yang Bisa kamu percayai dan mintailah pemecahannya,dan satu lagi jangalah kamu utamakan berfikir dengan masalahmu tapi fikirkan pada solusi.”.

Dengan tersipu sipu malu Suci menganggukkan kepalannya sambil berkata “iya”dengan lirih sambil ia memperbaiki posisi duduknya yang sudah benar demi menghilangkan rasa malu .

Matahari berada di atas ubun – ubun teriknya siang benar – benar membakar tubuh, darah serasa mendidih pandangan sangatlah menyilaukan di jalana raya yang bergelombang nun jauh terlihat gemerlapan ibarat air yang jernih itulah fatamorgana  yang sifatnya semu pabila kita datang ia hilang sirna tak berbekas. Dari sudut jalan terlihat 2 orang gadis berseragam sekolah berjalan beriringan dan sesekali mereka menyeka keringat yang mengucur. Tiada percakapan yang berarti dari mereka, mungkin mereka telah penat dan lelah karena setengah harian memeras otak. dari jauh  terdengar suara laki – laki memanggil mereka berdua.

“Heei……Mbak  Suci  ……sus tunggu sebentar “.

Mereka berdua menoleh ke arah datangnya suara, dengan nafas yang tersengal – sengal seorang berperawakan anak sekolah  tersebut tiba di hadapan mereka.

“Kenapa yo … lari – lari kaya orang kena kejar demit aja kamu”. tanya susi. Belum sempat lelaki itu menjawab susi mengajak beristirahat di bawah pohon akasia yang terdapat lincak (Tempat duduk santai ). Tak lama mereka bertiga  pun duduk awalnya Suci ingin berbicara namun kembali susi berkata.

“ Ada perlu apa yo ?” Tanya susi singkat sambil ia memandangi wajah lelaki yang lumayan tampan di depannya tersebut.

“Ini kemaren aku dari Teluk Batang aku mampir di Kantor Pos, kirim uang ke mas ku di Jawa nah kebetulan ada pak pos menanyakan tentang keberadaanku, aku jawab saja kalau aku di paket, kemudian pak pos itu menunjukkan sepucuk surat dari mas ku untuk itu  …tuuuuhh… seseorang di sampingmu  sus…!”.  Sambil ia mengeluarkan surat dari dalam tasnya.

Wajah Suci tertunduk dan berubah 180 % tersirat kemalu – maluaan, namun demikian mata nya berbinar – binar seakan baru menemukan sebuah permata yang ia cari selama ini, sambil sesekali ia mengerlingkan matanya pada tangan Rio yang sibuk membuka tas nya mengais – ngais mencari letak surat di dalam tas nya.

“Ya …ya…ya……ya…. Ahkirnya datang juga obat untuk mbak”.

Ucap susi meledek, memang tabia`at susi suka guyon dan bercanda, yang memang berbeda sekali dengan mbaknya yang cenderung pendiam.

Ekspresi wajah Suci tiba – tiba jadi merah karena malu bagaikan kepiting rebus yang tak berdaya ia sangat malu, apalagi di hadapan adik sang kekasihnya ia merasa tak meiliki wajah sehingga ia tak berani memandang ke arah Rio. Namun Rio melihat kondisi tersebut tanggap ia langsung memberikan surat tersebut kepada Suci.

“Mbak ni surat dari mas Fery, mbak jangan perdulikan apa kata susi dia itu memang resek  mungkin dia iri dengan mbak. Kalau orang iri itu tanda tak mampu biasanya begitu mbak ?”.

“gak juga …”. tukas susi sambil wajahnya bersungut sungut.

“Buktinnya …apa ?”. tukas susi kembali dengan agresif.

“Ah sudahlah ngomong sama kamu nggak ada habisnya bagus kita pulang aja perutku sudah minta jatah dari tadi. Ntar kalau sudah kenyang kita lanjutkan .”

“Ok ”.

Susi berdiri dan menggapai tas yang ada di samping nya. Suci masih saja terpaku, tangan nya  bergetar memegang surat tersebut, kemudian ia lipat pelan – pelan di selipkan pada baju seragam nya. Kemudian tak beberapa lama mereka berjalan beriringan menuju rumah masing – masing.

Pintu berderik – derik di dorong dari luar, tampak di dalam rumah sepi tak berpenghuni, sang empunya di saat siang memang sering tidak di tempat mereka menjalankan kewajiban untuk mencari nafkah demi menyambung hidup dan menunda kematian. Begitulah Rutinitas sehari – hari yang di kerjakan oleh orang Desa layaknya, mereka pergi pagi – pagi sekali, biasannya berangkat ke ladang dengan membawa bontot (perbekalan) sederhana hingga menjelang sore hari. Di saat siang mereka istirahat di ladang dengan menggelar tikar pandan di dalam gubuk kecil yang beratapkan daun dan berdinding daun mereka melepaskan lelah untuk sesaat. Terasa nikmat sekali di saat mereka membuka bontot untuk di santap sebagai pengganti makan siang layaknya orang – orang kaya di kota. Dengan lengser yang lumayan besar (sejenis nampan untuk makan bersama  dalam satu tempat) dan cukup untuk menampung beberapa orang biasannya di tengah lengser tersebut  terdapat segunung nasi yang di tengah – tengahnya terdapat sayur ataupun lauk dan sambal ces (sambal yang di buat pakai batu di bakar) yang aromannya sungguh sangat menggugah selera. Memang benar apa yang di katakan oleh orang bijak bahwa lauk yang paling enak itu adalah lapar. Tentu kenikmatan yang luar biasa apabila di bandingkan makan di Restaurant atau rumah makan.suasana natural dan kepuasan batin tak dapat di tuliskan dengan kata – kata. ketika setengah harian bekerja kemudian perut lapar dan dahaga bercampur aduk di tumpahkan pada istirahat di siang  hari dalam gubuk sambil menikmati bontot sambil di belai – belai oleh semilirnya angin siang hari yang membuat mata lama – lama menjadi ngliyer dan saraf – saraf mengendur hingga tak sadarkan diri terlelap di buai mimpi di siang hari.

Begitulah kehidupan orang Desa mereka bekerja keras di siang hari membanting tulang hanya untuk menyambung hidup. Mereka hidup pas pasan namun tidak mengurangi solidaritas antar mereka, ketimbang hidupnya kebanyakan orang kota yang terkadang tetangga sebelahpun tidak saling mengenal. Dari wajah – wajah orang Desa tersebut terpancar sinar ketulusan, keluguan , kejujuran, kegotong royongan, saling tolong menolong dan bahu membahu. Namun demikian sangat di sayangkan mereka tertinggal dari  kemajuan dan  perkembangan sehingga SDM mereka tertinggal.

Sebenarnya mereka memiliki segudang bakat yang Bisa di kembangkan, kebanyakan orang Desa pada dasarnya adalah orang yang kreatif dan suka akan karya mereka tidak mudah untuk berpangku tangan begitu saja hanya menantikan uang jatuh dari langit bukanlah kebiasaan mereka. Mereka lebih senang bekerja keras dari pada mereka mengemis – ngemis memakai topeng nama lembaga yayasan atau sejenisnya. Mereka tidak neko – neko teguh dalam prinsip dan tekun dalam bekerja, sehingga tidak jarang apabila menjadi orang yang kaya namun penampilan mereka masih saja terkesan ndeso. Demikianlah mereka orang – orang Desa, adalah orang yang low Profile.

******


Bagian 2

Setetes Harapan 

             Teriknya panas siang tersebut ternyata memberikan pertanda bahwa panas akan tergantikan oleh sang hujan yang siap akan di curahkan oleh sang penguasa langit. Terlihat mendung hitam datang bergulung – gulung angin berhembus menyapu,  debu – debu kering pun berterbangan kian kemari, pohon nyiur pun meliuk – liuk seakan – akan menari menyambut kan datangnya sang hujan. Di awan sana terlihat kilat di susul halilintar yang bersambut – sambutan seakan mereka berpesta dengan percikan bak kembang api yang indah bahkan lebih indah dari pada kembang api di malam pergantian tahun baru. Tanah tanduspun kembali subur, tanaman kian segar, di sana sini katak saling bersahutan mengucapkan syukur dengan datangnya sang hujan. Rinai Hujan pun mengguyur dengan sangat lebat manusia – manusia beriman mengucap syukur atas nikmat dan kemurahan sang khlaik yang telah menurunkan air dari langit. Memang beberapa bulan terakhir ini sangat jarang turun hujan hingga yang terparah sampai  3 bulan berturut – turut. sehingga masyarakat Petani Desa yang hanya mengandalkan metode Sawah tadah hujan merasa sangat kesulitan, karena hidup dan matinya tanaman tergantung dari air yang tercurah dari langit. Belum lagi persediaaan air bersih mana kala 4 minggu saja tidak hujan maka untuk mencari air minum saja rasannya sudah sangat sulit. bahkan untuk mencari air bersih tersebut harus menempuh nya dengan jarak tempuh puluhan kilometer yang terletak di bawah kaki bukit gunung Tujuh teluk Batang, dan tidak jarang jika sudah terlalu sulit di haruskan untuk membeli air.

            Hampir 3 jam air mengguyur sangat lebat, kini Hujan pun agak reda tinggal rintik – rintik gerimis yang tersisa. Di sebuah kamar yang sederhana susi terlihat sibuk membereskan buku buku pelajaran nya., namun lain halnya dengan Suci, ia sudah ingin sekali membuka amplop surat kiriman dari Fery sang kekasihnya. Tampak nya ia menunggu  kesempatan untuk dapat membacannya, ia merasa risih dengan adeknya yang suka meledek, dan tentu hal tersebut akan mengurangi kenikmatannya menyelami kalimat demi kalimat yang di torehkan oleh Fery.

“ oh ya mbak …..Mbak mau ikut aku nggak ? “ tanya susi memecah keheningan. Suci yang melamun sambil sesekali mengibas – ngibaskan buku tampak tersentak kaget, namun cepat – cepat ia sembunyikan kekagetannya tersebut.

“ oh ….a..a…a..pa ……ya kemana tadi ?

“ Aduuh….. mbak apa sih yang di pikirkan lagi,? aku tu mau ngajak kakak ke toko, kita mau belanja!” .

“aku malas,  jalan nya becek kau pergi saja sendiri”.

“baiklah aku pergi dulu ….!”. sambil susi bangkit dari tempat duduknya kemudian ia meraih payung yang tergantung di paku kamarnya kemudian beranjak keluar.

“ iya hati – hati sus “.sahut Suci, dalam hati ia benar – benar beruntung karena kesempatan yang di tunggu – tunggu akhirnya datang juga.

            Dengan Mata yang berbinar – binar bercahaya seakan ia  baru menemukan sesuatu yang selama ini ia cari, jantungnya berdetak tak karuan, keringat dingin mengalir tak terasa, berbunga – bunga rasa hatinya, bahagia, suka rindu yang kian mendalam serta beribu rasa bercampur aduk menjadi satu. Mulailah tanganya menggapai surat dengan gemetaran ia membuka lembaran surat dari sang kekasih tercintannya. Memang cinta terkadang sangat aneh, rasa indah yang tak dapat terlukiskan dengan kata – kata, mengalir di sanubari sang pecinta mereka terasa menikmatinnya, rasa sedih, bahagia, putus asa, dalam penantian serta segalannya dapat di hadirkan oleh kekuatan cinta. Sebagaimana hal ini di rasakan oleh Suci. Hampir tanpa kedip matannya memulai membaca – bait – bait kalimat surat sang kekasih.

 

Untuk Yang Tersayang

Adindaku

Suci Fitriana

Yang selalu ku rindu

 

Assalamua`laikum wr…….wb…….

Dengan teriring berjuta Salam rindu dan sayang ku mulai menorehkan huruf demi huruf, kata demi kata, sehingga terangkai beberapa bait kalimat yang ku persembahkan untuk adindaku yang selalu ku sayang. Kian lama aku menunggu kesempatan tuk dapat menuliskan sepucuk surat ini untuk mu, namun hari – hariku sangat melelahkan dengan segala aktivitas di kampus maupun di tempat kerja, sehingga aku tidak sempat. Namun demikian gumpalan rindu ku padamu kian mendesak sehingga ku luangkan waktuku untuk menumpahkan semua isi hatiku setelah berbulan – bulan. Untuk itu ku haturkan maaf pada mu jika engkau telah menanti lama suratku ini

Hatiku terasa gundah serta kegelisahan sering kali menyelimuti, entah aku juga tidak mengerti dengan perasaan ku yang tidak menentu tersebut. jarak kita yang jauh benar – benar membuatku tersiksa. Saat – saat ku mengingatmu terkadang membuat bola mataku basah. Sesekali bayangan wajahmu melintas di benakku dan lama – kelamaan bayangan mu tersebut kurasakan sebuah wujud yang nyata, wajahmu ku lihat bercahaya di sertai senyumanmu yang menawan hatiku. Bayang wajahmu membuatku benar – benar tidak dapat melupakan mu, dan seketika aku bangun dari lamunanku ku lihat dirumu telah sirna ternyata semua hanya lamunanku saja.

Ingatkah kamu adinda ku sayang !!saat – saat menjelang perpisahan kita, tentunya kamu masih ingat , kala itu kita di tepian pantai dengan sunset yang merona di ufuk barat menjadi saksi Bisu cinta kita, saat itu kita berjanji dalam cinta, kita bersepakat tuk mengikat cinta kita berdua dengan sehelai kertas di sana kita ukir perjanjian cinta kita berdua untuk tetap setia sampai sang ajal memisahkan kita, selembar kertas pengikat cinta tersebut kita torehkan dalam tiga lembar yang 1 lembarnya kita masukkan kedalam sebuah botol dengan terkunci rapat dan kita lemparkan pada hempasan ombak di pantai yang berarak seakan menyambut gembira ikatan cinta kita. dan satu lembar masing – masing kita menyimpannya.

Tahukah engkau sayang saat – saat ku menuliskan surat ini  ? beberapa kali aku menitikkan air mataku mana kala setiap kali ku menggoreskan pena ingat kan dirimu. Tahukah engakau saat ku mengenangmu ? kuraih fotmu ku pandangi hingga mataku tak berkedip untuk sekian lama, sesekali ku peluk dan kucium kemudian ku pandangi lagi hingga beberapa saat, semakin lama aku memandanginya maka aku semakin larut di dalamnya, seakan fotomu hidup dan bergerak menari – nari sambil memberikan senyum padaku, yaitu senyum wanita yang paling indah di dunia ini. Dirimu di ciptakan sangat sempurna, walapun engkau adalah mutiara yang tumbuh dari tempat berlumpur namun engkau mampu menyihir setiap mata lelaki yang melihatmu. Seandainya tumbuhan – tumbuhan dapat berkata maka akan berdecak kagum mana kala melihatmu tersenyum. Sungguh senyuman yang membuat hati setiap laki – laki yang memandangnya bergetar – getar.  Dan tahukah engkau sayang, saat- saat  ku rindu padamu ? aku mengambil sehelai kertas yang telah kita sepakati dengan perjanjian cinta, dan ku baca berkali – kali serta ku ambil sehelai tissue yang masih utuh kusimpan. Tissu pemberianmu  tersebut masih terasa sangat harum bak parfum syurgawi, sesekali tissu tersebut ku cium dan ku hisap dalam – dalam aromannya hingga tubuhku terasa melayang – layang tinggi ke awan menjumpaimu.

Ah …tapi sudahlah semua itu hanya hayalan semata, kita tidak mungkin bertemu lagi dalam waktu yang singkat, aku harus menunaikan studiku dulu hingga usai mungkin semua impian tuk kita berjumpa lagi akan terwujud. Semoga pertemuan kita nanti akan menjadikan kita berada pada satu atap yang sama dan tujuan sama jua, dengan memulai jalan baru dan hidup baru kita naiki kapal cinta yang siap untuk berlayar tanpa batas hingga kita berjumpa dengan sang maut.Di sana kita kan memainkan berbagai permainan di mana sang cinta bertahta maka kita kan mempersembahkan nada – nada cinta untuknya dengan iringan alunan melodi cinta yang menggebu di dalam kalbu sehingga kita memetik buah dari manisnya cinta yang selama ini kita pupuk dan kita pelihara, semoga pohon cinta yang kita pupuk ini akan tetap subur hingga kita bersua kembali.

Yang terakhir kalinya aku ingin berucap padamu Sayang  ..!bahwa engkau telah tahu bahwa Tuhan kiranya telah menciptakan anggota tubuh kita berpasangan, ada tangan kanan dan kiri, mata kanan dan kiri, kaki kanan juga kaki kiri dan begitu seterusnya namun tuhan hanya menciptakan sekeping hati dalam diri kita. sedangkan sekeping yang lain ada pada pasangan nya. Demikian juga kita, ku sadari bahwa sekeping hatiku ada padamu dan begitu juga sekeping hatimu juga ada padaku. kuharap simpanlah baik – baik sekeping hatimu untukku, karena sungguh aku telah menyimpan kepingan hatiku hanya untukmu. Sayang tak lupa ku persembahkan satu puisi untukmu.

Tanya Dalam Cinta

 Kalau kau tanya apa itu cinta

lihatlah dimataku

cinta telah meninggalkan jejak cahaya disana

kalau kau tanya kenapa Bisa begitu

jawabnya adalah kamu

kalau masih ada pertanyaan kenapa harus kamu

terus terang..

aku tak tahu

karena kata-kata

tak sanggup lagi menenyampaikan isyarat hatiku

 

Sekian sepucuk surat dariku semoga Bisa menjadi pengobat rindu yang telah sekian lama engkau rasakan..

 

Wassalamua`laikum wr…wb ….

 

Dari orang yang selalu merindukan mu

Ferry Surya Pratama

————–

            Dengan linangan air mata yang membasahi pipi sesekali pula ia mengusapnya. Berulang – ulang Suci membaca surat sang kekasihnya, ia benar – benar menyelami kalimat – demi kalimat yang di torehkan oleh Fery. rasa sesak di dalam dada kini telah buyar rindu yang selama ini tertahan kini telah terobati. Suci menemukan cahaya hidupnya kembali wajahnya sumringah menandakan ia telah kembali bersemangat. Dengan sisa – sisa air matannya ia kemudian melipat surat tersebut rapi – rapi dan di simpannya ke dalam sebuah kotak unik kurang lebih dengan lebar 15 Cm dan panjangnya 30 Cm. di dalam kotak tersebutlah dia menyimpan semua arsip – arsip Cintanya. Sungguh sangat luar biasa memang kekuatan cinta Bisa membat suasana berubah dalam sekejap, maka berbahagialah sebagai insan yang mendapatkan anugrah Cinta dari sang kuasa, karena sesungguhnya hanya Manusialah yang di berikan nikmat Cinta tertinggi.

            Tiba tiba terdengar suara susi dari luar, cepat – cepat Suci mengusap sisa – sisa air matannya. Lalu ia beranjak mendekati pintu kemudian memutar anak kunci.

” Mbak ngapain sih pakai kunci pintu segala ?”. tanya susi yang masih menenteng belanjaan.

“ah tidak …. perasaan tadi tidak ku kunci. eh…ku kunci tidak      ya …..!” .

“sudahlah mbak sekarang bantuin aku di dapur, sebentar lagi abah dan ummi kan datang,”. Tanpa banyak bicara ke duan nya bergegas ke dapur untuk menunaikan tugasnya.

*******


Bagian 3

Sepenggal Kisah

 

Di seberang pulau kalimantan. pulau jawa yaitu pulau yang terbagai beberapa wilayah propinsi yang mana salah satu wilayahnya di kenal sebagai pusat pemerintahan bagi negara indonesia. Dan salah satu propinsi yang tidak kalah menarik dan mampu menyedot ribuan bahkan ratusan ribu pelajar dari seluruh pelosok negeri bahkan luar negeri untuk menimba ilmu sebagai bekal masa depan yang akan datang Yaitu kota Jogyakarta. Provinsi Jogyakarta yang menyandang gelar Kota Pelajar memang sangat kontras dengan suasana yang ada, di sana sini bangunan gedung pendidikan dari mulai TK hingga perguruan tinggi bertaburan di mana – mana, jadi wajar saja jika banyak para Pelajar calon mahasiswa yang berebut kursi kampus di kota pelajar ini. Bahkan untuk dapat masuk ke kampus favorit tidaklah mudah, banyak sekali test yang harus dapat di lalui, hal ini wajar karena kampus sudah tidak lagi mencari pelajar tapi  justru kampus  yang di cari bahkan di jadikan rebutan. Inilah keuntunganya jika kampus telah menjadi Favorit, sangat berbeda dengan kampus atau lembaga – lembaga pendidikan lain dan tidak menjadi favorit atau belum maju bahkan lebih parah lagi yaitu merintis dengan nafas alamiah. Di indonesia lembaga pendidikan yang memiliki nafas alamiah ini sangalah banyak, berjalan dengan nafas alamiah artinya tidak dengan dukungan pihak lain. Tentu hal ini sangat menyulitkan bagi perkembangan lembaga tersebut. Peran pemrintah dalam hal ini sangatlah berperan sebagai penentu maju mundurnya suatu lembaga sekolah. Pemerintah mesti bangun dari tidurnya dan melihat betapa banyak lembaga pendidikan yang memerlukan sentuhan – sentuhan layaknya sebagai malaikat pembagi Rizki yang datang menolong, maka kirannya bila lembaga Sekolah maju maka akan melahirkan generasi yang bermutu, dan generasi yang bermutu akan melahirkan ide – ide baru untuk membawa indonesia lebih maju, yang mana saat ini ide – ide baru merupakan sesuatu yang langka sehingga wajar apabila para pejabat tinggi negara banyak yang menyalah gunakan wewenangnya karena mereka kekurangan Ide untuk maju sehingga pikirannya cupet (pendek). yang terfikir dalam benak mereka bagaimana cara mendapatkan Ceperan (can samping) untuk dapat berfoya, bermegah, bersenang – senag, dan memperkaya diri. sehingga jalan  yang mereka tempuh adalah menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya. Mereka bukannya tidak tahu tentang keaadaan di negeri ini, tapi memang dasar orang cupet ya tahunya asal perut kenyang orang kelaparan bukan urusan.

Di salah satu tempat kost kota pelajar ini tampak dari luar terlihat agak lengang dan sepi seperti tak berpenghuni, yang terdengar hanya kendaraan umum maupun pribadi yang berseliweran kesana kemari, serta sesekali para kenek Bis  kota berteriak – teriak menawarkan tumpangan jasa Bis. Di seberang jalan terlihat para pengais rezeki dengan barang serta jasa yang mereka tawarkan, manakala Bis berhenti tiada lengah lagi mereka naik ke dalam Bis menjajakkan dagangan serta menjual jasa demi mempertahankan hidup serta menafkahi keluarga mereka. Bersamaan dengan para pengais Rezeki tersebut dua Orang laki – laki, yang satunya memakai jas hitam dan satunya hanya memakai kaos oblong dan celana jeans menaiki tangga kemudian tak beberapa lama mereka memilih duduk di bangku kosong dekat dengan pintu tepat mereka naik. dengan menenteng tas cangklong kedua laki – laki yang masih belia tersebut terlihat lebih keren di bandingkan dengan penumpang yang lainnya, sehingga mereka menjadi pusat perhatian penumpang walaupun sesaat, khususnya wanita. Betapa tidak salah seorang mahasiswa tersebut berparas elok dengan keteduhan wajah serta senyuman indahnya yang menyungging, wanita mana yang tidak tergoda dengan senyuman yang indah, seindah Yusuf tersenyum.

Tak beberapa lama Bis tersebut kemudian merayap di tengah keramaian kota Jogya. Terlihat di kiri dan kanan bangunan menjulang dan tepian jalan yang di penuhi dengan pephonan hijau serta barisan bunga yang tertata rapi berbaris unik dan membuat setiap mata yang memandang akan takjub.dua orang mahasiswa tersebut masih membisu, pikiran mereka hanyut dalam dunia imajinasi mereka masing – masing. Namun keaadaan tersebut tidak bertahan lama terlihat salah seorang dari mereka tersebut memulai bicara.

“Tujuan kita akan kemana dulu  en ?.” tanya salah seorang sambil memalingkan wajah pada lawan bicarannya. Sejenak Temannya termenung matannya menerawang, lalu tiada kata yang terucap hingga beberapa saat kemudian.

”Begini saja fer, kita ke JEC (Jogja Expo Center )  dulu lihat pameran komputer, ?”.

Pemuda belia yang ternyata bernama Fery tersebut manggut – manggut sambil ia memikirkan kalimat temannya yang bernama Hendra.

”Benar juga kebetulan aku mau cari laptop, kan harga pameran biasannya murah. “ ucap Fery bersemangat mengingat apa yang ia cari cocok dengan tawaran Hendra.

“Oh ya…. Memang uang mu sudah cukup .. ?”.

“Kemarin aku dapat tambahan dari kampung, yah …mungkin       cukuplah kalau sekedar untuk membeli laptop second.”

”wah….bagus lah, aku dapat numpang ngerjakan tugas. dan       sekalian ajarin aku mengoperasikannya ya….”.

“iya gampang lah ….itu dapat kita atur”.

“tenang saja, ngajarin aku nggak Cuma – Cuma kok, ini ada        honor nya, ”.

“ah kamu Bisa saja en, nggak usah berfikir yang macam –          macam ah, yang penting kita cari dulu laptop yang bagus, yang lain – lain itu urusan belakangan”.

“Ok men ….!”.

Kembali mereka terdiam beberapa lama nya sampai akhirnya mereka tiba di terminal nggiwangan, kemudian dari terminal nggiwangan kembali lagi mereka naik Bis yang melintasi JEC. Dari nggiwangan ke JEC jarak tempuhnya sudah tidak begitu jauh lagi dalam waktu kurang lebih 10 menit saja sudah tiba.

“ fer tuh JEC udah dekat siap – siap turun yuuk !.”.

“mas – mas ngandap teng ngajeng JEC nggeh !” ( mas, mas turun di depan JEC ya ). Ucap Fery sambil menepuk pelan bahu sang kernet yang tepat berada di samping nya

.” Oooo. …. Injeh” sahut kernet tersebut dengan logat jawa nya yang sangat kental, sambil memalingkan wajahnya ke arah Fery. kemudian tak beberapa lama kernet tersebut memberi aba – aba dengan mengetuk –ngetuk pintu Bis. jeeesssss…..suara Bis mengerem tanda berhenti  tepat di satu ruas jalan JEC, beberapa saat kemudian Hendra dan Fery turun dari Bis dan berlenggang memasuki halaman JEC yang begitu luas. Gedung JEC  yang begitu kokoh terlihat menjulang dengan muncong ke atas pada bagian depan bangunanya. Kiri dan kanan bangunan tersebut tampat sangat bersih dan asri serta tertata rapi. Dua buah jalan yang membentuk huruf D melintas menuju gedung tersebut sangat kontras sekali dengan taman di depannya, serta bunga yang berbaris lurus ikut mengitari jalan hingga ke jalan besar.  Taman yang terletak di tengah tengah lingkaran D tersebut begitu indah rumput – rumput pendek yang tertata rapi serta bunga – bunga yang tebal dengan ukiran indah di atas nya bertuliskan “JEC”. Di tambah lagi dengan kolam yang di tengah – tengahnya memancar air yang bening tiada henti membuat mata ini tiada jemu memandangnya. Di samping sebelah kanan  gedung tampak petugas parkir sibuk mengatur kendaraan yang keluar dan masuk.

Tampak pada gedung luar JEC deratan kios – kios  yang bersekat dengan segala macam barang yang siap untuk di jual serta beraneka ragam makanan atau minuman yang siap untuk di suguhkan. Kesibukan pun tampak luar biasa, hilir mudik tiada henti ada yang keluar dan ada yang juga baru datang dengan tujuan yang bermacam- macam. Namun tampaknya Fery dan Hendra tidak tertarik dengan kesibukan di luar gedung.  Mereka Tak beberapa lama kemudian memasuki gedung JEC, mata mereka tertuju pada loket – loket pembayaran ticket sebagai tanda masuk. Bergegas mereka menghampiri para penjaga loket dengan para wanita nya  yang masih muda dan cantik – cantik serta murah senyum.

”Beli Ticket masuk mbak“. Fery berucap sambil ia membenarkan posisi tas cangkolongnya.

”Mau berapa mas tiket nya ?“ jawab pelayan wanita tersebut sambil tersenyum manis.

”dua saja mbak….!”

“tapi kalau mau kasih gratisan satu, kami sangat berterima          kasih lho mbak.” Ujar Hendra yang tiba – tiba nyeletuk.

”hus ….kamu yang benar saja en, memang gratis punya mbahmu apa..? iya kan mbak ?”.

Wanita itu hanya tersenyum sambil ia melirikan matannya pada Fery kemudian ia mengulurkan 2 ticket padanya. Beberapa saat Fery memandangi ticket tersebut, ia merogoh saku nya mengeluarkan 2 lembar uang lima ribuan, dan beranjak pergi.

“ mas…mas …sebentar dulu ….ini kembalian nya”. Ucap sang wanita muda tersebut sambil mengulurkan uang beberapa lembar uang ribuan.

” sudahlah kembalian nya untuk mbak saja “. Kemudian cepat – cepat Hendra dan Fery menuju pintu tengah  untuk masuk ke ruang pameran. Wanita muda tersebut memandangi mereka dengan sorot mata keheranan. heran dengan sikap aneh dua orang yang ternyata mahasiswa dari kalimantan tersebut, ia memandangi keduannya tanpa bergeming hingga ke dua mahasiswa tersebut hilang di telan pintu masuk ruang pameran.

Fery dan Hendra menyerahkan ticket pada salah  seorang penjaga yang berbaris panjang dalam ruangan yang dekat dengan pintu masuk, di depan mereka terdapat meja panjang yang di atas nya tersusun rapi beberapa tumpuk cinderamata yang di peruntukkan keapada para pengunjung. Wajah mereka terlihat ramah dan murah senyum, dengan tata krama yang sangat santun mereka melayani pengunjung dengan senyum yang selalu membuat sang pengunjung betah dan ingin berlama – lama dengan mereka. Di tambah lagi pelayan tersebut adalah para wanita – wanita muda seusia SMA atau Kuliah dan tentu masa masa tersebut adalah masa ranumnya buah sehinga membuat geram dan gemas pada yang memandangnya. Terasa damai, sejuk dan tenang saat mereka menyambut pengunjung yang datang dengan tutur bahasa halus dan sopan serta gaya tubuh yang khas mereka mepersilahkan pada pengunjung untuk melihat – lihat pameran.

”Ah ..coba semua orang indonesia suka tersenyum seperti orang di sini ya en, pasti tidak ada keributan dan kekacauan di mana – mana !.” ucap Fery lirih sambil mereka berjalan mencari – cari dimana kios penjualan laptop.

“ ya tidak Bisa fer, kalau ada senyum pasti ada cemberut, hukum di dunia memang sudah baku begitu, tidak bisa di rubah rubah semuannya berpasangan saling berbanding terbalik”.

“Perkataanmu benar en, tapi aku yakin kalau kita semua Bisa melakukan apapun dengan senyum, maka kita tidak akan melukai perasaan orang lain, jika kita marah maka marahlah dengan senyum, jika kita sedang susah maka senyumlah untuk kesusahan agar beban teringankan, masalah hukum memang tidak Bisa di rubah tapi kita di berikan 2 pilihan baik atau buruk, iya atau tidak, termasuk tersenyum atau cemberut tinggal kita yang memilih”.

“enggiiiih ..pak“ ucap Hendra sambil setengah meledek. Namun Fery diam saja ia tetap terfokus pada kios penjualan laptop.

”kamu memang hebat Fer kalau berargumentasi, aku ngaku lah, yang penting kita sekarang ini cari laptop dulu nanti di sambung saja  “.

Mata mereka menyapu seluruh ruangan yang terbentang sangat luas. ya memang  ruangan JEC demikian luas, panjangnya kurang lebih dari  150 Meter dan lebarnya 50 meteran. Pameran peralatan komputer yang di gelar sangat bervariasi dari mulai alat – alat komputer, peralatan Shoting, peralatan multimedia, peralatan reparasi, buku – buku tutorial, CD, DVD dan banyak sekali yang lainnya. Suasana Pameran saaat it begitu ramai yang di padati oleh berbagai tumpuk kios penjual dengan beraneka macam barang, keramaian di pameran ini di sebabkan karena harga yang di tawarkan kepada konsumen relatif murah dari harga pasaran, sehingga para konsumen banyak memburu pameran sebagai ajang pesta belanja murah. Bahkan ada sebagian oarang yang berbelanja  barang – barang tertentu menunggu adannya pameran di buka. Selain harga yang relatif murah, alasan lain kosumen memburu pameran adalah kelengkapan barang yang di sediakan, sehingga para konsumen dapat memilah dan memilih barang serta membanding – bandingkan harga dalam satu tempat dengan banyak penjual yang hadir dari seluruh penjual di kota setempat.

Fery dan Hendra berhenti berjalan, mata mereka tertuju pada kios dengan sekumpulan rak – rak yang di atasnya terdapat banyak laptop yang berbaris tersusun rapi. Rak tersebut terdiri dari dua tingkat, tingkat yang pertama berisi laptop yang terlihat masih baru dengan label baru nya, sedangkan Rak yang ke dua berisi laptop yang sepertinya second namun masih mulus nyaris belum ada cacat.

”Fer. kayaknya benda yang kamu cari ada tu …!” ujar Hendra sambil menunjuk kumpulan laptop- laptop bersusun rapi yang kurang lebih berjarak 10 meter dari mereka.

”Ayo kita lihat “. Sahut Fery sambil mempercepat langkahnya mendahului Hendra ia sepertinya sudah tidak sabar lagi ingin memiliki salah satu dari laptop yang antri berjajar di depan matan nya. Dalam keasyikan Mereka melihat dan memilih seorang lelaki dengan suara dan tutur santun  menyapa mereka.

“ada yang Bisa saya bantu mas ? ”. sesaat mereka tertegun memperhatikan lelaki kurus dengan kacamata yang berada di samping mereka.

“ apakah mas – mas ini mau membeli laptop ? ”.

“ oh …iya mas, benar saya mau beli laptop, kalau yang Fujitsu mini ini berapa mas ?”. sahut Fery sambil ia menunjuk laptop yang di maksud.

” kalau yang ini mas harganya agak mahalan mas”. Sejenak lelaki tersebut diam keningnya berkerut tanda bahwa ia sedang berfikir. mungkin ia sedang menghitung harga modalnya berapa dan berapa ia mau menjual sehingga ia Bisa mendapatkan laba yang pantas.

”hargannya 13 juta mas Bisa nego kok !”.  ujar lelaki kurus tersebut memberikan tawaran.

“Kok mahal banget mas ?” tanya Fery dengan nada terkejut, ia terkejut bukan karena harga nya yang tinggi namun uangnya yang tidak mencukupi, ia memang tahu bahwa laptop mini tersebut harganya bukan kepalang tanggung untuk membeli motor baru yang standard sudah mendapatkan 2 buah, tentu hal ini tidak wajar jika di ukur dengan bentuk barang yang relatif kecil, Namun begitulah realita dalam dunia teknologi, semakin kecil maka barang teknologi tersebut memiliki nilai jual yang tinggi.

”Ini  kalau baru nya 19 juta 500 ribu lho mas, sampean jangan khwatir dengan barang dari kami, walaupun second tapi kwalitas terjamin soalnya belum pernah service, untuk membuktikannya ini saya lihatkan segelanya pasti masih utuh “. lelaki berkaca mata tersebut meyakinkan sambil ia meraih laptop kemudian memperlihatkan segel belakang yang masih utuh.

”lha ini malah masih ada segel Licensi resmi dari Microsoft windows”. Ujar lelaki tersebut kembali ia menimpali perkataanya.

Fery mengangguk – angguk kan kepala, tanda ia memahaminnya.

“sudahlah ambil saja laptopnya, kan keren bentuknya kecil lucu gaul lagi, dan tidak begitu merepotkan, sesuaikan dengan ukuran kamar kost kita fer”.

”kamu benar en …memang nggak merepotkan dan keren, tapi uang ku ini yang repot!”.

“masalah harga Bisa di kompromi kok mas “. Kembali lelaki berkaca mata tersebut berbicara.

” Maaf mas, saya rasa walaupun harga nya di turunkan uang saya tetap tidak cukup, bagus saya pilih laptop yang lain saja mas, ya tidak usah terlalu mewah yang penting cukup untuk program office dan sedikit editng saja udah cukup kok”. Jawab Fery dengan santun.

“oh ya nggak apa – apa, lha … yang ini juga bagus kok mas” ujar lelaki berkaca mata tersebut sambil ia meraih laptop bermerek MSI mega book yang terlihat tipis dan ramping, kemudian ia memencet tombol power untuk menghidupakan nya, selang waktu beberapa detik logo system operasi laptop tersebut tampil. Tak lama start up dengan suarannya yang khas di ikuti dengan tampilnya layar desktop beserta icon – icon program yang tersusun rapi pada layar.

Beberapa saat Fery dan Hendra memandangi laptop yang menengadah di depannya.

”silahkan di coba mas”. Ujar lelaki tersebut mempersilahkan Fery. kemudian jari jemari Fery bermain – main di atas keyped touch tersebut.

”Oh ya mas ini spesifikasinya nya apa saja tolong jelaskan “. ujar Fery sambil mencoba membuka program – program yang ada di layar desktop.

“ Ram 512 Mega byte,  Hardisk 40 Giga byte, Cd RW, WAN, LAN, Vga Ati 128 Mega Byte, Kecepatan 2, 8 Giga Hertz.dapat bonus tas dan Mouse”. Ujar lelaki berkacamata tersebut menerangkan. Sejenak Fery termenung dan mengerutkan dahi nya, ia memahami apa yang di terangkan oleh lelaki di depannya barusan.

”terus harga nya berapa mas ?”.tanya Fery singkat sekan ia tidak sabar.

“ 4 juta 500 ribu mas “.

“ Bisa kurang ngak ?”

“ Bisa, pokoknya saya kasih harga spesial sama mas, karena mas anak Kuliahan, saya merasa senang dengan anak Kuliah yang seperti mas ini, karena Bisa memanfaatkan uang dengan baik sesuai dengan kegunaanya”.

“ah tidak juga, jangan memuji, saya memang sudah ada keinginan sejak lama ingin memiliki laptop”.

“oh iya kelihatan nya mas bukan orang sini ya ?”

“Iya,  mas sendiri orang mana ?” ujar Fery balik bertanya

“saya asli dari padang, di pulau jawa ini saya merantau sudah lama dari mulai saya usia Sekolah dasar, saya di ajak oleh ibu saya merantau, dari mulai kota jakarta, kemudian pindah ke magetan, dan banyak lagi kota- kota yang pernah kami singgahi hingga usia saya menginjak 17 tahun kami masih berpindah. yang terakhir kali nya saya bersama ibu saya pindah ke Sidoarjo jawa timur, di sana kami hidup sudah mulai mapan, rumah walaupun sederhana kami memilikinnya dengan pekarangan yang cukup untuk kami buka toko kecil kecilan.” Sesaat lelaki berkaca mata tersebut terdiam, wajahnya berubah seolah ingatanya tertuju pada masa lalunya  yang menyedihkan.

“Terus kok sampean sekarang di sini?” tanya Hendra tiba – tiba.

“ceri tanya panjang mas, yang jelas tragedi itu bermula ketika semburan lumpur Lapindo Brantas bermula. Saat itu hanya beberapa Desa yang terendam lumpur. jarak Desa kami jauh, namun beberapa bulan kemudian lumpur dari neraka tersebut akhirnya menggenangi Desa kami.akhirnya kami berbondong –bondong pindah ke pengungsian”. Kembali lelaki berkaca mata tersebut terdiam matanya menerawang ke langit – langit ruangan JEC.

“Bagaimana  dengan nasib ibu mas ?”. tanya Fery dengan wajah serius.

“ awalnya ibu saya tidak mau mengungsi namun setelah saya beri pengertian, dengan terpaksa akhirnya ibu mengikut saja. Namun keadaanya di pengungsian tampak berbeda ibu saya sangat terpukul dengan kejadian tersebut. Ibu saya jatuh sakit dan 2 minggu kemudian ibu saya menghembuskan nafas terakhirnya di camppengungsian.”. lelaki berkaca mata tersebut menunduk, tampak matanya ber kaca – kaca seakan- akan  ingin menumpahkan air mata yang selama ini ia simpan.

Fery dan Hendra berpandangan mereka tak habis fikir mengapa hari itu mereka berjumpa dengan orang yang mereka kira adalah orang yang sukses tapi ternyata pernah bernasib malang juga. Mereka ikut terhanyut dengan cerita lelaki berkaca mata di depannya, masing – masing mereka terbayang akan orang tua mereka yang berada di seberang pulau, rasa rindu akan kampung halaman, rindu akan sapaan orang tua, saudara,sahabat, teman tetangga dan semua yang menyapa di kampung halaman dengan sapaan yang begitu mengesankan pada jiwa mereka masing- masing.

“ maaf mas jika kami mengingatkan masa lalau mas“ ujar Fery perlahan.

“ Ah tidak …..tidak apa – apa kok,!” lelaki tersebut tampak agak terkejut sambil ia membenarkan posisi kaca matan nya dan mencoba bersikap biasa.

“ Oh iya ….kita kenalan dulu mas dari tadi kita ngomong ngalor ngidul tapi belum saling mengenal” kembali lelaki tersebut berbicara sambil ia mengulurkan tanganya.

Fery pun menyambut tangan lelaki tersebut

“Nama saya Iwan nuryadin “. Ucap lelaki berkaca mata tersebut mantap.

Kemudian Fery dan Hendra saling mengenalkan diri, dan sedikit berbagi cerita dari mana asal mereka, serta bertukar alamat dan bersenda gurau sambil tawar menawar mengenai harga. Dan kemudian mereka mencapai satu kesepakakatan mengenai harga laptop. Fery pun membuka tas cangklongnya kemudian tanganya merogoh -rogoh mencari barang dari dalam tasnya, tak berapa lama ia mengluarkan bungkusan amplop yang di dalamnya terdapat lembaran – lembaran uang ratusan ribu. Fery menghitungya dengan hati – hati kemudian menyerahkan nya pada Iwan.

“ Sip pas uangnya, tunggu sebentar ya biar tak kemas dulu barangn nya “. Ujar Iwan setelah menghitung uanga dari Fery sambil meraih tas yang masih baru di belakangnya kemudian ia mengemaskan laptop serta mouse ke dalam tas dan di serahkan nya kepada Fery.

“ Terima kasih banyak mas iwan….kalau nanti ada perlu saya Bisa menghubungi sampean kan !. “.

“oh …Tentu tentu…ini kartu nama saya jika ada perlu jangan sungkan – sungkan hubungi saya aja , itu ada no toko tempat saya bekerja dan No pribadi saya “. Iwan mengulurkan kartu nama nya dari kotak kecil persegi empat yang terletak di atas pak tersebut.

“ Sekali lagi saya ucapkan  terima kasih ya mas, semoga daganganya laris, jadi sekarang kami pulang dulu”.

“iya …iya .. silahkan.”

 *******

Dengan menenteng dua tas yang satunya tas cangklong dan satunya tas bincing Fery dan Hendra kemudian meninggalkan iwan yang sibuk dengan barang daganganya.

“en kita pulang, atau ke tempat  Dokter Kunto ?”.

“ sebaiknya kita pulang saja.”.

“ Sip fren , sekalian kita menjajal laptop baru”.

Hendra dan Fery berjalan beriringan Ke dua nya kemudian keluar dari ruang pameran langsung berjalan menuju jalan raya untuk menunggu Bis. 2 menit kemudian datang dari arah barat Bis jalur 7, mereka melambaikan tangan tanda akan menumpang Bis tersebut. Tak lama kemudian Bis merapat lalau Hendra dan Fery menaikinya. ke duanya duduk pada bagian paling belakang, pada bagian pintu depan menyusul sesosok lelaki dengan pakain agak lusuh dengan menenteng gitar tua yang sudah usang. Dari roman wajahnya usia lelaki tersebut sekitar 40 tahun. Dengan mengucapkan selamat siang serta sedikit berbasa basi kepada para penumpang lelaki bertopi  merah dengan lambang kuda yang bertuliskan “MUSTANG” dan jagam lebat pada wajahnya ia mulai memetik tali – tali gitarnya dengan iringan suaranya mengikuti suara artis  legendaris terkenal, “Pance Pondang”. Para penumpang bagaikan tersihir dengan suaranya yang tergolong Perfetc di bandingkan dengan pengamen jalanan yang lain, lelaki tersebut tampak berbeda dengan yang lain walau pakaian yang di kenakan agak lusuh namun tidak mengurangi kerapiannya. Baju kaos nya yang lusuh tersebut rapi di masukkan ke dalam, dengan celana levis dan sepatu yang  juga usang sama sekali tidak mengurangi kerapian serta percaya dirinya pada penumpang. Dentingan gitar serta suaranya yang merdu mampu membuat para penumpang berdecak kagum. Kurang lebih 4 menit ia menyanyikan lagu. Dengan tersenyum ramah dan bahasa yang begitu halus lelaki tersebut melepaskan topi kemudian menadahkan topinya pada setiap penumpang untuk mengharapkan imbalan seikhlasnya atas jasa hiburan yang telah ia berikan. Kali ini tentu para penumpang sangat senang memberikan sedikit uangnya pada lelaki setengah baya tersebut. Dengan ikhlas Fery dan Hendra juga mengulurkan uang recehnya. Setelah usai menunaikan tugasnya lelaki tersebut kemudian kembali ke pintu depan, bersiap untuk turun.

Tidak terasa  Bis pun sampai di terminal Nggiwangan, Hendra dan Fery turun dari Bis, kemudian  mereka bergegas mencari Bis jurusan ke arah kost – kost an mereka tinggal. tak beberapa lama mereka menaiki Bis berwarna biru muda. Tak beberapa lama Bis tersebut berangkat dengan beberepa penumpang. Hendra dan Fery tampak nya sudah agak lelah, kelihatan nya mereka perlu mengisi energi kembali, wajah mereka agak lesu bagaikan tanaman yang layu di musim kemarau. Mereka duduk pada bangku no 5 dan 6 masing – masing menyandarkan kepala pada jok Bis sambil memeluk tas. Hanya suara deru mesin Bis dan kendaraan saling berpapasan yang terdengar, sepertinya suasana di dalam Bis benar – benar suntuk mungkin apa yang di rasakan Hendra dan Fery juga sama seperti yang di rasakan oleh penumpang lain.

“Hei………”

“Fery kan ?”

Seorang wanita berperawakan tubuh pendek namun tidak terlalu pendek dengan mengenakan pakaian kemeja berwarna hitam coklat garis garis dan celana jeans  menepuk bahu kiri Fery. Sejenak Fery termangu seolah – olah ia tidak yakin dengan apa yang di lihat nya.

“ Kenapa diam?” kembali wanita tersebut menegur

“  Iis ”.

Sepatah kata yang dapat keluar dari bibir Fery, ia tidak menyangka akan berjumpa kembali dengan wanita tersebut. Ketika ia masih duduk di bangku SMP wanita di hadapan nya tersebut telah mendahului nya meneruskan studi ke SMA 3 di Ketapang kalimantan barat. Dua tahun kemudian Fery juga menyusul ke Ketapang namun ia malah sekolah di Madrasah Aliyah Negeri Ketapang (MAN), setelah ke dua nya berbeda sekolah, mereka tidak pernah bertemu, di satu sisi Iis, tinggal di rumah orang dan tentu nya tidak bisa bebas, saat ia pulang sekolah langsung pulang mengerjakan pekerjaan apa yang harus di kerjakan, maklum saja nama nya orang “nunut” ( numpang) Segala macam keperluan telah di tanggung dari mulai tempat tinggal makan, bahkan sampai biaya sekolah semua di tanggung oleh si empu nya rumah.  sebagai orang nunut maka ia harus pandai – pandai membawa diri nya supaya ia dapat bertahan hingga sekolah nya usai. Wal hasil memang tidak mengecewakan, Iis adalah seorang siswa teladan ia adalah bintang di sekolah nya. selain ia cantik, ramah, dan murah senyum namun ia juga memiliki segudang prestasi di sekolah, nama  Iis sudah tidak asing lagi di sekolahan bahkan di luar sekolah hingga menyebar ke Sekolah lain bahkan hingga tingkat Provinsi ia pernah meraih prestasi yang sangat mengagumkan dari seluruh pelajar yang ada di seluruh Kalimantan Barat. Memang ia benar – benar berlian dan menjadi manusia yang langka.

Sungguh tidak di nyana – nyana ternyata prestasi yang di raih seseorang itu sering kali di raih dengan berjuang walau dalam keterbatasan. Mereka hanya orang Desa namun ternyata memiliki potensi yang luar biasa. banyak di antara mereka yang sukses dan setara dengan anak – anak di kota. Derajat mereka sama bahkan anak Desa derajat nya lebih tinggi dari pada anak kota, mengapa ? anak Desa terkesan polos dan lugu mereka belum tercampur dengan budaya luar yang tidak bermoral mereka jauh sekali dari itu karena dalam keseharian mereka yang ada adalah berjalan sesuai nafas kehidupan alamiah. Tanpa alat penunjang teknologi seperti TV Handphone atau VCD yang setiap saat Bisa di salah gunakan untuk hal – hal yang tidak baik. Dan hal ini merupakan momok bagi para orang tua di rumah mereka. Dalam keseharian anak Desa adalah belajar, membantu orang tua dan sesekali mereka bermain dengan teman – teman mereka. Suasana harmonis dan kekeluargaan lebih terasa dalam benak mereka, yang ada hanya ketulusan senasib sepenanggungan dalam kebersamaan.

“Kok malah melamun ?”

“ i..i.. ..iya  ,.. .apa kabar nya is ? Fery gugup

“ Baik “.

“Iis  tinggal di mana ?”

“ emmmm………..…!”.

Sejenak tampak Iis mengerinyitkan dahi nya ia duduk di kursi tempat ia duduk semula , seakan akan ada sesuatu yang ingin ia ungkapkan namun tertahan di bibirnya “.

“ apa is ?, cerita dong pengalaman nya dengan kami”

“baiklah, awal nya aku tinggal di Asrama Anak Pemda Ketapang“.

Sesaat Iis termangu ia tampak ragu akan menceritakan sesuatu kepada Fery, mungkin ia merasa tidak enak dengan teman Fery yang ada di sebelah kanan tempat Fery duduk dan belum di kenal nya.

“ Sudah Santai saja …ini teman ku ya teman kita juga dari kampung halaman. cerita saja tidak usah khawatir, atau mau ku kenalkan dulu…..?,”

“ayo en kenlan ni teman kita juga dia adalah teman saat kami SMP.” Fery meraih tangan Hendra dan bermaksud untuk mengenalkan nya dengan Iis.

“ Namaku Hendra “ uluran tangan Hendra di sambut Iis

“ Namaku SIis Oktaviani, panggilanku Iis, kamu ?”

“ Panggil saja Een,”

‘ Kamu ketapang nya di mana ?”

“ Sama di teluk batang juga“

“ Di mana nya ?”

“Paket 6 Tr 7 ”

“Jauh nya…,  bagaikan kutub utara dan selatan “

“maksudnya …..?” Hendra mengerutkan kening nya.

“ maksudnya jarak antara tempat tinggalku dan tempat tinggalmu itu seperti itu” .

“oooo….kamu tinggal di paket 2 ya ? “

“ iya “.

“Pantas, kamu kutub selatan nya aku kutub utara nya, iya kan ?”.

“ benar, oh ya kenalkan juga ini temanku satu fakultas, dia berasal dari Kendari ”.

Iis memberikan tempat untuk wanita di sampingnya supaya dapat mengulurkan tangan dan berjabatan tangan kepada Hendra dan Fery .

“ Namaku Selvi Kumalasari, panggilanku Vivi “

“ Namaku Fery Pratama, Panggilanku cukup Fery saja“

Beberapa saat lamanya mereka saling berkenalan dan bercerita serta berbagi pengalaman masing – masing. Suasana di dalam Bis yang mulanya sepi kini berubah menjadi lebih hidup dengan sesekali gelak tawa di antara mereka. sungguh sesuatu anugrah yang luar biasa dapat bertemu dengan kenalan baru serta teman lama apalagi teman satu kampung halaman, rasanya tak dapat di tuluskan dengan kata kata untuk mengungkapkan rasa suka cita tersebut.

Tampak pada perempatan jalan terlihat Plang terpampang dengan penunjuk panah yang menjorok ke dalam dengan bertuliskan Jl Sono Pakis. Bis yang di tumpangi oleh mereka menuju ke arah jalan tersebut. Hingga beberapa saat kemudian Bis berhenti tepat di depan rumah panjang berwarna hijau, lebih tepat nya di sebut sebagai kost – kost an karena terdiri dari beberapa pintu yang berbaris, dan plang pada depan rumah tersebut sangat jelas menandakan bahwa rumah tersebut adalah tempat kost.

Hendra dan Fery turun dari Bis dengan menenteng tas masing – masing, kemudian mereka melambaikan tanganya pada Iis dan vivi hingga Bis yang di tumpangi vivi dan Iis hilang dari pandangan mata.

Pada plang nama tertulis Selamat datang di “Asrama Mbah Wongso” kemudian di bawah nya tertera alamat, Jl Sono Pakis No 49. posisi rumah kost ini sangat strategis, pada bagian depan tepat Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogya (UMY), sehingga setiap tahun nya tidak pernah sepi oleh anak kost yang masuk dari penjuru nusantara. Tepat pada bagian selatan tampak gunung merapi menjulang tinggi dan tak henti – hentinya mengeluarkan kepulan asap putih kental. di saat sore hari pemandangan akan lebih indah, sambil menikmati sunset dan kegagahan merapi, menikmati secangkir teh hangat serta cemilan bersama teman – teman merupakan sesuatu yang membuat kesan sangat berarti di benak masing – masing, dan tidak akan terlupa walau suatu saat berpisah dan kembali ke kampung halaman masing – masing.

Pukul 10 lewat 45 menit suasana kost tersebut tampak agak sepi, para penghuninya sibuk masing – masing seperti halnya apa yang dilakukan oleh Hendra dan Fery.  Hendra dan Fery mamasuki kamar kost, mereka melapaskan tas cangklong dan di letakkan pada meja belajar.

“en  apa persedian lauk kita masih ada ?.”

“ Kayaknya sih masih, karena tadi si Agus bangun kesiangan dan tidak sempat sarapan dia langsung pergi kerja”.

“ Kalau begitu kita beres – beres saja sambil menjajal laptop ! ”.

“Ok fren, aku buatin teh dulu ya ”.

Hendra pergi ke dapur untuk membuat teh, sedangkan Fery sibuk dengan laptop baru nya. tak beberapa lama datanglah Hendra dengan membawa 2 cangkir teh, mereka menikmati teh sambil mengotak atik laptop yang baru mereka beli.

Asrama kost tersebut terdiri dari beberapa pintu satu pintu terdiri dari tiga kamar 1 ruang tamu sekaligus ruang belajar, dan dapur serta 1 kamar mandi dan kamar kecil. Fery, Hendra dan Agus menempati pintu ke dua. Pintu – pintu yang lain di huni oleh mahasiswa dari berbagai daerah ada yang dari sumatra, sulawesi, maluku,  bahkan irian.

Fery Kuliah di Universitas PGRI jurusan informatika, yang kebetulan universitasnya tidak jauh dari tempat ia tinggal, hanya dengan berjalan kakai sekitar 10 menit saja sudah sampai. Sedangkan Hendra dan Agus Kuliah di UGM ( Universitas Gajah Mada ), mereka menempuh nya dengan menggunakan  Bis jalur 7 perjalanan sekitar 20 menit.

Di asrama tersebut mereka menjadi satu atap dan satu tiang, susah dan senang mereka jalani bersama, tugas – tugas rutinitas juga mereka bagi secara adil, semangat gotong royong dan kebersamaan yang mereka bawa dari Desa masih saja mereka lestarikan, sehingga selisih paham jarang sekali terjadi. Jika ada masalah yang berat mereka selalu pecahkan bersama – sama,satu sama lain saling terbuka, saling mengisi kekurangan, saling berbagi dan saling melengkapi.

Waktu telah menunjukkan pukul 1 siang Fery dan Hendra masih saja asyik dengan laptopnya, mereka benar benar bersuka cita karena mendapatkan sarana yang selama ini sangat vital bagi para mahasiswa. Dengan laptop tersebut semua tugas Kuliah tidak perlu lagi mereka upahkan ke rental pengetikan. Begitulah hari pertama Fery mendapatkan laptop, satu hari full ia habiskan waktunya di asrama, dan kebetulan waktu itu adalah hari minggu sehingga ia tidak Kuliah.

*******

            Berjalan pelan sang waktu, 1 bulan berlalu dari pertemuan nya dengan sahabat lama nya SIis Oktaviani saat di Bis. dan hari ini ia ada janji bertemu dengan Iis mengenai sesuatu hal yang sangat penting. Ya benar pertemuanya hari itu berjalan dengan lancar dan cukup memuaskan  selain ia mendapatkan informasi yang berharga, ia juga mendapatkan pelajaran yang sangat mahal dari sahabat nya tersebut. Waktu 3 jam setengah mereka manfaatkan sebaik mungkin untuk bertukar fikiran dan pengalaman. Fery merasa ia tidak ada apa – apa nya jika di bandingkan dengan Iis yang telah dapat menuai sukses. Ia merasa harus banyak belajar dari gadis yang cantik serta berkarakter tersebut. setelah usai pertemuan, Fery langsung pulang karena siang itu ia harus menunaikan kewajiban nya.

Sesampai nya ia di rumah Fery menghidupkan laptop lalu membuat catatan kecil pada halaman Microsoft Word tentang pertemuan nya kali ini dengan Iis untuk pertama kali nya di Jogya. Ya benar Fery selalu membuat catatan – catatan kecil walaupun dulu ia belum memiliki laptop ia mencatatnya pada buku agenda nya. yang ia catat adalah peristiwa – peristiwa penting dalam sejarah hidupnya.

Alareter dari laptop berbunyi sesaat, tanda laptop tersebut Shutting Down. Fery melipat laptop dan memasukkan nya ke dalam tas, Hendra beranjak pergi ke kamar mandi dan Fery mengemaskan perlengkapan Kuliah, beberapa menit kemudian Hendra telah usai mandi ia pun menyambar handuk yang ada di sampiran kemudian bergegas untuk mandi. Setelah mereka mandi kemudian mereka makan siang dan brsiap – siap akan pergi Kuliah.

“Oh ya fer bagaimana pekerjaan mu?”, dengan mulut yang masih di penuhi makanan Hendra berbicara.

“Ya biasa – biasa saja en, kau sendiri bagaimana ?, apa kira – kira kau  di terima bekerja di Klinik nya Dokter. Kunto ?”.

“ Tidak  tahu Fer, aku sih tidak yakin kalau di terima”.

“Kenapa” ?.

“feling ku saja mengatakan demikian”.

“Kau tidak boleh pesimis begitu en, kita mesti yakin dengan diri kita, meskiupun kamu nanti tidak di terima bekerja di tempat Dokter kunto, setidaknya kamu memperoleh pelajaran mengapa kamu tidak di terima”.

“ iya sih, aku sebenarnya malu sama kau dan Agus yang telah memiliki kerja sampingan, kan tidak mutlak mengharap kiriman dari kampung terus, kan kau juga tahu fer kalau kampung kita barusan di landa  paceklik, semua Petani rata – rata gagal panen, setiap benih yang mereka taburkan di ladang tidak ada yang membuahkan hasil, mereka hanya mengharapkan dari hasil kebun, itupun jika memilikinya, kalau tidak ya harapan terakhir tinggal mencari daun nipah di kuala dan di jadikan atap kemudian di jual, atau mencari ikan dengan menjala, memancing atau merawai, dan hasilnya kaupun juga tahu sendiri hanya cukup untuk makan”.

“Iya benar yang kau katakan en, untungnya keluarga kita masih memiliki cadangan kebun, sehingga keadaan tidak terlalu parah, bahkan kita masih sempat di kirimi uang juga”.

Hendra sesaat tertegun, ia membatalkan suapan nasi yang akan masuk ke dalam mulutnya, tampaknya ia tercekat dengan perkataan Fery terakhir, ia sadar bahwa kiriman nya belum datang, sudah 2 bulan ini tidak ada kiriman untuk nya, persediaan uangnya  sama sekali sudah habis sehingga makan pun ia di tanggung dengan ke dua teman nya. perasaan nya tiba – tiba tidak enak,  ia merasa sangat membebani ke dua teman nya tersebut, cepat cepat ia menyudahi makan kemudian beringsut dari temapt duduk nya.

“ Lho en mau kemana ?,”

“ Aku sudah kenyang fer. “

“ eh sebentar dulu, gudeg nya ini di habiskan, kan si Agus pulang nya malam, ntar gudeg nya jadi basi kalau tidak habiskan. “

“ kau sajalah yang menghabiskan aku sudah kenyang”.

“Eh, jangan begitu, sini duduk aja sebentar aku mau bicara penting tentang pekerjaan mu “.

“ apa ?”. jawab Hendra singkat sambil ia duduk kembali

“ Seandainya kau  tidak di terima bekerja di Klinik dokter kunto kau mau tidak jika ada tawaran kerja lain? “.

“mau sih,  emm……..tapi aku sudah terlalu banyak merepotkan kalian, aku tidak Bisa membalas nya fer”.

“tidak usah berbicara seperti itu, kita di sini dalam satu atap dan satu tiang, susah dan senang telah kita jalani bersama, maka kita di sini adalah keluarga, walaupun bukan keluarga sedarah namun ikatan emosional kita telah mengakar kuat, jadi selayak nya kita saling membahu dan tolong menolong sesama saudara”.

Wajah Hendra menatap lurus Fery dengan penuh makna, ia tiada berkata – kata, namun demikian seakan sinar mata nya telah memberikan isyarat bahwa dia pasrah pada apa yang ia alami sekarang. Nasibnya tergantung pada ke dua teman nya, ia tidak dapat membayangkan jika ke dua teman nya tersebut tidak meperdulikan, mungkin nasib nya akan lebih buruk dari sekarang, bisa – bisa ia tidak tinggal di asrama kost lagi, ia sudah menggelandang dari satu kolong jembatan ke kolong jembatan yang lain, atau yang terparah ia putus dari Kuliah nya. dan selanjutnya ia harus menatap masa depan yang begitu suram.

“ Hei .. kok malah termenung.?”.

“Ah tidak …….. aku Cuma membayangkan jika kalian tidak memperdulikanku, maka nasibku akan sangat buruk saat ini aku memang perlu bantuan ,aku sadar jika aku tidak Bisa hidup begini terus, karena kondisi keluargaku saat ini mungkin sudah sulit untuk membiayaiku”.

“Nah begitu. aku siap membantu mu kok, memang ada apa dengan keluargamu coba ceritakanlah?”.

“Keluargaku kena musibah fer,”.

“Kapan en ?” .

“2 minggu yang lalu aku menerima surat dari kampung, tapi musibahnya sudah 4 minggu sebelum nya”.

“ Musibah apa ? dan kenapa kau baru bilang ?”.

“ maaf fer aku tidak enak sama kalian untuk menceritakan nya, musibah Kebakaran, semua kebun kami habis di lalap api dari mulai lokasi Sorjanan hingga sampai lokasi yang ada di Belahan antara paket 5 dan paket 6”.

“Kok Bisa terjadi, apa tidak di jaga ?”.

“kau kan tahu sendiri kondisi tanah di sana, dengan tanah gambut yang begitu tebal sehingga mudah terbakar, apalagi musim kemarau tentu air walau setetes sangat sulit untuk di dapatkan.”.

Sesaat Hendra berhenti bercerita ia terdiam seribu bahasa, ia bingung apa yang harus ia lakukan untuk menghidupi dan meneruskan Kuliah nya karena keluarga nya sudah berserah padan nya untuk memutuskan berhenti Kuliah, lantaran sudah tidak mampu untuk membiayai nya. Namun tampak nya ia tidak mau menyerah begitu saja, bukti nya ia saat ini masih bertahan tetap Kuliah, ia sudah kepalang basah, beberapa semester telah Ia lalui dan berapa banyak biaya yang telah ia haBiskan, akankah ia berhenti begitu saja, ternyata tidak,  ia tidak akan berhenti di tengah jalan, namun untuk meneruskan perjalanan tersebut tentu nya memerlukan biaya, nah biaya itu yang ia benar – benar tidak punya saat ini jangankan untuk biaya Kuliah, makan saja ia menumpang pada ke dua teman nya.

“ aku mengerti apa yang kau alami en,“. Fery berucap Sambil mengangguk – angguk serius ia memandang wajah Hendra yang tampak lesu tampak nya ia kebingungan dan kehilangan semangat. Fery membayangkan bagaimana jika ia berada di posisi Hendra, tentu nasib nya juga tidak berbeda, sungguh mengenaskan sekali jika hal tersebut terjadi pada nya, semua kebun yang selama ini menjadi sumber penghasilan dan penghidupan ludes di makan api, sama hal nya dengan pegawai yang di pecat dari pekerjaan nya. ya demikianlah hidup di daerah tanah bergambut yang ada hanya kesia- siaan. Kebun yang telah di rawat bertahun – tahun dengan penuh perjuangan., keringat bercucuran untuk mempertahan kan kehidupan tanaman agar tetap hidup dan membuahkan hasil sirna begitu saja dalam sekejap. Asap yang mengepul di mana – mana bagaikan asap mesiu dan granat atau bom di kala perang adalah pemandangan yang biasa, air sumur yang kering, bahkan kali – kali ( sungai) di saat kemarau sudah tidak layak lagi di sebut sebagai kali, karena kali sudah tidak lagi mengalirkan air, fungsinya berubah menjadi tempat bermainnya anak – anak, gerobak sodor, kelereng, jepretan, pasar – pasaran, engklak, itulah permainan yang lazim mereka lakukan di dalam kali yang kering kerontang tersebut.

Di pagi hari di musim kemarau kabut sangat  tebal, jarak pandang hanya setengah sampai 1 meter, matahari yang seharus nya memberikan sinar nya pada mayapada tidak mampu menembus tebalnya kabut, sehingga udara serasa sumpek tidak bersahabat dan sering kali menimbulkan masalah pada kesehatan. keadaan ini di perburuk lagi dengan sulitnya menemukan air, jangankan untuk mandi air untuk minum saja sangat sulit, dalam satu hari, satu kali mandi dengan air tawar adalah keuntungan yang luar biasa, karena air tawar saat musim kemarau sangat sulit didapatkan, air tawar biasa nya hanya di pakai untuk minum atau memasak, untuk mendapatkan air tawar tersebut jarak yang di tempuh puluhan kilo meter dari paket. Bagaimana dengan sumur ?, ya sumur sebenarnya adalah alternatif  air bersih, namun sangat di sayangkan, setiap kali membuat sumur sedalam apapun sumur tersebut airnya sangat tidak bersahabat selain rasanya yang asam warna air nya keruh ke kuning kuningan. Jika di buat mandi sabun pun tidak dapat memberishkan, jika di buat mencuci baju juga tidak dapat memberiskan, malah baju yang berwarna putih menjadi kabur dan berwarna kuning.

“Fer.  katanya tadi ada prospek kerja untuk ku!”. Suara Hendra tiba – tiba memecah keheningan.

“ Oh ya, begini en …kau tahu kan dengan Iis ?”.

“ Iya kenapa dengan Iis ?”.

“ Kemarean aku ada buat janji dengan nya dan tadi pagi kami bertemu, dia tadi sudah bercerita panjang lebar tentang posisi nya sekarang, kalau menurut pengamatanku ia adalah calon orang yang sukses, untuk saat ini ia memasuki tangga pertama sukses.”

“Terus hubungan nya dengan aku apa fer ?” .

“Ya jelas ada hubungan nya, begini, si Iis itukan saat ini diserahi usaha Apotik oleh Ibu angkatnya supaya di kelola, dan dialah yang mengendalikan sepenuhnya.”.

“ terus”.

“ia pasti Bisa membantumu untuk mendapatkan pekerjaan, dan kebetulan Apotik kan ada hubunganya dengan Kuliahmu sekarang”.

“ Tapi aku malu fer ….”.

“sudah gampag… nanti biar aku saja yang bicara sama Iis ”

“ terima kasih fer,  kau sudah terlalu banyak membantuku, aku tida Bisa membalas budi baikmu”.

“ sudahlah…kita ini kan saudara selayaknya saling membantu, susahmu adalah susahku juga, dan begitu sebaliknya”.

“ tapi…!”.

“ tapi apa en ?“ .

“Maaf fer, apakah kau yakin dengan perkataan Iis ?, sebegitu mudahkah orang memberikan kepercayaan pada orang yang bukan familiy nya, apalagi dia hanya anak angkat, apa dia tidak mengarang – ngarang cerita”.

Fery diam, sejenak termenung ia mencoba untuk memahami kata – kata Hendra, memang ada sepercik ke khawatiran dalam hati nya mengenai Iis karena sekian lama nya ia berpisah baru di Bis bulan lalu dan  tadi pagi ia kembali bertemu dengan nya, akan kah ia mempercayai dengan apa yang di ceritakan Iis. Namun hati nya menguatkan bahwa apa yang di katakan Iis adalah benar, ia tahu benar dengan sosok Iis, dari mulai kecil Iis adalah teman spermainan yang sekaligus juga sahabat terbaik nya.

“maaf  fer, apa ada yang salah dengan kata – kataku? “.

“ah tidak, kau benar en, kau berperanggapan seperti itu karena kau tidak mengenalnya”.

Hendra terdiam, seakan –akan ia merasa bersalah dengan apa yang barusan ia katakan.

Fery menghela nafas panjang.

“bukan maksudku untuk memujinya en, Iis adalah sahabat terbaikku ia tidak pernah berbohong padaku, apa yang ia katakan sesuai dengan kenyataan yang ada, dan semua orang tahu akan hal itu”.

“ Sekali lagi maaf fer kalau aku salah menilai nya”.

“ sudahlah tidak usah di pikirkan, mari sekarang kita berangkat Kuliah, kayaknya kita hari ini telat masuk “.

“ Waduuh … iya ya, inikan sudah jam setengah dua, kau sih enak tinggal loncat saja sudah sampai di kampus”.

“ Ya sudah kau cepat berangkat duluan, ini biar saja aku yang mengemaskan. Oh iya uangmu masih ada tidak ?”.

“ Uangku habis Fer “.

“ Ini kau pakai saja dulu”. Ucap Fery sambil ia merogoh saku bajunya dan mengulurkan uang lima puluh ribuan kepada Hendra”.

“ makasih ya fer, nanti kalau aku sudah dapat pekerjaan uangmu  ku ganti”.

“ iya Sudah sana cepetan kau pergi Kuliah nya”.

Hendra kemudian bergegas pergi sambil menyambar tas kuliah nya, sementara Fery mengemaskan dapur. Tak beberapa lama Fery juga pergi ke kampus di dekat kost – kost an. Hari itu jadwal Kuliahnya tidak terlalu padat, hanya dua mata Kuliah saja.

Menjelang malam hari asrama kost – kost an tersebut tampak lebih ramai dari pada siang hari. Semua mahasiswa berkumpul melepaskan lelah di pintu asrama mereka masing – masing. Begitu juga pada Fery, Hendra dan Agus. mereka duduk – duduk di ruangan tamu yang sekaligus di gunakan sebagai ruang belajar. Agus dan Hendra sibuk dengan menyusun buku merekan masing – masing, sementara Fery sibuk dengan laptop nya.

“ gus ! “.

“ Apa fer ? “.

“ bagaimana dengan pekerjaan mu tadi pagi ,? Apa kau tidak di marahi oleh bos kalau terlambat?”.

“ bos ku itu  malah lebih parah fer”.

“ maksud mu ?”.

“ dia itu datang nya selalu siang dari karyawan nya”.

“ Wah kalau begitu kamu siang aja datang nya “. Sahut Hendra.

“ya enggak lah, kau jangan mengikuti bosmu status nya saja sudah beda, sebagai bos wajar – wajar saja kalau terlambat, tapi kalau karyawan terlambat kan tidak wajar”.

“ benar yang kau bilang fer, aku setuju, jangan seperti Hendra baru saja Kuliah dia sudah tidak disiplin,  apalagi kalau sudah bekerja “.

“ enak saja kau gus,  nanti akan ku buktikan kalau aku menjadi bos, aku akan lebih dulu datang dari pada dari karyawanku”.

“ Udah tidur saja, mimpi saja kau jadi bos”. Ucap Agus sambil ia menenteng buku kemudian masuk ke ke kamar nya.

“Yang jelas dunia ini terus berputar gus, hari ini aku kere, tapi besok ataupun lusa siapa yang tahu kalau aku menjadi kaya, begitu kan fer ?”.ucap Hendra minta pembelaan, sambil ia berpaling pada Fery yang masih asyik dengan laptop nya.

“ benar. Oh iya en tadi aku menghubungi Iis lagi via telpon, aku memastikan tentang prospek kerjamu”.

“ terus bagaimana?’.

“ Ku jelaskan dengan nya tentang dirimu dan maksudku menghubungi nya, dia menyambut dengan senang, dan ia menerima tawaranku, karena kebetulan ia juga mencari beberapa orang karyawan lagi untuk dapat bekerja membantu nya. dan dia sangat bergembira sekali kalau kau  bisa bekerja membantu nya, mungkin ia memiliki kepuasan tersendiri bisa membantu teman satu perjuangan di negeri orang. Aku salut sekali pada nya, jiwa sosial nya cukup tinggi, meski ia telah berkecukupan namun penampilan nya tetap saja sederhana, bahkan ia memilih naik Bis dari pada ia memakai kendaraan pribadi saat ia pergi Kuliah. Dia bilang kalau naik Bis itu lebih merakyat daripada  membawa kendaraan pribadi”.

“ Jadi kapan aku Bisa memulai kerja ?”.

“ Iis bilang kau besok pagi – pagi di suruh datang saja ke tempat nya bekerja.”

“ Oh ………secepat itukah ?”.

“iya”.

“ waah .. aku jadi minder nih”.

“ Kok Minder ?”.

“coba saja kau bayangkan fer, dia itu teman kita sekampung, kalau karyawan tahu akan hal itu tentu aku sangat malu.”.

“Kau jangan gengsi,  en !, apa kau mau putus Kuliah hanya karena gara- gara gengsi ?”.

“ iya sih……, tapi batin ku ini rasa nya tersiksa, dan tertekan”.

“nah itu, itu dia… yang membuatmu seperti itu karena rasa gengsi, buang jauh – jauh perasaan mu itu, karena akan membuatmu menjadi orang yang tersiksa”.

“ cara nya bagaimana ? “.

“ Kau jalani saja dulu apa ada nya, dan ku rasa Iis adalah orang yang pandai memposisikan diri nya, ia tahu bagaimana memperlakukanmu dari karyawan – karyawan yang lain. Dan ingat Semua ke khawatiran mu tidak akan terjadi jika kau Bisa mengkondisikan dirimu sebaik mungkin”.

Kata kata Fery kali ini begitu tegas, seakan – akan ia memberikan kejelasan pada Hendra untuk serius dan tidak main – main dalam menghadapi kenyataan hidup. Makna Kalimat itu begitu dalam sehingga Hendra terpekur memikirkan apa yang barusan di ucapkan Fery

“ Benar apa yang di katakan nya   En !, inti nya kita itu mesti legowo dan nerimo dengan keadaan kita”.

“ Iya en,  benar juga apa yang di katakan Agus” ucap Fery menimpali kembali.

“ Baiklah sekarang aku Bisa mengerti “.

“ Nah begitu, masa calon Bos kok lemah semangat !”.

“ Ok fren terima kasih atas dukungan nya, aku mau mandi dulu badan ku rasa nya sudah melekat dengan baju “.

“ Ok nanti kalau sudah lepas mandi pintu depan jangan lupa di tutup, aku mau tidur dulu “.

“ lho apa kamu tidak ada kerjaan di toko fer ?”. sahut Agus dari dalam kamar nya.

“ Kalau nurutkan kerjaan tidak pakai haBis, Cuma hari ini aku sangat lelah, aku  mau istirahat dulu”.

“ enak ya, Bisa kerja seperti  dirimu fer ?”.

“ enak nya ?”

“ ya bebas, bisa kerja bisa enggak “.

“ iya sih, tapi kalau enggak kerja kan tidak dapat uang”.

“Tapi sekarang kamu kan sudah punya laptop, jadi pekerjaan sudah lebih ringan tidak perlu kau kerjakan di toko semua, job yang tidak selesai di toko Bisa kau bawa pulang”.

” iya benar gus”.

Fery kemudian melipat laptop, kemudian ia masuk ke kamar ia letakkan laptop pada meja kecil di samping tempat tidur, kemudian ia merebahkan tubuh di kasur sederhana nya. namun demikian ia masih saja belum dapat tidur, ia memaksa matanya terpejam namun tetap saja masih belum dapat tidur. Sesekali bayangan wajah Iis melintas di pikiran nya, namun cepat – cepat ia menepis nya, ia tidak mungkin membayang kan nya karena ia telah memilki sang kekasih yang setia menunggu nya. bahkan ia telah berikrar dan bersumpah untuk tetap setia walau jarak dan waktu memisahkan. Pikiran Fery berkecamuk tak menentu, dua wajah yang anggun selalu melintas bergantian, namun sekali lagi ia menguatkan hati nya bahwa antara ia dan Iis tidak akan terjadi hubungan apa pun. Namun walau bagaimana ia harus mengakui jika Iis adaalah The best and  perfetc.

Kembali ia mengingat penuturan Iis saat pertemuan nya tadi pagi, tentang kehidupan nya di kota Jogyakarta. Mula nya Iis tinggal di asrama anak Pemda Ketapang, setelah beberapa bulan kemudian ia mengalami anugrah dari yang maha kuasa melewati kejadian yang tidak di sangka – sangka dan akan membawa nya pada hidup yang lebih baik.

Hari kamis di penghujung tahun 2002 itu merupakan hari bersejarah untuk nya. Sore hari menjelang malam saat ia pulang dari Malioboro saat ia melintasi perempatan jalan menuju asrama tiba – tiba ia melihat sesosok perempuan setengah  baya tergeletak di bawah emperan toko dengan penampilan yang awut awutan, namun aneh nya baju yang ia kenakan adalah baju yang tergolong mahal serta perhiasan yang melekat pada tubuhnya menandakan kalau dia adalah orang berada, tapi mengapa penampilan nya semrawut, rambut nya yang panjang tampak tidak teratur. Iis mendekati nya ia menatap wajah perempuan setengah baya yang tergeletak lemas tersebut. kemudian ia mengajak nya bicara, namun percuma saja perempuan tersebut tidak merespon apa yang di bicarakan Iis, tatapan mata nya kosong menerwang jauh ke arah langit merah  terbenam nya matahari, Iis tidak tega melihat nya demikian dengan segenap upaya ia membujuk wanita tersebut, dengan penuh ketulusan dan kasih sayang Iis berjongkok dan duduk bersimpuh tangan kiri nya memegang jari jemari  wanita tersebut kemudian ia menempelkan punggung tangan kanan nya pada kening wanita tersebut.

“ Suhu badan ibu Panas sekali, “. iis berucap dengan halus

Wanita setengah baya tersebut masih terdiam seribu bahasa sinar keputus asaan jelas terpancar dari roman wajah nya yang tirus dan menyedihkan.

“ Bu mari ke tempat saya saja, ibu akan saya rawat di tempat saya, kalau ibu di sini terus ibu bisa – bahaya.”. ujar Iis kembali membujuk wanita tersebut. kali ini usaha nya tidak sia – sia wanita tersebut berbicara walaupun dengan suara yang sangat lemah.

“Biarkanlah nak, ibu hidup di dunia ini sudah tidak ada guna nya lagi, lebih baik ibu mati saja”.

Iis memandangi wanita tersbut penuh makna, mata nya mulai berkaca – kaca, dan akhirnya ia menjatuhkan butiran – butiran bening dari pelupuk mata nya, ia teringat saat detik – detik ibu nya menghembuskan nafas terakhir, ia sekilas terbayang wajah sang ibu saat memberikan pesan – pesan terakhir untuk nya. seketika itu juga Iis menubruk tubuh wanita setengah baya di depan nya, dengan segenap kasih sayang dan ketulusan nya ia mendekat erat tubuh wanita tersebut sambil terisak – isak menahan tangis.

“Ibu ….jangan berkata begitu “ sambil terisak – isak Iis berucap dengan penuh kelembutan.

“ Mengapa kamu menangis nak ?”. dengan tatapan kosong dan suara yang sangat lemah wanita tersebut memaksakan untuk bicara .

“ Saya tidak mau ibu pergi…, ibu harus ikut dengan saya”.

Bibir pucat wanita  tersebut bergetar – getar ia mengucapkan sesuatu yang tidak jelas, dan beberapa saat kemudian ia terdiam, tak bergerak,  Ternyata pertahanan wanita tua tersebut ambrol ia sudah tidak mampu lagi menahan rasa sakit yang di deritanya, tubuh nya yang kurus wajah nya yang tirus dengan guratan guratan kesediahan tampak dengan jelas, seperti nya ia mengalami tekanan batin yang teramat dalam sehingga ia menggelandang seperti orang gila yang sudah tidak ingat apa – apa. Iis panik, namun ia cepat memeriksa denyut nadi wanita tersebut, ternyata denyut nadi nya masih ada, bergegas ia cepat – cepat langsung pergi ke telpon umum yang berada di seberang jalan.

Tuut …tuut…tuuu.t. …berkali kali suara tersebut terdengar tanda nomor yang di hubungi tidak menjawab, kembali lagi ia meredial nomor tersebut, hingga beberapa kali ia menelpon kemudian terdengar jawaban dari seberang sana.

“ Ya selamat sore ada yang Bisa kami bantu”.

Begitulah sahutan dari seberang sana, kemudian Iis dengan segera menginformasikan keberadaan serta maksud nya. setelah itu dengan segera ia menutup telpon dan bergegas ia kembali mendatangi wanita setengah baya yang tergeletak di emperan toko. Sekitar 20 menit kemudian suara ambulan terdengar meraung – raung, kembali Iis pergi ketepi jalan kemudian ia melambaikan tangannya. Tak lama kemudian ambulance berhenti, 2 orang petugas berpakaian putih turun dari ambulance dan berbicara sesaat dengan Iis, tak berapa lama kedua petugas tersebut menggotong tubuh wanita setengah baya yang tergolek tak berdaya di emperan toko tersebut.

Malam itu juga Iis tidak pulang ke asrama ia hanya menghubungi via telpon dan menjelaskan semuanya pada pada Bu Karmila dan Pak Rafik  yaitu orang tua dari para mahasiswi dan mahasiswa yang ada di Asrama Anak Mahasiswa Ketapang. Malahan mereka akan mengutus dari teman – teman Iis untuk ikut menemani nya di Rumah Sakit, den rencana nya Pak rafik beserta istrinya besok akan ikut berkunjung ke Rs. Sardjito. Iis merasa terharu, bercampur bahagia, di satu sisi ia merasakan hidup nya lebih berarti karena Bisa menolong sesama, dan di sisi yang lain solidaritas Pak rafik serta istri nya juga teman – teman nya sangatlah tinggi. Di zaman ini Rasa solidaritas sungguh merupakan sesuatu yang sangat langka dan menjadi barang yang mahal.

Kurang lebih 2 jam telah berlalu, waktu telah menunjukan pukul 8 malam, tiga orang teman Iis datang ke Rs. Sardjito dengan membawa tikar lipat, beberapa lembar kain dan pakaian, makanan, serta buah – buahan. Iis menyambut nya dengan suka cita, ia lalu mempersilahkan teman – teman nya duduk dilantai, di dekat mereka terdapat ranjang tempat wanita tua yang malang tersebut tergolek lemas. masih belum ada tanda – tanda jika wanita tersebut akan siuman. Bagaikan tetesan embun yang menetes satu persatu dari selang infus yang tergantung pada tiang penyangga seakan seirama dengan detak nadi wanita setengah baya yang lemah tersebut. ketiga teman Iis hanya dapat menunduk dan menggelengkan kepala nya serta masing masing menghela nafas panjang seraya berucap di dalam hati dengan ucapan belas kasihan.

Iis kemudian menceritakan semua kejadian yang di alaminya sampai tuntas hingga ia Bisa membawa wanita tua tersebut ke rumah sakit. Ke tiga teman nya hanya mengangguk – angguk kan kepala nya dan sesekali meng iya dan menggelengkan kepala serta sesekali menanggapi singkat. Ke tiga teman nya begitu setia mendengarkan cerita yang ia tuturkan.

“Nanti yang menanggung biaya nya ini siapa ?”. salah seorang teman Iis bertanya di akhir ia menerangkan kejadian yang di alamin nya.

“Tenang aja Dev, semua nya aku yang bertanggung jawab karena tadi aku sudah menanda tangani surat dai rumah sakit dan aku mengaku sebagai anak kandung nya, entah bagaimana caraku untuk dapat biaya tersebut yang jelas aku harus menjadi penanggung jawab nya karena aku yang memutuskan untuk menelpon dan meminta bantuan pada mereka”.

Sejurus, Ke tiga teman nya terdiam, dalam hati mereka mengaggumi kepribadian Iis yang benar – benar mulia, walaupun ia hanya seorang mahasiswi yang hanya tinggal di asrama dengan hidup sederhana bahkan pas – pas an, namun ia memiliki hati yang benar – benar mulia. Kalau di hitung dengan rupiah hanya berapa sen saja gaji nya sebagai penjaga wartel di sela – sela kesibukan nya seorang mahasiswi. Iner beauty nya benar – benar terpancar dari dalam diri nya, dengan kelemah lembut an serta tutur kata nya yang santun mampu menyihir setiap orang yang berhadapan dengan nya. ia termasuk wanita yang ulet berkarakter dan memiliki ketegaran serta kesabaran yang luar biasa.

Sesaat suasana hening bahkan sangat hening, masing – masing bagaikan mengehingkan cipta di kala para anggota upacara bendera di hari senin mengingat jasa – jasa para pahlawan yang gugur membela bangsa. Yang terdengar adalah suara sepatu para perawat dan dokter yang lalu lalang melewati kamar tersebut, dan sesekali suara roda – roda yang bergemericik membawa jasad – jasad yang terkulai tak berdaya. Jika malam Suasana rumah sakit sangat mencekam, setiap detik bayang – bayang kematian selalu mengintai dan membayangi para wajah – wajah yang tak berdaya dan tergolek lemas di pembaringan.

“ Apa kamu punya cukup uang untuk membiayai ?” kembali seorang teman nya yang berbaju kaos pink dan jaket Levis nya berbicara.

“uangku mungkin tidak cukup Wen, tapi aku akan cari pinjaman ”.

“apa sebaik nya kamu tidak menunggu sampai ia siuman kemudian bertanya tentang identitas serta alamat nya. siapa tahu kita Bisa memberi tahukan kepada keluarga nya”.

“Benar apa yang di katakan devi is”. Sahut wanita berbaju kemeja dengan lengan panjang yang dari tadi hanya berdiam diri.

Iis mendongak kan kepala ke atas sambil ia menghisap nafas dalam – dalam kemudian ia menghembuskan nya.ia membenarkan posisi duduknya dan menggeser agar lebih dekat dengan teman – teman nya. ia raih pisau dan buah apel yang ada pada kresek hitam di depan nya lalu ia mengupas satu persatu dan memasukkan irisan irisan apel ke dalam mulut nya.

“ Kalian benar, hal tersebut juga sudah ku fikirkan, namun aku tidak yakin, karena aku tahu persis dengan apa yang di alami oleh nya, ia mengalami depresi, dan hal tersebut tentunya menyulitkan komunikasi. Mungkin ia Bisa bercerita tentang diri nya setelah beberapa minggu kemudian”.

“ Jadi solusi nya bagaimana ?”. Devi kembali berbicara

Suasana hening kembali, Iis dan ke tiga teman nya terhanyut dengan fikiran nya masing – masing untuk mencari jalan keluar yang terbaik, mereka termenung sambil sesekali mengurut – urut kening yang tidak sakit dan mengusap – usap wajah sambil menghisap serta menghembuskan nafas pendek.

“Sudahlah sekarang kita jalani saja dulu, sambil menunggu perkembangan kita sama – sama fikirkan solusinya, sekarang yang terpenting adalah di antara kalian bertiga ada yang menemaniku malam ini”.

“Baiklah, mungkin itu lebih baik, ku rasa aku dan Weni pulang, jadi biarlah Mita yang menamanimu, bagaimana Ta.  setuju?”.  Ucap devi sambil ia memandang Mita.

“ atur sajalah….”.

“ Dan satu lagi, tolong jika besok kalian pulang dari Kuliah sekalian bawakan perlengkapan Kuliahku”.

“ Punyaku juga ya “. Mitha menimpali

Devi dan Weni mengiyakan, kemudian mereka berdua berpamitan untuk segera puang ke Asrama karena waktu telah agak malam yaitu kurang lebih pukul 10 lewat 20 menit. Iis dan Mita mengiringi kepergian ke dua teman nya hingga hilang di telan tangga Rumah sakit.

Malam itu juga Iis dan mita tidur di rumah sakit, menginap di rumah sakit kali ini merupakan yang ke dua kali nya bagi Iis. saat yang pertama dahulu ia menginap di rumah sakit Agoes Djam di daerah Ketapang, pada saat Ibu nya yang sakit, sekarang ia juga menginap di rumah sakit dan menunggui sang ibu namun bukan ibu kandungnya. Tapi entah mengapa perasaan nya mengatakan bahwa wanita setengah baya di depan nya tersebut bukanlah orang asing yang barusan ia kenal, ia merasa telah dekat dengan nya. hati nya berdesir mana kala ia memandangi wajah wanita baya tersebut. meski wajah tersebut tampak pucat, dan kulit kulit wajahnya yang mulai mengendur, namun seakan terpancar cahaya yang mampu memberikan embun penyejuk bagi nya. Bila mana ia memandang wajah setengah baya tersebut ia merasa seperti memandang wajah mendiang ibunya. Pikiran nya melayang – layang mengenang masa – masa indah saat di Desa bersama keluarga nya, begitu indah kenangan tersebut untuk sekedar di kenang, akhirnya ia terlarut dan terbang tinggi di buai mimpi.

Pagi – pagi sekali di kala matahari akan terbit, ia terjaga mendengar suara lirih tak berdaya namun mampu menyusup ke gendang telinga nya sehingga ia terbangun. Ia pandangi wanita tersebut dengan seksama dan penuh makna ia usap usap ubun – ubun nya tanpa ia mengeluarkan kata sepatahpun, wanita baya tersebut menceracau bibirnya bergetar –getar lemah suara nya tidak jelas terdengar, seperti nya ia menyebut – nyebut sebuah nama dan selalu itu saja yang ia sebut sebut.  “ sarah…sarah  “  nama itulah yang berkali – kali ia sebut. Dan sesekali jika benar – benar di amati setelah wanita baya tersebut menyebut – nyebut nama tersebut pada akhiran nya ia selalu mengucapkan kata “ maaf kan ibu nak” dengan suara yang sangat lemah. Hingga beberapa saat lama nya wanita tersebut menceracau lalu terdiam. Iis panik sambil ia menangis, di tengah – tengah kepanikan nya Mitha terbangun dari tidur, ia tanggap dengan keadaan tersebut, tak lama kemudian mita keluar dari kamar, sekitar 3 menit ia kembali bersama 2 orang perawat, Iis yang masih terisak dalam tangis hanya dapat memandangi saat suster memeriksa wanita baya yang sangat lemah tersebut.

Suster menerangkan jika wanita tersebut tidak apa – apa, dan ia menerangkan juga bahwa wanita tersebut Shock, dan mengalami Depresi, serta kemungkinan besar ia akan menjadi setres bahkan gila jika tidak ada orang yang membantu meneguhkan hatinya. Iis agak lega dengan keterangan kedua suster tersebut, dengam tersenyum lega ia mengucapkan terima kasih pada suster sebelum menginggalkan ruangan tersebut.

Iis mengemaskan tikar lipatnya di bantu mita, lalu ia berpesan kepada mita untuk menjaga wanita baya tersebut, kemudian ia bergegas pergi untuk mencari sarapan ke luar rumah sakit. Ia berjalan menyusuri tangga kemudian belok kanan dan kembali ia meniti tangga yang terakhir kemudian berjalan lurus ke arah gerbang keluar Rs Dr Sardjito. Mata nya tertuju pada Gerobak Salero yang terisi penuh dengan berbagai makanan khas padang yang terkenal akan kepedasan nya, hal ini hampir mirip dengan kesukaaan orang jawa pada umum nya yang suka makan padas, bagi para pecinta makanan pedas mereka beranggapan jika makan tanpa rasa pedas sepertinya kurang lengkap dan mengurangi selera.

Iis datang dengan dua bungkus makanan, lalu ia dan mitha sarapan pagi. Setelah itu mereka mandi bergantian karena di dalam kamar tersebut hanya ada satu Toilet dan satu kamar mandi. Tepat pukul 07.00  kembali Iis berpesan pada mita untuk menunggui wanita tua yang masih belum siuman. ia bermaksud pergi ke Bank untuk mengambil uang tabungan yang sebenarnya untuk cadangan membayar Biaya Semester serta Wisuda nya tahun depan, namun sedikitpun tiada keraguan dalam hatinya, ia akan mengambil uang tersebut dan menggunakan nya untuk keperluan pengobatan.. Sebelum ia pergi ke Bank ia singgah ke telpon umum, ia menghubungi teman kerja yang biasa masuk pada sip yang ke dua, ia minta untuk di gantikan sementara waktu dalam beberapa hari. Setelah itu akhirnya dengan mantap ia pergi Ke Bank Untuk mengambil uang nya.

Pukul 9 lewat 20 menit ia kembali ke Rs Sardjito ia langsung mengurus masalah keberadaan nya di rumah sakit dengan persyaratan – persayaratan yang telah di serta kannya. Usai urusan ia kembali ke kamar 13 lantai 2, di sana Pak Rafik dan Bu Karmila telah datang dan masih menunggu nya sejak 1 jam yang lalu.  Dengan penuh rasa hormat Iis menyalami dan mencium tangan ke dua orang tua tersebut. mereka duduk dan berbincang – bincang. Iis menjelaskan kembali kronolgi bagaimana ia bisa bertemu dengan wanita baya tersebut hingga ia bawa ke rumah sakit dan tak lupa ia ceritakan tentang penanggung jawab pembiayaan adalah dia karena ia mengaku sebagai anak kandung dan telah menanda tangi serta di setujui oleh pihak Rumah Sakit. ke dua orang tua tersebut mengangguk – angguk tampak mereka mengerti.

“ Maaf Is, kalau bapak boleh memberikan pendapat kamu jangan gegabah mengenai pembiayaan, karena biayadi rumah sakiti tidaklah murah, apalagi kamu tidak ada SKTM (Surat keterangan Tidak mampu), tentu nya dalam hal ini pihak rumah sakit akan beranggapan bahwa kamu adalah orang yang mampu”.

Semua yang ada di ruangan itu terdiam, Pak rafik mengerutkan kening nya, kemudian melanjutkan perkataan nya kembali.

“Jadi begini, kalau kamu tidak keberatan bapak juga menawarkan bantuan untuk membantu meringankan bebanmu, bapak akan membantu 75 % dari seluruh pembiayaan di rumah sakit. Bagaimana ?”.

Dalam hati Iis mengakui jika ke dua orang tua yang masih keturunan darah asli melayu di depan nya ini sangat mulia hati dan berbudi pekerti luhur, mereka kerap sekali menolong mahasiswa yang sedang mengalami masalah, tidak segan – segan uluran tangan mereka begitu ringan untuk membantu semua orang, mereka tidak melihat siapa yang di tolong, dari suku apapun, agama apapun, bangsa apapun, jika itu manusia juga wajib mendapatkan pertolongan. Demikianlah tugas manusia harus saling tolong menolong antara satu sama lain seperti yang telah di contohkan oleh mereka berdua pasangan suami istri yang serasi, saling mengasihi, mengisi, serta dapat menghias diri dengan sifat – sifat yang terpuji. Dalam hati nya berkata bahwa sangat bahagia jika dapat berumah tangga seperti mereka, tentu nya ia sangat bahagia sekali dan hari – hari akan di lakukan nya untuk melayani sang suami serta setia ia sampai akhir hayat.

“ Is ….Kenapa diam?”

“ i..iya pak “ Iis menjawab gugup

“Bagaimana tawaran bapak tadi?, kalau kamu menganggap kami sebagai orang tuamu, maka terimalah tawaran kami “.

“ Ia is, kami ini orang tuamu juga bukan orang lain”. Ujar bu rafik menimpali

“ benar apa yang di katakan oleh bapak dan ibu. Is ..” mita juga ikut menimpali.

Akhirnya Iis menyetujui tawaran tersebut, dan ia mengucapkan terima kasih yang tiada terhingga kepada mereka. Tak lama kemudian pak rafik dan istrinya berpamitan pulang.

Waktu menunjukan pukul 12 siang, kedua teman nya devi dan weni akhirnya datang dengan membawa 2 bungkusan, yang satu berisi makanan siang dan satu nya berisi perlengkapan Kuliah.

Siang itu Iis dan Mita meninggalkan Devi dan Weni yang giliran menunggui  wanita baya tersebut. Sesaat sebelum ia pergi Kuliah ia memandang wajah wanita baya tersebut lekat – lekat, wajah nya masih pucat, dingin tak berkehidupan, ia masih saja belum siuman dari mimpi panjang nya. entah apa yang di alami oleh wanita baya tersebut di alam mimpi nya. ada sepercik ke khawatiran yang hinggap pada Iis ia tampak ragu – ragu melangkahkan kaki nya, namum ia kuatkan tekad bahwa ia juga memiliki kewajiban lain yang juga harus di tunaikan nya demi menyongsong masa depan yang cemerlang dan gemilang.

Pulang dari kampus Iis dan Mitha mampir membeli makanan di Gerobak Salero, ia memilih membeli makanan di Gerobak Salero selain ada menu favorit yang ia sukai, masalah harga nya juga relatif murah. Setelah itu kemudian kembali lagi ia ke lantai 2 kamar no 13 tempat di mana wanita baya yang malang tersebut terbaring lemah.

Iis melihat nafas wanita baya tersebut naik turun dengan teratur namun sangat lemah, mata nya menulusuri tiap tiap tubuh malang itu, ia lihat infus yang tampaknya baru saja di ganti serta posisi tubuh wanita  baya yang sudah berubah, ia berfikir bahwa suster yang telah melakukan pekerjaan nya sore itu. Ia bertanya dengan Devi dan Wenni tentang bagaimana perkembangan nya. Wenni dan Devi menjelaskan bergantian, bahwa wanita baya tersebut bicara menceracau seperti apa yang telah ia alami  pada pagi hari bersama mita.

******

            Iis semakin cemas karena sudah lebih dari 38 jam wanita baya tersebut belum memberikan tanda – tanda akan siuman. ia mondar mandir di ruangan itu seorang diri sementara Mita sudah menjemput mimpi. Di tengah – tengah kegalauan nya ia mendengar suara sangat lemah memanggil – manggil nama seseorang, ya benar nama itu adalah nama yang di sebut – sebut oleh wanita baya itu tadi pagi. Iis mendekat dan kembali ia mengusap ubun – ubun wanita tersebut, sambil memanggilnya dengan suara lembut. Mata wanita baya itu terbuka sedikit demi sedikit lalu ia menatap wajah Iis dengan tatapan penuh arti, tatapan itu bukanlah tatapan biasa seakan – akan tapan seorang ibu kepada anak nya. Iis meneteskan air mata haru ia memeluk  tubuh wanita itu dengan pelukan kasih sayang, seakan pelukan itu adalah pelukan sang anak yang telah lama berpisah dari orang tua nya.

Beberapa saat lamanya Iis memluk wanita itu kemudian melepaskan nya, ia agak nya lebih dapat menguasai diri, Iis  bermaksud meraih mikrofon kecil yang tak jauh hanya beberapa jengkal dari nya dan berniat untuk memanggil suster jaga. Namun tiba – tiba wanita baya itu bersuara dengan sangat lemah.

“ Mau kemana kau nak ?”

“Mau panggil suster bu, sudahlah ibu jangan banyak bergerak kondisi ibu masih lemah”.

Wanita tua itu terdiam, ia seakan paham apa yang di maksudkan oleh Iis. Tak lama kemudian Iis memanggil suster melewati mikrofon kecil yang terhubung ke tempat perawat jaga. Tak lama kemudian 2 orang perawat datang dengan menyeret rak besi berbentuk petak persegi empat yang berisi perlengkapan obat obatan. Kali ini perawat tersebut memberikan resep dan beberapa tablet obat – obatan serta menyarankan supaya wanita baya tersebut makan, atau minimal mengisi perutnya dengan makanan barang se sendok saja sebelum meminum obat. Setelah usai suster tersebut bergegas keluar setelah memberikan pengarahan.

Mitha yang terjaga dari tidurnya merasa ikut lega melihat perkembangan kondisi wanita baya yang sudah mulai siuman. Iis merasakan kegembiraan yang tiada terkira dan sulit untuk di ungkapkan dengan kata – kata, selain wanita tersebut sudah siuman ia juga sudah bisa berkata –kata walaupun dengan suara yang sangat lemah. Iis mengambil roti tawar serta segelas air ia letakkan pada rak di samping tempat tidur, pelan pelan ia berbicara pada wanita baya tersebut dengan penuh kelembutan dan kasih sayang. Di sebelah kiri nya mita duduk dengan khidmat dan sesekali mitha memijit – mijit kaki wanita tua yang lemah. Iis menawarkan makanan. Namun sia – sia karena wanita baya tersebut masih enggan untuk memasukkan makanan ke dalam mulutnya, seakan – akan ada sesuatu yang masih mengganjal di dalam hati nya, dengan penuh kesabaran Iis tetap saja membujuk agar wanita baya tersebut mau memasukkan makanan barang sedikit.

“Jangan kau paksa ibu untuk makan nak “. Suara lemah namun tegas. Iis dan mitha tidak dapat berbuat apa – apa mereka hanya diam. Wanita setengah baya tersebut kemudian memandang wajah mitha kemudian berpaling kembali ia menatap Iis, seakan – akan ia ingin memastikan bahwa siapa orang yang di temui dan menolongnya. Pandangan nya lekat  pada Iis, dari sinar mata nya yang sayu seolah – olah ada sesuatu yang ingin ia sampaikan.

“Nak:” sepatah ucap wanita baya itu sambil ia masih memandang Iis penuh makna.

“ Iya Bu “.

“Siapa Namamu nak ? ”.

“ SIis Oktaviani. Panggilan saya  Iis saja bu “

“Nama yang cantik, !”.

“ Terima kasih bu,…!”.

Ibu tersebut kemudian berpaling pada Mitha ia bertanya juga tentang siapa namanya seperti apa yang ia tanyakan dengan Iis. stelah itu kemudian ia melanjutkan pembicaraan nya lagi pada iis.

“ Benarkah nak Iis yang menolong ibu”.

“ Iya Bu”. Iis pun kemudian menceritakan bagaimana ia menolong nya hingga sampai kerumah sakit dan tak lupa pula Iis menceritakan berapa lama wanita baya tersebut tak sadarkan diri.

“Terima kasih nak. kalian semua adalah anak – anak yang baik semoga tuhan memberikan limpahan berkah terhadap kalian.”

“Amiin..”. mita dan Iis hampir bersamaan menyahut seraya ke dua nya sambil menengadah.

“Sudah selayaknya kami membantu bu. Kan tugas kita juga saling tolong menolong sesama manusia”. Ujar Iis

“Benar. Kalau ibu boleh tahu kalian ini dari mana asal nya?”

Iis dan mitha kemudian bergantian menceritakan siapa mereka dan asal usul nya dari mana dan mengapa sampai ke kotaYogyakarta. Dan tak ketinggalan mereka juga menceritakan status serta tempat tinggal nya. Wanita baya tersebut mendengarkan  cerita dengan seksama hingga usai. Ada butiran – butiran bening yang meleleh dari kedua biji mata nya yang sayu dan lemah selemah bola lampu lima watt.

“ Mengapa ibu menangis ?” tanya Iis sambil ia menoleh pada mitha, ke dua nya merasa heran dengan wanita baya tersebut, dalam hati mereka bertanya – tanya apa yang terjadi pada wanita baya ini ?

“ Kalian mengingatkanku akan sarah”. Sambil masih terisak tangis

“ siapa sarah itu bu ?”

Dengan sisa – sisa kekuatan nya wanita itu mencoba untuk menghimpun tenaga agar untuk menceritakan keadaan nya sehingga ia menjadi begitu, dengan terbaring lemah ia mengawali kisah nya dengan menarik nafas dalam – dalam seolah olah ia menghisap energi dan mengumpulkan nya hingga kemudian ia menghembuskan nya pelan.

“ Sarah itu adalah anak kandung ibu, dia itu anak semata wayang kami, otomatis semua harapan, kami tumpukan pada nya. dia adalah anak yang cerdas dan berprestasi, untuk menamatkan titel S1, ia hanya menempuh dalam jangka waktu 3 tahun setengah dengan predikat terbaik. Setelah itu ia berkeinginan untuk melanjutkan ke S2, namun ayah nya berkeinginan lain. Ayah nya ingin supaya ia cepat – cepat menikah dan dapat menggantikan posisi ayahnya memegang perusahaan. Karena kebetulan ayah nya telah memilihkan jodoh yang di rasa cocok untuk nya, yaitu seorang Pemuda Kaya yang juga berpendidikan dan memiliki berbagai usaha, inisialnya BR. Dari sinilah malapetaka itu berawal, sarah masih bersikeras untuk melanjutkan S 2 nya ke luar negeri, ia masih belum mau menikah. Pada saat keluarga BR itu datang meminang  kerumah kami, sarah dengan terang terangan menolak lamaran BR. tentu nya hal ini membuat kecewa BR, karena BR telah merasa yakin jika ia akan di terima lamara nya. BR mencaci habis – habisan keluarga kami, ia merasa di permalukan di depan umum, martabatnya seakan di hinakan, dan ia merasa di permainkan. Maka dengan kata – kata yang kasar serta umpatan yang tidak enak di dengar, BR pergi dari begitu saja dari rumah kami dengan meninggalkan acara pinangan yang saat itu masih belum di tutup. Kami hanya dapat mengurut dada dengan prilaku nya, dan akhirnya kami meminta maaf pada keluarga nya atas ketidak nyamanan dan penolakan atas Pinangan mereka.

Ternyata BR memiliki dendam Kesumat pada keluarga kami terutama dengan sarah, ia merasa harus memberi pelajaran pada sarah. Akhirnya pada suatu saat di hari senin sarah berkunjung kerumah Mbahnya yang berada di Kediri. setelah 2 hari kepergian nya dari rumah, kami tidak menghubungi nya karena Hendphone nya tidak aktif, kemudian setelah 5 hari kami mendengar kabar bahwa sarah……”.

“serah kenapa bu? ”.

Sahut Iis dan mitha yang hampir bersamaan, mereka seolah – olah ikut menyelami cerita dan bagaimana kejadian yang di alami oleh wanita baya tersebut sehingga ia begitu.

Wanita tersebut masih belum melanjutkan ceritanya, seakan lehernya tercekik dan kembali ia meneteskan air matanya, kemudian ia pejamkan matan nya yang lembab, kembali ia coba menghimpun tenaga nya dan ia melanjutkan ceri tanya.

“Kabar menyedihkan jika sarah meninggal. yang lebih menyakitkan sebelum ia meninggal ia di perkosa terlebih dahulu. dan pelaku nya adalah BR bajingan itu ”.

Akhirnya ambrol juga pertahanan wanita baya tersebut ia menangis sejadi – jadi nya. ketika menyebutkan sarah meninggal dan di perkosa. Iis dan mitha bingung menenagkan nya, akhirnya mereka juga ikut hanyut dalam tangis. tetes – tetes air mata jatuh tak tertahankan. Kurang lebih seperempat jam suasana tenang kembali isak tangis hanya sesekali terdengar. Ternyata wanita itu masih meiliki tenaga cadangan untuk bertutur kembali.

Setelah kejadian tersebut keluarga kami kami jadi kacau, seolah – olah kami kehilangan pelita dalam hidup, ayahnya sangat terpukul,ia baru sadar ternyata apa yang ia lakukan selama ini salah, baik buat nya belum tentu baik bagi sang anak begitulah kira – kira kata kata yang tepat untuk nya. dalam hal ini sebenarnya ibu yang paling menderita, namun ibu hanya Bisa memendam serta menangis dengan tangisan batin, yaitu tangis batin seorang ibu yang sangat sayang dengan seoarang anak  gadis nya”.

“ Bagaimana dengan nasib suami ibu?”.

“Untuk sementara waktu ia harus mengurung diri di Rumah sakit jiwa. karena jiwa nya terguncang sehingga ia harus di amankan dulu, dan perusahaan untuk sementara waktu di pegang oleh adik kandung Ibu”.

“ Terus mengapa ibu di biarkan terlantar begini?”.

“ kok Bisa tega…dengan kakak sendiri …!!!”. Mitha menimpali

“ kalian jangan salah paham nak, adik ibu tidak ada maksud menterlantarkan dan tega dengan ibu, itu semua sudah kemauan ibu sendiri, ibu diam – diam pergi dari rumah karena rasa nya beban ini sudah tidak tertahankan, ibu merasa bahwa ibu pasti gila menyusul suami ibu yang saat ini di RS jiwa. Dan perasaan ibu berkata jika gila di RS sangat tersiksa sekali karena di kerangkeng dalam jeruji besi.  akhirnya ibu putuskan untuk pergi dari rumah dan biarkanlah ibu jadi orang yang gila namun bebas seperti hal nya orang- orang gila di jalanan yang biasa kalian jumpai, adik ibu sangatlah sayang dengan ibu, hanya ia tidak memiliki waktu untuk berkomunikasi lebih dekat dengan ibu itu saja masalah nya, sehingga dia tidak Bisa memantau bagaimana keadaan ibu di rumah”.

Iis dan mitha menghisap naafas lega, rasa sesak dan jengkel yang tadi nya meledak – ledak di dalam dada kini telah sirna, mereka hanya tersenyum pada wanita baya tersebut. malam semakin larut jam dinding telah menunjukkan pukul 1 kurang seperempat. Akhirnya mereka memutuskan untuk melanjutkan kisah nya esok pagi. Malam itu Iis  dapat tertidur dengan tenang karena selain wanita baya tersebut telah siuman ia juga sudah mau memasukkan makanan ke dalam mulut nya walaupun setelah di bujuk dan di rayu. Iis malam itu dapat tertidur dengan senyuman yang menyungging melambangkan kepuasan. ia puas karena batin nya tidak lagi menangis.

Pagi – pagi sekali Iis telah terbangun, ia langsung pergi membeli makanan tapi kali ini ia tidak ke Salero,  ia mencari warung yang ada menjual bubur, ia menemukan nya yaitu di depan Masjid Komplek Dr Srdjito. Ia membeli 3 mangkok bubur ayam yang masih hangat dan di masukkan dalam plastik putih setengah kilo gram, kemudian ia bawa bubur tersebut ke lantai 2 kamar no 13 untuk di jadikan sarapan pagi.

Pagi itu selain wanita tersebut sudah dapat bicara ia mengalami kemajuan yang pesat, ia mau makan bahkan dengan lahap, dan dapat duduk serta berjalan walaupun masih terhuyung – huyung agak ngliyer.

15 hari sudah di Rumah sakit Dr. Sardjito, kini misteri tentang wanita baya tersebut terkuak jelas, dan kondisi nya pun sudah semakin membaik. Di saat sore yang cerah terjadi peristiwa yang kembali mengharukan yaitu pertemuan Wanita baya yang ternyata bernama “ HARTINI” atau lebih tepatnya di sebut dengan Nyonya Hartini dengan adik kandung nya. mereka saling berpelukkan erat, rinai tangis dan sedu sedan mengiringi pertemuan tersebut. Iis, pak rafik dan istrinya juga teman – teman nya ikut merasakan bagaimana bahagia nya saat itu. Tak terasa masing masing menitikkan air mata untuk kesekian kalinya terhitung dari hari pertama pertemuan dengan Ibu Har, entahlah sudah berapa saja tetesan air mata yang jatuh, tetesan – tetesan air mata itu melambangkan ketulusan  hati yang benar – benar terlahir dari hati sanubari yang bersih.

Ke esokan hari nya ibu Hartini telah boleh di bawa pulang dan rencana nya mereka akan mengadakan selamatan. Dan Hari itu juga Iis serta semua penghuni asrama Pemda Ketapang di undang selamatan oleh keluarga Ibu Hartini, tanpa terkecuali. Mereka sangat spesial sekali sehingga tidak perlu susah – susah untuk datang kerumah Bu Har, karena Bu Har telah menyiapkan beberapa Bis yang telah di sewa untuk menjemput mereka. Malam itu juga suasana suka cita tampak meriah di rumah yang begitu mewah seperti istana dalam bergemerlapan lampu dan terasa lebih semarak yang melambangkan akan kebahagiaan.

Singkat  cerita Malam itu Juga Iis di nobatkan menjadi anak angkat oleh Ibu Hartini. teman – teman nya di berikan cindera mata oleh beliau. Serta tak lupa pula BU har mengucapkan rasa terima kasih yang tiada terkira pada pak Rafik dan bu karmila, pada mereka berdua Bu Har memeberikan satu sertifikat tanah di kawasan Sleman, bu har berpesan supaya tanah tersebut di manfaatkan sebaik mugkin karena lokasi nya sangat strategis. Malam itu juga mereka larut dalam keharuan, waktu rasanya sangat berharga saat itu, masa – masa yang indah itu seakan – akan tak ingin terlewatkan begitu saja, dengan derai air mata keharuan masing – masing saling berpelukan hingga kemudian meninggalkan kenangan yang tak kan terlupakan.

Setelah Iis di boyong kerumah Bu Hartini, fasilitas yang di berikan pada nya selalu di penuhi bahkan berlebih, ia di berikan kamar dengan full AC di dalam nya terdapat Komputer, TV, VCD, serta barang – barang mewah yang lainnya. bahkan Iis di belikan mobil pribadi untuk ku Kuliah dan bepergian,“itu mobilku, seperti yang kau lihat itu adalah mobil pemberian ibu”.ungkap Iis bertutur.

Iis  benar – benar di sayang oleh ibu angkat nya, Bu har seolah – olah menganggap bahwa ia bukanlah orang lain tapi ia adalah titisan anak nya, di katakan anak nya karena wajah nya mirip sekali dengan wajah anak nya, pernah suatu kali Iis mengamati Foto nya dengan Foto Almarhum sarah anak ibu har memang banyak kemiripan. Bukan hanya sampai di situ, Bu Har juga memboyong orang tua laki – laki Iis dari kalimantan, dan entah karena apa 3 bulan kemudian akhirnya mereka menikah, nah lengkaplah sudah predikat Iis yang menyandang gelar sebagai anak memang benar – benar mendekati sempurna.

Jika ibu har memberikan kasih sayang dengan Iis alasan nya karena ia mirip dengan anaknya, maka alasan nya senafas dengan alasan dari ayah Iis mengapa menikahi Ibu Har, selain ia merasa cocok, ia juga merasa bahwa bu har sangat mirip dengan wajah mendiang istrinya. Sungguh luar biasa sekenario ini adalah buatan Tuhan, hanya manusia yang sering bertasbih dan mendekatkan dirinya pada yang maha kuasalah yang dapat memahami akan hal ini.

*******

 

Fery meilirik jam tangan nya ia lihat waktu menunjukkan pukul 01 dini hari, ia masih saja belum dapat memejamkan mata, pikiran nya sangat galau apa yang ia upayakan untuk memejamkan mata masih saja sia – sia. sementara ke dua teman nya telah lama menjemput mimpi. Begutu juga semua penghuni Kost tersebut juga telah nyenyak tertidur, sehingga suasana terasa lengang. sesekali hanya kendaraan 1 atau 2 buah yang melintas. Malam itu memang serasa sangat sepi bagi nya, seakan – akan sang waktu memberinya kesempatan untuknya ia merenung. Bayangan ke dua wajah gadis tersebut masih saja silih berganti melintas di benak nya. malam itu ia benar – benar tersiksa, akhirnya ia buka laptop nya kemudian kembali ia tambahkan catatan kecil sebagai agenda dalam hiidupnya, ia curahkan semua perasaan nya malam itu sehingga rasanya ia agak sedikit lega.

Pagi itu ia biasanya bangun lebih awal dari ke dua temannya serta seluruh penghuni asrama, namun kali ini ia malah di bangun kan oleh Hendra dan Agus. Cepat – cepat ia rapikan tempat tidurnya dan sekilas ia lihat jam di tangan, kemudian dengan tergesa- gesa ia tarik handuk yang ada di sampiran, bergegas lah ia untuk membersihkan diri nya. Hendra dan Agus hanya menggelengkan kepala, dan terheran – heran dengan tingkah laku Fery pagi itu. Tak beberapa lama Fery telah rapi dengan pakaian yang biasa ia pakai untuk bekerja. Mereka bertiga tampak kompak pagi itu, dengan baju kemeja panjang warna kuning serta celana kain berwarna hitam dan kontras sekali dengan wajah – wajah mereka yang bersinar sinar.setelah mereka sarapan pagi kemudian dengan perlengkapan masing – masing mereka beranjak dari kost kostan mereka.

Pagi itu Agus tetap bekerja seperti biasa, ia bekerja di sebuah mini market yang berada di deretan Ruko Jl Gejayan. Sementara Fery pagi itu mengantarkan Hendra ke tempat Iis. Mereka bertiga berpisah, karena lain jurusan, Agus menaiki Bis yang biasa ia tumpangi dan membawa nya ke tempat ia bekerja. Tak beberapa lama Fery dan Hendra menaiki Bis yang akan membawa mereka pada Ke diaman Rimah Iis. Di tengah perjalanan Fery merogoh saku celana nya dan ia mengeluarkan Handphone kemudian menghubungi Toko tempat ia bekerja, sahutan dari seberang sana mengiya beberapa kali kan tanda setuju. Setelah itu ia menghubungi Iis. ia menjelaskan maksudnya pada iis. Fery melipat Handphone nya kemudian ia tersenyum. Hendra memandang senyuman yang penuh arti itu, se akan – akan ada sebuah harapan yang cerah di balik senyuman sahabat nya tersebut.

Kurang lebih setengah jam mereka mengendarai Bis, tak lama kemudian mereka turun dari Bis dan berjalan menuju alamat yang tertera pada kartu nama yang di bawa oleh Fery. Akhirnya mereka berhenti di satu ruko bertingkat dengan Plang nama yang sangat jelas terpampang “APOTIK SEHAT BERSAMA”. Sesekali Fery melihat kartu nama tersebut dan meyakinkan apakah benar apoktik di depan nya itu benar milik Iis. beberapa saat mereka mengamati  Apotik tersebut, setelah merasa yakin keduan nya bergegas masuk, kebetulan pagi itu suasana masih sepi, mereka langsung di sambut oleh 2 Orang pelayan wanita yang masih muda dan anggun di depan.

“Ada yang Bisa saya bantu mas ?”. Seorang wanita berbaju putih kemeja menyapa Fery dan Hendra dengan senyum yang mengembang.

Fery dan Hendra tampak agak ragu menjawab

“Mau mencari Obat ya mas ?”

“Oh …Tidak,  “ jawab Fery. ia ingin melanjutkan kata – kata nya namun kembali gadis manis di depan nya mendahului dengan pertanyaan baru.

“ Terus ?”.

“Apa mau nawarkan barang ya mas ?”. ucap teman gadis pelayan tersebut dengan nada lembut.

Fery dan Hendra masih belum menjawab pertanyaan. Mereka mengamati ke dua pelayan tersebut, serasa ada yang aneh pada 2 pelayan tersebut, aneh nya mereka tidak ada logat jawa sedikit pun bahkan dari ciri – ciri fisik nya mereka bukan orang asli Jogyakarta, namun meski demikian mereka sangat lembut dan memiliki tutur bahasa yang cukup baik.

“ Mas. kok diam…?“.

“ i… iya .., maksud kedatangan kami ke sini mau menemui  Iis”.

“ Maaf mas, ada perlu apa ingin bertemu dengan mbak Iis ?”.

Fery dan Hendra mendesah mereka bingung mau menjelaskan dengan dua orang gadis di depan nya yang selalu memberondong dengan berbagai pertanyaan.

“Maaf mas, untuk saat ini Mbak Iis tidak Bisa di ganggu, dia lagi sibuk”. Ucap 2 orang pelayan tersebut sambil mengemasi obat – obatan, dan menyusun nya  ke dalam etalase.

Fery dan Hendra semakin bingung, dalam hati fery bertanya – tanya, apakah Iis tidak menitipkan pesan dengan karyawan nya sehingga mereka tidak tahu kedatangan diri nya, atau ah barang kali Iis lupa, gumamnya dalam hati.

“Sudahlah Fer kita pulang saja”. Tiba – tiba dengan nada kecewa Hendra turut bicara.

Fery masih diam saja, ia berfikir bagaimana akan menjelaskan sejelas – jelas nya dengan ke dua pelayan tersebut, dia harus hati – hati untuk memilih kalimat, karena Bisa saja jika salah sedikit ia tidak akan di percayai, hal ini di makluminya karena loyalitas karyawan kepada atasanya sangatlah tinggi, sehingga karyawan biasanya tidak mau mengurusi orang yang tidak di kenal atau bahkan tidak pernah di lihat nya seperti hal nya ia dan Hendra, kecuali ada amanat dari sang atasan. Namun tampak nya kali ini sang atasan tidak meninggalkan amanat ataupun pesan sama sekali kepada sang karyawan jika ia akan kedatangan tamu, sehingga sikap sang karyawan acuh tak acuh kepada nya.

“ Ayo fer apalagi yang kau fikirkan, apa nunggu di usir “.

“ Sekali lagi Maaf ya mas, mbak Iis memang benar – benar sibuk, ia tidak Bisa di ganggu “. Tandas karyawan wanita tersebut ke sekian kalianya.

“Kau dengar sendiri fer apa yang di katakan nya  “. Hendra kali ini mulai emosi, ia seolah – olah tidak memiliki harga diri, karena ingin mencari pekerjaan ia merasa di permainkan oleh dua orang karyawan yang dalam pandanganya adalah karyawan yang sombong dan angkuh namun di balut dengan senyum. Dan senyum karyawan itu dalam pandangan nya adalah senyum semu, entah mengapa ia merasa risih dengan senyuman itu.

“Sabar en. sebentar dulu tho”.

Mata Fery berbinar – binar sepertinya ia menemukan jalan keluar yang sangat cemerlang. Namun wajah Hendra bersungut –sungut sambil ia memalingkan wajhnya ke jalan tanpa ia menoleh pada ke dua karyawan wanita tersebut.  Fery menggegam Handphone nya kemudian memencet dan mendekatkan nya ke telinga. 1 menit ia berbicara kemudian ia melipat Handphone dan memasukan ke dalam kantung celana nya. Ke dua karyawan tersebut agak heran, namun keheranan mereka tidak lama, karena mereka lebih heran lagi pada saat Iis tiba – tiba datang dari dalam kemudian menyapa Fery dan Hendra, ada rasa sesal, malu, takut bercampur aduk pada ke dua karyawan tersebut sehingga mereka hanya berpandangan beberapa saat lama nya.

Iis kemudian mempersilahkan masuk, dan mereka naik ke lantai atas supaya lebih tenang. Di dalam ternyata juga ada 2 orang karyawan laki – laki yang sedang sibuk dengan pekerjaan nya masing – masing. Iis mempersilahkan tamu nya duduk pada sofa panjang, ia membuka kulkas yang tepat berada di dekat meja kerja nya  dan mengambil minuman segar. Iis meminta maaf atas kesalah pahaman karyawan nya, ia memang lupa berpesan pada mereka jika ia akan kedatangan tamu istimewa jelasnya pada Fery dan Hendra. Hendra yang merasa panas dadanya kini telah redup dan berubah menjadi dingin sedingin minuman yang ada di depan nya. Fery mulai membuka pembicaraan. ia kembali menjelaskan tentang latar belakang Hendra seperti apa yang telah ia jelaskan pada Iis kemarin. Sejurus Iis mendengarkan penjelasan Fery dengan setia, begitu juga Hendra, roman wajahnya terlihat serius dan terkadang pringas pringis saat Fery menyanjung nya.

Setelah Fery selesai bercerita Iis mulai bicara, ia mengulang kata – kata nya kembali saat berbicara via telpon kemarin sore. ia akan sangat senang apabila Hendra dapat bekerja di apotiknya karena kebetulan ia memang sangat memerlukan tenaga dalam bidang pemilihan Resep serta jenis Obat, ia juga menerangkan mengenai sistem pembayaran /upah, dalam hal ini Iis sangat hati – hati memutuskan nya karena kali ini apa yang di kerjakan oleh Hendra tidak sama dengan karyawan yang lain. Iis harus adil dalam arti ia harus menyesuaikan dengan profesi serta proporsi masing – masing. akhirnya terjadilah suatu kesepakatan yang sama – sama tidak memberatkan. mereka berjabatan tangan tanda setuju dan siap untuk bekerja sama.

Setelah urusan selesai Fery mohon pamit, ia juga akan menunaikan tugas pagi itu di Toko nya. ia meninggalkan Apotik itu dengan di iringi senyuman sang Bidadari pemiliki apotik. Senyuman itu terasa berbeda, sehinga sesaat ia terpaku memandang ke arah Iis yang hanya tersenyum pada nya setelah mengucapkan kalimat.

“hati hati ya di jalan ”,

Tiba tiba jantungnya berdegup kencang ketika  kembali ia memandang ke arah sorot mata Iis, mata itu tampak begitu teduh, indah dan bersinar, namun Fery tak mampu lama – lama menatap sorot mata tersebut sehingga ia cepat – cepat berpaling ke arah lain dan mengucapkan kata “iya terim kasih” pada Iis sambil melangkahkan kakinya tanpa ia menoleh ke belakang lagi.

Mulai hari itu juga Hendra sudah bekerja, ia merasa menemukan semangat hidupnya kembali, rasa bangga, senang, bahagia, yang tidak Bisa di ungkapkan dengan kata – kata membahana di dalam jiwa nya. dengan bersujud ia berniat mensyukuri karunia tuhan yang telah di berikan tuhan pada nya. Ia tahu pekerjaan yang di hadapi nya sekarang tidak sembarang orang Bisa mendapatkan nya, apalagi dia yang Kuliah saja belum selesai. ia juga membayangkan bagaimana jika keluarganya di Desa tahu mengenai keberadaanya sekarang yang telah dapat pekerjaan, tentu mereka akan sangat bahagia sekali.

Benar apa yang di katakan oleh Fery bahwa Iis bisa memposisikan diri sebaik mungkin ia sangat pandai menjaga sikap terhadap para karyawan, Ia menganggapa nya teman kerja. Sehingga karyawan sangat senang dan semakin Loyal kepada nya. ia benar – benar menjadi orang  sukses dari kampung berlembah dan berlumpur yang jauh dari hiruk pikuknya kehidupan kota. Namun demikian ia tidak angkuh dan sombong, penampilan nya masih saja low Profile, walaupun ia memiliki Mobil, namun ia kerap kali menumpang Bis untuk bepergian. Ia hanya sesekali memakai Mobil pribadi nya. suatu saat Hendra bertanya mengapa tidak pakai mobil pribadi saja biar lebih cepat ?.namun jawaban Iis cukup sederhana saja, ia bilang bahwa dengan naik Bis ia merasa lebih dekat dengan masyarakat, siapaun pangkat, jabatan, status, serta siapa saja yang naik Bis. Dan ia katakan juga kalau ia naik mobil pribadi mungkin ia tidak akan pernah bertemu dengan nya, dan itulah salah satu alasan ku mengapa aku memilih Bis untuk bepergian dari pada mobil pribadi tegas nya.

Iis adalah wanita yang memiliki cara pandang luas, ilmu pengetahuan serta manajemen nya sangat matang sehingga usaha Apotik yang ia kelola maju pesat dalam beberapa bulan, bahkan ia akan membuka klinik pengobatan dan ia juga berencana untuk membuka cabang usaha guna memperluas sayap Bisnis nya.

 

 


Bagian 4

 

Harapan Yang Memudar

 

9 bulan telah berlalu kini tahun ajaran baru bagi lembaga sekolah serta perguruan tinggi telah di ambang pintu, mereka telah menyiapkan pendaftaran bagi calon siswa atau mahasiswa baru. Bagi lembaga pendidikan favorit tentunya tahun pelajaran baru merupakan hari – hari yang menyenangkan sekaligus melelahkan. hampir siang dan malam mereka tiada henti mengurusi pendaftaran para calon penimba ilmu. Namun bagi lembaga pendidikan yang tidak favorit bahkan yang baru merintis dan memulai dengan fasilitas seadanya tidak jarang gigit jari karena hanya mendapatkan sedikit sekali calon siswa atau mahasiswa baru, bahkan tidak jarang mereka tidak mendapatkan calon anak didik, sehingga banyak lembaga lembaga pendidikan seperti ini yang tutup karena tidak memiliki siswa yang cukup.

Beberapa hari yang lalu Fery telah menerima kabar jika Suci tamat dari SMU dan akan melanjutkan Kuliah nya ke Jogya. rencana Suci akan berangkat pada tanggal 17 pertengahan bulan Mei bersama dua Orang teman nya. Hanya tanggal 17, 24, dan 30  jadwal keberangakatan kapal jurusan Semarang Pontianak. Sedangkan kapal yang lain tidak dapat memberangkatkan penumpang sebab alasan teknis. Perasaan Fery berbunga – bunga, bahagia, rindu, dan beribu perasaan suka cita yang menyelimuti hati.  Betapa tidak, ia akan berjumpa kembali dengan kekasihnya. 2 tahun merupakan rentang waktu yang cukup panjang untuk menanti sang pujaan hati. Hidup nya lebih bersemangat dalam menapaki detik – detik pertemuan yang tidak lama lagi akan ia alami. Ia dapat mebayangkan bagaimana jika ia bertemu dengan Suci, tentu ia merasa menjadi salah satu orang yang beruntung di dunia, karena dapat berkumpul dan bertemu kembali dengan orang yan di cintai. Fery telah mempersiapkan acara kecil – kecilan untuk menyambut kedatangan Suci beserta teman – teman nya, dan tidak ketinggalan satu kado hadiah special untuk Suci. “Akhirnya aku Bisa juga bertemu dengan mu sayang”.  ucap Fery lirih sambil ia melipat kado.

Di seberang pulau sana Suci tersenyum senyum dengan penuh makna, di balik senyum itu terpancar rasa suka, bahagia dan rasa rindu yang telah tak sabar tertumpahkan. ia tinggal menunggu detik detik keberangkatan yang sudah tak lama lagi. Semua persiapan yanga kan di bawa telah di persiapkan jauh – jauh hari. Pemberian restu serta wejangan – wejangan telah ia terima dari beberapa sesepuh Desa serta para guru nya. Ia benar – benar merasa telah siap akan menjemput impian gemilang di masa yang akan datang. Di sana sang arjuna telah menunggu dan siap memberikan sambutan sehangat – hangatnya bagi sang dewi tercinta.

Di dermaga kuala itu sesekali Suci melemparkan kerikil ke arah ombak yang beriak – riak kecil. Di tepian kuala itu tampak ikan cucut berenang saling berkejar – kejaran, di udara burung yang berjenis jenis terbang melayang – layang sambil sesekali burung tersebut menukik terbang rendah di permukaan air dan dengan cepat ia menyambar ikan kemudian membawanya pergi. Sementara di balik dedaunan pohon nipah terdengar suara orang – orang berbicara dan memanggil – manggil nama di antara teman –teman mereka. mereka adalah rombongan para pencari daun Nipah dan pencari Kepah   (kerang). Daun nipah Bisa di manfaatkan untuk atap rumah, umumnya di pakai oleh masayarakat pedesaan karena mereka tidak mampu untuk membeli atap buatan pabrik yang mahal. Sedangkan Kepah biasa nya mereka jual atau di konsumsi sendiri sebagai lauk pauk  tambahan.

Di dermaga itu Suci membayangkan jika ia akan mengawali perjalanan yang sangat menyenangkan, ia akan bertemu sang kekasih, perasaan nya sangat bahagia mana kala ia dapat merasakan kembali belaian tangan sang pujaan hati, Kata kata lembut dan mesra serta senyuman indah. Tanggal 17 sudah di ambang mata, waktu yang di tunggu nya telah hampir tiba, keberangkatan Kapal Fery dari Kotapontianak menuju semarang tak lama lagi akan ia naiki, ia sudah tak sabar lagi untuk segera menaiki kapal Fery dan sampai tujuan serta di sambut oleh tangan sang kekasih.

******

            Di suatu pagi yang sangat cerah di pelabuhan tanjung perak yang begitu tenang, orang – orang datang dan pergi silih berganti dengan tujuan yang berbeda, ada yang bermaksud untuk sekedar mengantar sanak family ataupun kerabat, ada juga yang bermaksud untuk bepergian, dan ada pula yang bertjuan menjemput.karena di jadwalkan pada jam 06.00 pagi kapal Fery dari Pontianak akan berlabuh. Beberapa kali Fery melirik jam tangan nya, ia melihat jam telah menunjukkan pukul 07.20 menit namun kapal yang di nanti – nati masih belum  juga datang, hatinya sangat gelisah ia tak mampu menyembunyikan kegelisahannya sehingga beberapa kali ia datang menemui petugas untuk memastikan kedatangan kapal. Namun jawaban yang ia peroleh tidak memuaskan, ia hanya di suruh bersabar dan menunggu karena kapal telah dekat dan sebentar lagi akan datang. Jawaban itu yang selalu saja ia peroleh mana kala ia selalu mempertanyakan perihal kedatangan kapal.

Terdengar terompet panjang beberapa kali pertanda kapal siap akan merapat, akhirnya kesempatan yang di tunggu – tunggu datang juga, hari itu Fery tampak bahagia sekali, tak lama lagi ia akan dapat menggenggam erat tangan kekasihnya. Dengan semangat kerinduan dan kebahagiaan nya cepat – cepat ia menuju pada barisan yang paling depan di antara kerumunan ratusan orang yang telah menanti di bibir pelabuhan. Pelan – pelan pintu kapal terbuka dan seketika itu juga puluhan orang berdesak – desakan keluar dengan berbagai barang bawaan. Hampir tanpa berkedip Fery memperhatikan setiap orang yang keluar dari kapal. 20 menit berlalu namun orang yang di cari – carinya masih saja belum terlihat ia mulai khawatir, dan berbagai fikiran kini mulai bermunculan, hati nya gundah dan gelisah.

Merasa orang yang di tunggu – tunggunya tidak juga muncul akhirnya Fery bertekat untuk mencari di atas kapal. Ia keluar masuk dek serta kamar namun masih saja ia tidak menemukan orang yang ia cari, usahanya tidak berhenti, ia mencoba menghubungi petugas kapal dan ia meminta daftar penumpang yang ada, karena ia merasa bahwa itu adalah jalan satu – satu nya. petugas kapal memeriksa daftar nama – nama penumpang dan petugas itu memohon maaf kepada Fery bahwa nama yang ia cari tidak masuk dalam daftar penumpang. Fery sangat kecewa ia merasa tidak yakin jika Suci tidak masuk dalam daftar penumpang, maka sekali lagi ia bertanya untuk sekedar memastikan. Namun apa yang ia harapkan masih saja tidak sesuai dengan apa yang ia inginkan, hasilnya sangat mengecewakan lagi – lagi petugas tersebut menjawab bahwa penumpang yang ia maksud tidak ada. Akhirnya dengan langkah gontai ia keluar dari kapal. Ia lalu menuju terminal Terboyo untuk menumpang Bis jurusan Semarang Jogya. Ia pulang dengan kekecewaan begitu mendalam, kini wajah nya suram tidak seperti awal – awal kedatangan nya ke Tanjung perak pagi hari.

Pada Minggu berikutnya kembali Fery datang ke pelabuhan tanjung Perak, namun kemabli ia menuai kekecewaan, apa yang ia inginkan masih belum kesampaian.

2 Minggu telah berlalu Fery berharap kapal yang satu ini akan mengantarkan orang yang telah lama ia rindukan. Di jadwalkan malam kapal akan merapat di pelabuhan Tanjung perak. Siang itu Fery telah bersiap – siap untuk beranjak pergi.Namun baru saja ia melangkahkan kakinya kelaur dari asrama, tiba – toba datang seseorang dengan pakain Dinas dan motor berwarna Orange, orang tersebut tak lain adalah petugas POS. tak lama pak POS berbicara ia lalu memberikan sepucuk surat kepada Fery lalu pergi. Pada bagian depan amplop surat tersebut jelas tertlulis untuk nya, kemudian ia lihat pada bagian belakang nya, tertulis jelas nama Susi adik sang kekasih nya. segudang tanda tanya membuatnya penasaran dengan apa isi surat tersebut. Sesaat lamanya ia mematung di tepi pagar ia mencoba untuk menerka – nerka isi surat tersebut, akhirnya bergegas ia masuk kembali ke asrama. Dengan perlahan ia buka surat tersebut dan ia baca kalimat demi kalimat.

 


Untuk Mas Fery

D –

            Jogyakarta

 

Assalamu`alaikum Wr..wb…..

            Teriing salam sejahtera buat mas Fery dan teman – teman di Jogyakarta. Kami sekeluarga meminta maaf jika terlambat memberikan kabar. Kami tahu mas Fery  telah menunggu – menunggu kedatangan Mbak Suci serta teman – teman. Namun mujur tak dapat di raih malang tak dapat di tolak. Kami sekeluarga mendapat musibah. Bahkan bukan keluarga kami saja yang mendapat musibah. Perlu kami beri tahukan kepada mas Fery bahwa kami telah selamatan ke 7 hari nya almarhumah Mbak Suci dan Bapak. Saya  harap mas Fery tidak terkejut dan tabah dengan berita ini.

            Saya ceritakan sedikit kejadian nya. saat itu tanggal 16 mbak Suci berangkat dengan Bapak serta ke dua orang teman nya. mereka tidak ke Kuala namun mereka ke Teluk Batang untuk memilih menumpang Speed. Saya pribadi sebenarnya telah menyarankan untuk tidak menumpang speed karena gelombang waktu itu agak tinggi, saya lebih menyarankan memakai kapal saja. Namun mbak Suci ingin nya cepat maka ia lebih memilih memakai speed. Kami tidak dapat berbuat apa- apa. akhirnya pagi itu mereka berangkat dengan menggunakan speed jurusan Teluk batang Rasau jaya, dari rasau mereka rencana nya akan naik oplet menuju pontianak. Namun sekitar 8 jam kemudian kami mendengar berita bahwa speed yang di tumpangi oleh mereka terbalik di sekitar perairan Kubu. Saat itu juga saya kembali ke Teluk Batang untuk mencari informasi yang sesungguhnya. Dan ternayata benar bahwa speed yang di tumpangi oleh bapak dan mbak Suci terbalik.

            Dalam kecelakaan tersebut hanya beberapa orang saja yang selamat. Di beritakan bahwa 3 orang selamat 6 meninggal dan 2 orang hilang, namun orang yang hilang tersebut harapan untuk hidup sangat tipis karena pada saat kecelakaan terjadi, lokasinya jauh dari pemukiman penduduk tepi air. Bapak saya termasuk dalam 6 orang yang meninggal. Sedangkan Mbak Suci masuk dalam daftar 2 orang hilang.

Saat ini kami sekeluarga juga masih di selimuti rasa sedih. 2 Orang yang kami cintai slama ini pergi begitu saja, kami sungguh sangat bersedih atas kejadian ini. Saya pribadi minta bantu doa`nya dari teman – teman di jogya agar kami di seni Bisa tegar dan tabah menghadapi cobaan inii. 

            Itu saja kiranya kabar dari kami, kita doakan saja semoga arwah mereka di terima dengan layak disis Allah SWT.

Amiin …

 

   Dari adikmu

 

SUSI FITRIANI

 

Dia akhir surat yang ia baca serasa Tubuhnya Bagaikan tersengat listrik ribuan volt, wajahnya kaku, terperangah, seakan – akan tidak percaya dengan apa yang ia baca. Berkali – kali ia mengulangi kalimat dalam surat itu hingga akhirnya ia meneteskan air mata  dan memukul mukul kan tangan nya ke dinding. Sama sekali ia tidak menyangka begitu cepat kepergian sang kekasih. tak lama kemudian tubuh nya limbung jatuh terduduk dengan sesekali ia kembali memukulkan tanganya kedinding. Fery meratapi nasib sang kekasih yang berujung pada kematian. ia merasa sia – sia dengan apa yang telah ia kerjakan untuk menyambut kedatangan sang kekasih serta sia sia semua apa yang telah ia lakukan untuk mempertahankan cinta nya selama beberapa tahun lama nya. sama sekali tidak pernah terbayang oleh nya jika sang kekasih akan pergi dengan cara mengenaskan. Sungguh malang jasad Suci yang tidak di temukan kemana pergi nya, ada dua kemungkinan yang terjadi, Bisa saja Jasadnya di jadikan santapan ikan atau jasadnya hanyut ke laut kemudian hancur lalu hilang tinggal tengkorak. Begitulah perasaan Fery mencoba menerka – nerka apa yang terjadi pada jasad kekasih nya. Kesedihan benar – benar menyelimuti perasaan. Harapan nya kini memudar dan sebentar lagi akan sirna, yang tinggal hanyalah kenangan pahit.

Suasana asrama tampak sunyi, Fery hanya dapat menangis serta meratapi nasib di tengah tengah kesendirian nya. sementara ke dua orang teman nya sibuk dengan pekerjaan masing – masing, mereka tentu juga akan sangat bersedih jika mendengar berita ini, karena mereka adalah sahabat terbaik, yang bagaikan satu anggota tubuh, apabila hati terasa pedih maka mata mengucurkan air mata , dan jika mata telah mengucurkan air mata, maka tangan akan mengusap nya.

*******

 

 

Bagian 5

Cahaya baru

 

Tepat bersamaan dengan peringatan 40 hari di rumah duka di Kalimantan, Fery dan ke dua orang teman nya juga mengadakan acara yang sama di asrama yang sederhana. mereka hanya mengundang beberapa orang teman dekat, serta tetangga se asrama. Namun oleh karena asrama tersebut di rasa kurang pas, maka atas usul pemilik asrama sendiri acara di adakan di rumahnya. Acara akan di mulai Ba`da Magrib, orang – orang mulai berdatangan dan umumnya mereka para mahasiswa yang berasal dari Ketapang. Iis beserta rombonganya juga datang dan mereka langsung ke belakang bersatu dengan para wanita. Suasana tampak hening beberapa saat, rasa duka seakan – akan menyelimuti ruangan itu. Setelah tamu di rasa cukup maka acarap mulai di buka oleh Ustadz Ngadiman dengan basmalah kemudian pembacaan surah Alfatihah yang di ikuti oleh para jama`ah, hingga rangkaian acara selesai.

Satu persatu para jama`ah berpamitan pulang hingga yang tersisa hanya beberapa orang yaitu para penghuni asrama serta Rombongan Iis. Mereka berbincang bincang mengenai perihal kecelakaan yang menimpa Suci beserta teman – teman nya. waktu menunjukkan pukul 09 malam. Dengan kesan yang mendalam mereka pulang dengan perasaan ikut berduka. begitu juga Iis  yang juga merasa kehilangan atas kepergian Suci. mesti ia tidak terlalu akrab namun ia tahu bahwa Suci adalah Kekasih Fery sahabat nya, Berarti Suci juga sahabat nya.

Sebelum Iis pulang, ia sempat memberikan sepucuk surat kepada Fery dan mengucapkan rasa ikut berduka cita atas kepergian Kekasihnya. Fery hanya menganggukan kepala nya sambil ia mengucapkan kata terima kasih dengan ucapan yang hambar. Iis tidak berani berbicara lagi kepada Fery, seakan – akan ia Bisa merasakan apa yang di alami oleh Fery, hal ini serupa dengan apa yang ia rasakan saat ia di tinggalkan oleh mendiang Ibu nya. Fery masih tampak terpukul dengan kejadian itu, ia masih belum Bisa merelakan kepergian Suci. Di dalam lubuk hatinya  ia merasa kasihan dengan ke adaan Fery 1 bulan terakhir. Ia mengetahuinya dari Hendra yang sering bercerita tentang keadaan Fery setelah di tinggal pergi oleh kekasihnya. gairah hidup yang  selama ini selalu berkobar – kobar di dalam dirinya kini redup bahkan hampir padam karena terpaan angin kesedihan yang tiba – tiba datang. Hari – hari Fery banyak menghabiskan waktu di dalam kamar kost nya dengan tidur – tiduran dan termenung. jika sebelumnya Fery adalah sosok yang super sibuk dan disiplin serta tegas kini kebalikan nya ia menjadi orang yang paling menyia – nyiakan waktu di asrama kost tersebut. Hendra dan Agus telah beberapa kali membujuk Fery dan memberikan motivasi, bahkan tak jarang – teman – teman kerja serta teman dari kampus datang untuk memberikan motivasi, namun keadaanya masih juga belum berubah. Fery masih saja terhanyut dengan kesedihan yang akan mebawa dirinya pada kecelakaan seumur hidup.

Iis merasa terpanggil, ia juga ikut meras bertanggung jawab atas apa yang menimpa pada diri Fery, ia tidak bisa membiarkan Fery terlarut semakin jauh pada kesedihan yang akan menggiring nya pada jurang kecelakaan. Beberapa kali ia menghubungi Via Telpon, namun Nomor Handphone Fery  tidak pernah aktif. ia juga pernah mendatangi asrama Fery, namun selalu saja asramanya tutup.dan sudah beberapa kali juga ia menitipkan pesan lewat Hendra supaya Fery datang pada nya, atau sekedar untuk mengaktifkan HP namun usahanya sia – sia. Maka malam ini ia benar – benar tidak menyia – nyiakan kesempatan, ia berharap dengan Surat yang telah ia berikan pada Fery akan sedikit mengobati perasaan Duka yang menyelimuti perasaan. Setelah ia memberikan surat tersebut kemudian beberapa saat ia mengajak eman – teman nya pulang.

Sesampainya di rumah ia langsung membuka Handphone dan mengirim pesan kepada Fery. Ia mengirim pesan hanya mengetahui sejauh mana reaksi Fery apakah ia akan berubah setelah membaca surat dari nya. jika Fery berubah, maka pesan yang ia kirim saat ini statusnya masih pending malam ini akan statustnya menjadi terkirim pada saat Fery mengaktifkan Handphone nya. iis brniat walau sampai pagi ia akan tetap menunggu bagaimana reaksi Fery.

Di dalam Hati nya, ia harus mengakui bahwa Fery bukanlah pria biasa yang selama ini sering ia jumpai. Fery tampak lebih dewasa dari usia nya, ia memiliki karakter dan keteguhan hati, serta rasa kemandirian dan bertanggung jawab, Iis diam – diam mengagumi kepribadian Fery. Entah mengapa semenjak pertemuan nya dengan Fery 1 tahun yang lalu ia merasakan ada perubahan sikap dalam diri nya mana kala ia berjumpa dengan Fery. Hati nya berdesir – desir mana kala ia menyebut Nama Fery, dan hati nya berbunga- bunga mana kala ia membayangkan wajah Fery. Ia merasa ada yang aneh pada diri nya, apakah aku mulai mencintai nya ?, ah tidak, umurku lebih tua darinya, mana mungkin ia mau mencintaiku juga. Begitulah gejolak jiwa yang di rasakan Iis. ia tidak sadar ternyata awal pertemuan nya dengan Fery di Bis setahun yang lalu menimbulkan bibit cinta yang saat ini tumbuh merambat dengan cepat di dalam dirinya. Beberapa kali ia ingin mengungkapkan rasa cintanya pada Fery namun selalu tertahan di bibir mana kala ia akan mengucapka nya. Ia ragu dan takut serta beribu perasaan yang membuatnya tidak berani untuk mengucapkan,  walau hanya beberapa patah kata.

Iis teringat akan surat yang telah ia susun berhari – hari, dan barusan ia berikan pada Fery. perasaan nya getar getir, tidak menentu, ia khawatir jika Fery membaca pada bagian surat  yang memberi tahukan bahwa sesungguhnya ia mencintai nya. ia takut jika Fery tidak akan menerima nya, dan yang lebih ia takutkan apabila Fery akan menjauh darinya maka itu adalah suatu bencana yang besar ke dua setelah bencana kepergian Ibu nya. Iis sangat gelisah sehingga ia hanya mondar mandir di kamar nya sambil memegangi handphone yang  di gengam dan di bawanya kesana kemari. Apa yang ia kerjakan merasa tidak ada yang benar, ia mencoba menghibur dirinya dengan menghidupkan Televisi, padahal acara malam itu sangat bagus yaitu Film Romansa Kesukaanya, yang di garap oleh Production House terkenal dari Hollywood. Namun demikian kegelisahan hati nya masih saja belum hilang. Kemudian ia mencoba untuk membaca Novel – Novel Roman yang bertumpuk di meja tepat di samping tempat tidurnya. Baru beberapa lembar ia membaca kemudian ia tutup kembali, dan di kelakkan begitu saja di atas meja. Akhirnya ia merebahkan tubuh dan berguling ke  kiri dan kenan sambil sesekali melihat Handphone nya.

Sementara Di asrama Mbah wongso yang telah sepi, kesibukan sudah tidak lagi. kini para penghuni asrama telah berangkat menjemput impian. Fery dudk termenung di sudut kamar nya hingga beberapa saat. Guratan – guratan kesedihan tampak jelas pada roman wajahnya yang redup akan cahaya. Tampak kesuraman menyelimuti hidupnya. Ia bagaikan orang buta yang tidak Bisa berjalan karena kehilangan tongkat. tiba – tiba ia teringat dengan sepucuk surat yang di berikan Iis pada nya sebelum pulang. Pelan pelan ia mengambil sepucuk surat tersebut dari saku baju koko, dan ia buka lembaran tersebut dengan hati – hati dan ia mulai membaca nya.

 

Keapada

Fery Sahabat ku

Di _

Tempat

 

Assalamu`alaukum Wr…wb….

            Teriring salam kesejahteraan semoga selalu datang untuk mu. Aku hadir di antara kesedihan panjangmu, tak lupa ku ucapkan ikut berduka cita yang mendalam atas kepergian orang yang kau cintai. Apa yang kau rasa juga ku rasa, jika engaku bersedih aku juga bersedih, jika engkau bahagia aku juga akan bahagia, jika engkau meneteskan air mata, aku akan mencoba untuk menghapusnya, akan ku bawa engkau keluar dari kesedihan jiwa yang membelenggumu selama ini.

            Fery..! sebelum nya maafkan aku jika aku berani menuliskan surat ini padamu, jika ada kata – kata yang tidak berkenan di hatimu, maka aku memohon untuk di maafkan. Dan anggap saja surat ini tidak pernah ada. Aku tahu keadanmu akhir –akhir ini dari Hendra ia banyak bercerita tentang dirimu. Aku tahu bagaimana rasanya di tinggalkan oleh orang yang kita cintai, aku dulu juga pernah merasakan nya, bahkan orang yang meninggalkanku tersebut tidak akan pernah tergantikan oleh siapapun, lain hal nya dengan dirimu, orang yang meninggalkanmu masih dapat kau gantikan dengan orang lain. Berserahlah kepada Tuhan, anggap saja bahwa dia bukan jodohmu. mungkin Tuhan telah memberikan jalan lain untukmu. Bukankah manusia yang berencana namun Tuhan lah yang menetukan hasil nya. Jodoh, maut, Rezeki juga ada di tangan nya kita hanya berusaha, apabila usaha kita telah cukup namun hasilnya belum maksimal, maka berbaik sangka lah engkau kepada Nya. mungkin Tuhan sedang menguji keimanan kita. Ambil hikmah di balik semua kejadian yang terjadi pada kita.

            Aku yakin kau adalah pria yang tegar dan teguh akan pendirian, engkau bukan pria pada umumnya. Aku yakin kejadian seperti ini tidak akan membuatmu surut dan mundur untuk meraih cita-citamu yang selama ini telah engkau kejar. Dan tidak lama lagi engkau akan mendapatkan nya, akankah engkau berhenti begitu saja di tengah jalan.?. kembalilah pada komitmen awal mu, apa yang kau cari hingga jauh – jauh ke Kota Jogya ini ?. bangunlah dari tidur panjangmu, lihatlah sekelilingmu betapa banyak pekerjaan yang telah menunggumu, berapa banyak orang yang memerlukanmu, berapa banyak orang yang menyesalkan akan keadaanmu, janganlah engkau terlarut akan kesedihan yang akan membawamu pada Jurang kecelakaan dalam hidup.

            Bukalah matamu Fer, bahwa sebenarnya masih banyak Suci Suci yang lain di muka bumi ini yang akan tulus mencintai dan setia padamu, ia akan senantiasa mendampingi dan mengiringi setiap jalan dalam hidupmu baik di kala suka maupun dukamu.dan ia merasa sangat berbahagia sekali jika ia akan Bisa menjadi pendampingmu, Ia benar – benar menyayangimu ia benar – benar mencintaimu. Tahukah engkau siapakah dia  orang  yang siap menjadi pengganti kekasihmu ?.

            Aku lah orang yang siap menggantikan kekasihmu tersebut, aku selalu siap menanti jawabanmu, apapun jawabanmu akan ku terima dengan lapang hati. Dan  ku mohon denganmu jangan engkau menjauh dariku jika engkau tidak menerima ungkapan cintaku, aku harap engkau tidak berubah padaku jika engkau tidak mencintaiku, maka biarlah aku saja yang mencintaimu hingga akhir hayat ku.

            Kukira itu saja surat dariku, sekalilagi aku memoho nmaaf untukmu jika ada kata – kata yang tidak berkenan.

Wasaalamua`laiku wr…wb….

 

Dari Sahabat Yang mencintaimu

 

SIIS OKTAVIANI   

 

Dengan tangan gemetaran Fery membaca surat itu, berkali kali ia membaca bait – bait surat yang mengungkapkan kecintaan padan nya. ia mengucek – ngucek mata untuk membaca pada bait – bait surat ungkapan hati Iis. Seakan – akan mimpi di siang bolong ia masih belum percaya dengan isi surat tersebut, ia mencubit lengannya untuk memastikan jika ia tidak bermimpi. Sama sekali tidak pernah terfikir jika Iis seorang gadis kaya yang sering melintas dalam benak nya tersebut mencintai nya. wajah nya kini berbinar – binar dan lebih cerah dari sebelumnya, seakan – akan ia menemukan kembali tongkat nya yang hilang.

Cepat – cepat ia raih Handphone dan “Clik” ia menyalakan. ia bermaksud untuk menelpon Iis dan menanyakan kebenaran nya. namun belum sempat ia menelpon Iis 5 Pesan baru telah menanti pada layar Handphone. Ia buka satu persatu pesan tersebut, hati nya berdegup kencang mana kala ia membaca pesan dar Iis, belum selesai ia membaca pesan tersebut, Handphone yang di pegangnya tiba tiba bergetar, sebuah nama muncul pada layar Handphone tanda memanggil nya. ia terdiam beberapa saat, ia ragu akan menjawab telpon dari orang yang sangat ia kenal tersebut. hingga akhirnya panggilan berakhir. Kembali ia membuka – buka pesan di Handphone. belum sempat ia membuka pesan, handphone nya bergetar kembali, kali ini bukan panggilan namun ada pesan masuk. Fery penasaran dengan pesan baru tersebut, kemudian ia membuka pesan tersebut. “Maaf mengganggu” begitulah pesan singkat dari Iis. Fery kemudian membalas pesan Iis “ Maaf jangan telpon, teman temanku tidur, Terimakasih atas surat yang di berikan padaku, apakah benar ungkapan dalam Suratmu?”. Selang beberapa menit kemudian pesan singkat balasan dari Iis. “Benar, aku mencintaimu“. Fery tidak dapat menyembunyikan rasa Haru dan kegembiraan , ia menitikan air mata nya. ia ucapkan puji syukur berkali – kali kepada Tuhan yang telah memberikan pengganti seperti apa yang telah ia harapkan. Sambil menitikkan air mata nya Fery mengirim pesan kembali pada Iis, “rasa cintaku padamu sama seperti rasa cintamu padaku,”. Setelah itu Fery mematikan Handphone nya, ia tidak tahu lagi apa yang di tuliskan Iis pada pesan singkat yang akan di kirim pada nya lagi. Kini ia membuka Laptop dan Menghidupkan nya, malam itu ia kembali akan menuliskan agenda hidupnya yang paling bersejarah dalam beberapa tahun terakhir.

Sementara itu Iis di dalam kamarnya ia merasa sangat bahagia, malam itu adalah malam yang benar – benar bisa membuat nya bahagai. Akhirnya penantian nya selama ini tidak sia – sia, sambutan asmara mesra dan penuh akan cinta telah di raih nya malam itu. Iis merasa bahwa manusia yang paling berbahagia di muka bumi saat itu adalah dirinya. Ia mendapatkan keindahan rasa cinta yang tak dapat di lukiskan dengan kata – kata, hanya hati yang dapat berkata – kata namun telinga tak dapat mendengar, lidah pun tak kuasa berbicara, hanya mata yang dapat memberikan isyarat bahwa ia telah berbahagia. Dengan butiran – butiran bening yang mengalir di sudut mata nya Iis berkali kali mengucapkan kalimat syukur di dalam hati kepada Tuhan yang telah memberikan anugrah tak terhingga bagi nya.

Malam itu ia benar benar lega, ia dapat menghirup udara dengan panjang, kegelisahannya selama ini telah tergantikan oleh kebahagiaan, penantian nya selama ini telah tergantikan oleh sebuah jawaban, dan ketulusan nya selama ini telah mendapatkan kemuliaan, serta kesetiaanya selama ini telah mendapatkan apa yang ia inginkan. Dengan tersenyum ia malam itu dapat beristirahat dengan tenang. hati nya berbunga – bunga, kerinduan dan kecintaan ya yang selama ini menggelora telah terwujud. Semua jawaban kini telah terjawab. Semua masalah kini telah terpecahkan. Dan semua angan angan kini telah ia dapatkan, ia tinggal menapaki hidup nya yang baru esok hari. Sebelum tidur berkali kali Iis membaca pesan singkat dari Fery, ia sangat bahagia ketika membaca pesan singkat Fery yang terakhir. ia berniat untuk tidak membuang pesan singkat tersebut. dengan berucap lirih “aku mencintaimu fer” kemudian ia mendekap Handphone di dadanya, dan ia memejamkan mata seraya akan menjumpai Fery di alam mimpi yang sangat indah dan selama ini ia nanti nanti.

*******

Pagi hari tidak seperti biasanya pintu kamar Fery telah terbuka, terdengar suara gemericik air sehingga membuat ke dua teman nya terbangun. Agus dan Hendra heran dengan Fery, mereka bertanya – tanya dalam hati masing – masing, serta mencoba menerka – nerka dengan apa yang di lakukan Fery. Berbagai fikiran terlintas dalam benak mereka, sama sekali Hendra dan Agus tidak habis fikir apa yang mengakibatkan Fery berubah seratus delapan puluh derajat, mereka merasa ada yang aneh pada diri Fery. Beberapa saat lama nya Agus dan Hendra saling berpandangan sambil menggeleng – gelengkan kepala dan mendesah dengan nafas pendek .

“ Apa Fery sudah gila ya Gus “. Ucap Hendra sambil ia menguap.

Agus hanya diam saja ia tidak mau sembarangan seperti Hendra yang suka ceroboh mengambil kesimpulan. Pelan – pelan Agus mendekati kamar mandi kemudian ia mengetuk nya beberapa kali.

“ Ya siapa ?”.  terdengar suara Fery dari dalam kamar mandi.

“ Aku  Agus.  Fer”.

“ya sebentar, aku mandi dulu, sebentar ya”.

“ Iya fer aku sekedar bertanya kok, Sykurlah kalau kau di dalam lanjutkan saja mandi mu“.

“ Iya “.

Agus mengusap dada tanda lega. ia menarik nafas panjang sambil tersenyum mengucapkan syukur, kemudian ia mendekati Hendra yang masih termangu di depan daun pintu.

“ tuh dengar nggak tadi, ?. Sekarang siapa yang gila  ?”. ucap Agus sambil ia berlalu masuk kemarnya dan membiarkan Hendra mematung di depan pintu.

5 menit kemudian Fery keluar dari kamar mandi, ia masih mengenakan Handuk, tangan kanan dan kirinya nya menenteng ember yang berisi pakaian basah. Wajah nya pagi itu tampak berseri dan cerah secerah cuaca saat itu.

“Tumben kau bangun pagi Fer ?”. tanya Hendra yang mematung di depan pintu.

“biasa kok”. Jawab Fery sambil berlalu menenteng bawaanya.

“ Kan sebulan ini kau sering mengurung diri ?”.

“Yang berlalu biarkan saja berlalu”.

“ Kalau boleh tahu apa yang membuat mu berubah fer?”

“ Sudahah jangan banyak tanya, nanti kau akan tahu sendiri “.

Hendra terdiam, ia memang orang yang tergolong bawel dan suka mau tahu dengan urusan orang lain, rasa ingin tahu nya cukup tinggi. ia lalu masuk ke dalam kamar kemudian mengambil handuk dan beberapa lembar pakaian kemudian masuk ke kamar mandi.

Waktu menunjukkan pukul 06.20 menit Fery Hendra dan Agus telah bersiap – siap untuk menunaikan tugas nya masing – masing. Namun Fery saat itu telah mempunyai rencana sendiri, ia tidak akan bekerja, ia akan membuat janji dengan Iis, pikiran nya telah matang. apa yang akan ia bicarakan dengan Iis telah tersusun rapi di benak nya. dengan senyuman yang meyakinkan ia meraih Handphone bermaksud untuk menghubungi Iis, namun berkali – kali nomor yang di tuju tidak aktif, ia lalu mencoba menghubungi nomor Toko. Beberapa kali telpon tidak di angkat hingga yang ke sekian kali nya terdengar suara wanita dari seberang sana.

“ Halo, ini siapa?”

“ Saya.  Fery “.

“ Oh mas Fery ada perlu apa ?”

“ Mencari Iis ?”.

“ Maaf mas,  mbak Iis nya tadi keluar, dia bilang tadi mau kerumah orang tua nya”.

“ Sendiri ?”

“ Iya . Memang mas Fery ada perlu apa ?”

“ Enggak Cuma nanya aja,saya titip pesan kalau dia datang Handphone nya suruh aktifkan”.

“Baik mas “

Terdengar suara telpon di tutp dari seberang sana, Fery termangu beberapa saat lamanya.kembali ia merogoh saku celana nya, ia meraih handphone kemudian ia menuliskan pesan “Kalau ada waktu datanglah ke tempat biasa, ku tunggu kau sampai sore“. Setelah Fery menuliskan pesan bergegas ia meninggalkan asrama kost, ia menumpang Bis dan menuju kawasan Maliboro. Hanya 15 menit ia telah sampai di kawasan yang paling padat di kota Jogya tersebut. ia memasuki Matahari Mall, di sana ia berhenti pada lantai 3, di lantai 3 tersebut terdapat kios penjual minuman segar. Di sanalah  Fery dan Iis biasa bertemu. Ia memesan juice apel kepada pelayan. Sambil ia menunggu kedatangan Iis, ia membaca koran yang barusan di beli nya dari penjajak koran di dalam Bis beberapa menit yang lalu.

Detik demi detik berlalu menjadi menit, menit – demi menit berlalu menjadi jam, kini 2 jam telah berlalu, Fery masih sabar menunggu, kembali ia membaca koran yang telah ludes ia baca isinya. Tak beberapa lama handphone nya berdering, entah mengapa tiba – tiba jantungnya berdebar, perasaan nya tidak menentu, keringat dingin langsung menyerang sukujur tubuhnya. Dengan perasaan yang masih tidak menetu Fery meraih handphone dari dalam saku celana nya. terlihat di layar ternyata yang memanggil adalah teman kerja nya. “ Sial ‘ ucap Fery lirih sambil nyengir. Fery membiarkan panggilan tersebut, ia tidak memperdulikan nya. ia lalu meraih handphone dan mengirim kan pesan singkat pada teman nya tersebut. “ Maaf aku lagi ada urusan tidak bisa di ganggu “. 2 Detik berselang ia mengirim pesan, tiba – tiba handphone nya berdering kembali, kali ini ia benar – benar tahu siapa yang memanggilnya, di layar LCD handphone nya terlihat jelas nama “Iis” sedang memanggil. Dengan tangan bergetar ia menjawab panggilan tersebut.

“ Halo ” suara Fery menyambut

“ kau di mana fer ?”. suara Iis terdengar lembut

“ aku masih menunggumu is”.

“ kalau begitu tunggu sekitar 30 menit aku tiba di sana”.

“ ok selalu ku tunggu “.

Dengan berbagai perasaan yang bercampur aduk di dalam dirinya Fery mencoba untuk tenang. Ia harus setenang mungkin untuk berbicara dengan orang yang di cintai nya, ia tidak boleh salah dalam mengucapkan kata – kata, ia tidak boleh belopotan atau terlihat culun saat berhadapan dengan Iis.

Entah mengapa kali ini ia benar – benar serasa lain dari biasa nya. padahal ia biasa menghadapi forum tanpa rasa minder sedikitpun. Sudah banyak organisasi yang ia ikuti dan sering kali suaranya yang tegas dan lantang tanpa rasa minder tersebut memenuhi ruang rapat organisasi. Kepiawaiannya dalam berorganisasi kini benar – benar tidak ada arti lagi ketika ia harus berhadapan dengan Iis. Ia benar – benar tidak berdaya dengan satu sosok wanita yang selama ini singgah di hati nya. ia merasa keadaan nya sangat tidak baik, terasa dari sekujur tubuhnya keringat dingin mulai merayap. Ia mencoba untuk menenangkan diri kembali, ia memperbaiki posisi duduk nya, kemudian ia hisap dalam – dalam nafas dari hidung bagaikan orang yang menghimpun tenaga dalam kemdian mengeluarkan nya. ia lakukan hal itu berulang – ulang, hingga akhirnya ia merasa agak enteng dari sebelumnya. Kini tatapan mata nya mantap mengarah pada lift yang biasa di pergunakan oleh Iis naik. kini Fery telah dapat menguasai diri kembali tubuhnya terasa segar dan tidak ada beban.

Dari lift tampak Fery melihat Iis. Pagi itu ia tampak lebih cantik dari biasa nya. Iis mengenakan kemeja lengan panjang berwarna putih hitam bergaris – garis coklat. Tangan kirinya menenteng tas kecil, rambut nya yang panjang di biarkan terurai begitu saja.Wajah nya begitu berseri – seri,  sambil ia tersenyum senyum menatap Fery dari kejauhan. Fery membalas senyum itu dengan senyuman yang tak kalah indah nya. begitu Iis sampai, Fery , mempersilahkan Iis duduk di depan nya. sesaat mereka saling berpandangan. Iis lalu menunduk wajah nya yang merah merona. seumur hidup ia tidak pernah mengalami hal semacam ini, berpandangan dengan pria hingga membuat nya menunduk malau adalah hal yang paling pantang bagi nya. namun kali ini ia benar – benar takluk oleh pandangan Fery. Ia Bisa merasakan betapa besarnya aura pria di hadapa nya. tatapan nya tidaklah mengerikan atau menakutkan, namun tatapan pria tersebut mampu menembus hingga ke relung hati hingga akhirnya ia menyerah kalah.

Demikian juga Fery menatap Iis dengan penuh makna, seakan –akan ia ingin tahu kebenaran dari ungkapan Iis dalam surat yang ia bacanya tadi malam. Pada wajah cantik dan mulus itu ia seperti telah menemukan jawaban. Dan jawaban itu telah memberi nya ilham untuk mengatakan sesuatu kepada Iis.
” Dek Iis “. Ucap Fery mulai berbicara.

Iis agak terkejut dengan kalimat yang barusan di ucapkan Fery, ia masih diam. Ia memikirkan apakah Fery benar – benar mengucapkan nya.

“ Boleh kah aku memanggilmu Adek ?“.

Iis masih belum menjawab wajah nya masih tertunduk, ia sama sekali tidak berani menatap Fery.

“walau kita berbeda usia, namun sepantas nya aku memanggilmu adek, karena kita telah menjadi sepasang kekasih “.

Iis hanya mengaanggukan kepala. air mata bening meleleh pada pipinya dan mengalir kemudian jatuh di lengan nya. Fery kemudian meraih tangan Iis lalu menggenggam nya erat – erat.

“ Dek. tahukah kau mengapa Tuhan menciptakan jari – jari manusia ini terdapat jarak di antara jari satu dengan yang lain.?”.

Iis masih saja menunduk sambil meneteskan air mata nya kembali, ia mencoba untuk tersenyum di sela – sela air mata keharuan nya. ia sangat bahagia sekali pagi itu. Yang di dambakan serta di impikan nya selama ini telah tercapai, ia berharap semoga hubungan nya bersama Fery akan terus berlanjut hingga ke jenjang yang lebih matang.

“Tuhan menciptakan jarak di antara jari kita, karena suatu saat akan ada jari lain yang mengisi jarak tersebut,”. Ucap Fery sambil ia terus memandangi Iis penuh makna.

“Apakah Seperti yang kau lakuan padaku mas “. Jawab Iis sambil ia memberanikan diri menatap wajah Fery, di sana ia menemukan suatu cahaya terang yang mampu membawanya terhanyut dalam nikmat nya kehidupan bercinta. Kesungguhan dan kemantapan hati tersirat dari wajah tegar pria di depan nya.

“Iya benar dek, sekarang hapuslah air matamu, marilah kita susun rencana hidup ini secara matang untuk menyongsong masa depan gemilang”. Fery memberikan sapu tangan bermotifkan bunga kepada Iis.

“Ini sapu tangan mu mas ?“. tanya Iis sambil ia mencium sapu tangan yang masih berbau harum tersebut.

“ Bukan, itu sapu tangan Suci”.

Iis terkejut dengan apa yang di katakan Fery, namun ia cepat – cepat menguasai diri nya.

“ Mengapa mas berikan padaku ? “.

“Aku ingin dia tetap hidup di antara kita, aku mohon kepadamu, supaya menyimpan sapu tangan tersebut, tapi kalau keberatan juga tidak apa – apa “.

“ Baiklah mas, aku akan selalu menyimpan sapu tangan ini”. Iis kembali mencium sapu tangan tersebut dan memasukka nya ke dalam tas kecil.

Sekian lamanya Fery dan Iis tenggelam dengan pembicaraan. Mereka saling berbagi dan bercerita tentang pengalaman masing – masing. Suasana yang tampak sepi membuat mereka lebih leluasa berbicara. Rencana demi rencana mereka susun untuk menapaki kehidupan panjang di mana yang akan datang. Dengan hembusan angin asmara mereka semakin akrab dan semakin dekat, kasih sayang terpancar dari sepasang kekasih tersebut.

Begitulah hari – hari yang di penuhi dengan cinta selalu menghantarkan pada kehidupan yang lebih baik. Merayap pelan sang waktu meninggalkan kenagan – kenangan yang indah. Tak terasa sudah 3 tahun usia hubungan asmara Fery dan Iis. Kini sang cinta telah terjalin dalam damai yang penuh kebahagiaan. Apabila sesuatu berlandaskan cinta, maka Setiap apa yang selalu di kerjakan selalu saja di lakukan dengan semangat, dan akhirnya akan mendatangkan berkah. Hari hari penuh gairah yang membara selalu menyertai di setiap sisi kehidupan mereka. Akhirnya tidak lama lagi mereka akan melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan.

Di penghujung tahun 2005 adalah hari yang paling bahagia bagi Fery dan Iis. Mereka telah lama merajut cinta. Kini saat nya mereka memetik dan merasakan manis serta ranum nya buah cinta. Hanya  orang – orang yang telah syah dalam satu ikatan perkawinan yang dapat merasakan hal tersebut. kenikmatan serta keindahan syurgawi akan dapat mereka rasakan ketika di dunia. Sungguh indah mana kala sang insan mampu menjaga kehormatan nya hingga waktu yang telah di tentukan tiba. Kehormatan yang di miliki sungguh sangat terasa lebih berharga ketika malam pertama akan di mulai suatu babak baru kehidupan, dimana ke dua insan akan menggapai pohon cinta serta memetik buah nya hingga buah tersebut benar – benar terasa nikmatnya. Bukan hanya nikmat jasmaniah yang dapat mereka rasakan, namun batin akan ikut  merasakan kepuasan yang tiada terhingga. pada malam pertama inilah jika di antara ke dua insan pernah melakukan dusta akan cinta, maka hati nurani nya akan berbicara yang sesungguhnya bahwa apa yang ia lakukan sebelumnya adalah sesuatu yang naif.

Resepsi pernikahan di lakukan di kediaman orang tua Iis yang terletak di kawasan Kali Urang. Gegap gempita suara musik mendayu – dayu menghibur setiap penonton serta para undangan. Waktu telah menunjukkan pukul 20.00 malam, namun para undangan masih belum sepi, bahkan masih ada yang berdatangan. Ke dua mempelai tak henti henti nya tersenyum, menyalami, serta mengucapkan kata terima kasih kepada para undangan. Sementara ke dua orang tua mempelai juga ikut tersenyum, wajah mereka berseri – seri. Mungkin mereka membayangkan tidak beberapa lama lagi akan memiliki cucu, dan mereka akan mencium, serta menimangnya bergantian. Malam itu semua orang ikut berbahagia menyaksikan ke dua mempelai yang tampak sangat  serasi, mereka bagaikan sepasang burung dara yang di mabuk cinta. Sesekali dari singgasana sang mempelai tampak bergantian Fery dan Iis mengusap wajah yang bercucuran keringat dengan sehelai tissue. Mereka tampak romantis, sehingga para undangan seakan – akan turut merasakan bagaimana perasaan ke dua mempelai yang sedang bersanding tersebut.

Pukul 22.00 malam undangan telah sepi. Fery dan Iis kini melangkahkan kaki menuju ranjang pengantin.di sana mereka akan bersama sama memanjat pohon cinta dan memetik buah nya. ke duanya duduk di ranjang pengantin.

Suasana di kamar pengantin sejenak agak kaku.  Fery dan Iis sama – sama bingung dan salah tingkah, mereka sama sekali belum pengalaman. Namun hal tersebut tidak bertahan lama, karena tidak sulit bagi Fery untuk menenangkan diri, ia pernah belajar seni pernafasan ketika dulu di kampung, dan ia tahu bagaimana cara menghimpun tenaga serta membuang hawa – hawa negatif yang menyelimuti dirinya. Dengan seni nafas yang baik ia sejenak berkonsentrasi dan memusatkan fikirannya. Dengan langkah pasti ia mendekati Iis yang sedang gelisah di tepi ranjang, kemudian Fery memegang dagu Iis dan mereka Sesaat lamanya saling berpandangan, masing masing mengagumi keindahan sang lawan jenis nya. Iis menunduk, ia tidak mampu untuk meneruskan tatapan nya pada Fery.

“ Dek apakah malam ini engkau telah siap ? ”. Tiba – tiba suara Fery memecah kesunyian.

Iis hanya menganggukkan kepala. ia telah ikhlas untuk menyerahkan harta yang paling berharga kepada pria yang di cintai dan telah menjadi suaminya.

“Malam ini kita akan memanjat pohon cinta, dan kita akan memetik, serta merasakan rasa nikmat dari buah cinta tersebut,”. ucap Fery sambil ia meraih telapak tangan Iis sama ketika ia melakukan nya pada Iis ketika di mall. Iis memberanikan diri untuk mengakat wajah nya, dan saat itu juga ia memandang wajah Fery yang terlihat sangat tampan malam itu.

Ketika ke dua bola mata saling bertatap kilatan – kilatan asmara seketika membara dan menyambar – nyambar sehingga ke dua insan yang sedang mabuk asmara tersebut terhanyut dan larut dengan pengembaraan demi meraih nikmatnya buah cinta.

 

*******

Satu bulan berlalu, setelah pernikahannya Fery  pindah rumah, dan memulai hidup baru  bersama Iis. sebelum Fery pindah ia sempat memberikan kenang – kenagang pada semua penghuni asrama, ia memberikan hadiah special pada ke dua sahabatnya Agus dan Hendra. Pada Agus Fery memberikan laptop sedangkan pada Hendra ia memberikan sepeda motor second.

Fery  mendapatkan kepercayaan dari ibu Har untuk menjalankan usaha sesuai dengan kemampuan yang di miliki nya. ia mengelola usaha toko Komputer di Komplek Ruko Babar Sari. Ia merasa sangat beruntung karena titel S. Kom yang di raih nya selama bertahun – tahun dengan jerih payah tidaklah sia- sia. Sedangkan Iis mengembangkan usahanya dalam bidang kesehatan.

Hari – hari mereka lalui tanpa kesulitan yang berarti. Hidup terasa sangat indah dan mudah bagi mereka yang telah menemukan jalan nya. namun hidup terasa sangat sempit dan serasa menghimpit ketika jalan yang akan kita lalui belum pasti.

 

*******

 

Bagian 6

Tangisan Terakhir

 

Siang itu terasa penat, udara panas dan matahari yang menyengat membuat suasana semakin gerah. Di meja kerja Fery tampak sibuk dengan laptopnya. Hari itu ia harus menyelesaikan pembukuanakhir bulan. ia harus mengkalkulasi pendapatanya, laba dan rugi juga harus di perhitungkan. wajar jika Fery tampak sibuk, karena hari itu adalah akhir bulan dan biasanya tutup buku. Di tengah – tengah kesibukan  tiba – tiba Handphonenya  berdering, sejenak ia melihat nomor yang tidak di kenal . Fery masih sibuk dengan pekerjaan, sehingga ia tidak meperdulikan nomor yang memanggilnya. Hingga beberapa kali ia tidak menjawab panggilan tersebut, dan akhirnya putus asa juga orang yang menelpon, sehingga tidak lagi terdengar suara deringan. Namun beberapa saat kemudian Telpon toko yang berada di ruangan depan berbunyi. Fery melihat sang pelayan toko mengakat telpon, ia tidak begitu memperhatikan apa yang di bicarakan oleh pelayan tersebut. dan tiba- tiba saja pelayan yang mengakat telpon tadi sudah ada di depan nya.

“ Pak maaf mengganggu !“.

“Ya ada apa Nik ?“. tanya fery setengah terkejut

“Tadi ada telpon dari seorang perempuan, namun dia tidak mau menyebutkan namanya, dia hanya berpesan pada Bapak kalau di sudah berada di Jogyakarta”.

Fery tidak begitu memperdulikan pelayan tersebut ia benar – benar sibuk dengan pekerjaanya. Ia hanya mengangguk – angguk dan sesekali berucap “terus”.

“Dia bilang lagi kalau dia menunggu bapak, dan perjuanganya ke jogya tidak mau sia- sia, karena hidupnya telah ia pertaruhkan hanya untuk mencari Bapak”.

Seketika itu juga Fery tiba – tiba terperanjat, ia memandangi pelayan tersebut dalam – dalam. Seolah – olah ia mencari kebenaran di balik ucapan pelayan tersebut. jawaban telah ia dapatkan dari balik wajah sang pelayan yang tampak sungguh – sungguh menyampaikan berita. kini segudang tanya memenuhi hati nya, siapakah orang tersebut, apakah orang yang menelpon nya tadi ?. atau … Fery jadi bungung sendiri. Begitu ia mau bertanya, sang pelayan sudah tidak ada lagi di depan nya.

Fery merasa terganggu dengan telpon yang barusan di terima oleh pelayan nya. ia menjadi tidak konsentrasi bekerja, berbagai pertanyaan bermunculan di dalam hatinya. Untuk mengurangi beban terebut ia mencoba mengirim pesan singkat pada nomor panggilan tak terjawab pada handphoneya.

” Maaf benarkah anda yang barusan menghubung nomor            telpon toko saya “.

Beberapa saat handphonenya bergetar ada balasan datang.

“ iya benar “.

Rasa penasaran Fery kembali menggugahnya untuk mengirim pesan kembali.

“kalau boleh tahu siapakah anda ? dan ada perlu apa mencari saya”.

Kali ini balasan yang di tunggu – tunggu nya sangat lama akhirnya setelah 20 menit kemudian balasan pun datang.

“aku adalah orang yang pernah singgah di hatimu, dan saat ini engkau telah melupakanku. keperluanku datang kemari hanya untuk menagih janji,kalau ingin tahu siapa aku sebenar nya ku tunggu dirimu di Café Nuri tepatnya di Jl. Lingkar utara (ring road)”.

Fery semakin penasaran dengan pesan singkat tersebut, ia sudah tidak sabar lagi dengan rasa penasaran nya. ia kemudian mengangkat telpon kemudian ia bermaksud menghubungi nomor tersebut. Namun usahanya sia – sia, berkali – kali ia menghbungi namun hasilnya nihil. Nada tidak di angkat selalu ia dengar. Tiba – tiba ada pesan baru lagi yang masuk, Fery langsung membuka nya.

“Kalau mau tahu siapa aku silahkan saja datang, aku memakai baju kaos berwarna pink dan jacket levis warna biru tua, kedatanganmu selalu ku tunggu”. Rasa penasaran nya semakin memuncak, kembali ia menelpon, namun kali ini ia harus lebih bersabar untuk memendam rasa penasaran nya, karena nomor yang ia tuju tidak aktif.

Malam mulai merambat, jam dinding menunjukkan pukul 19.45 menit.  sementara pembukuan belum terselesaikan, berkali – kali  ia menghubungi Iis namun Handphone nya juga tidak aktif, biasanya dengan menghubungi Iis ia bisa menemukan solusi, namun kali ini ia budrek sendiri. Iis mungkin berada pada kawasan yang rawan signal. Kebetulan sudah dua hari Iis pergi Kalimantan dalam rangka Penyuluhan Kesehatan.  Fery bingung, ia mencoba untuk berkonsentrasi agar pekerjaan nya cepat usai. Namun rasa penasaran kali ini mampu mengalahkan kesibuka nya. sehingga entah mengapa ia begitu ringan melangkahkan kaki dan berniat untuk menemui orang misterius yang menghubungi nya tadi siang. Dalam sekejap ia telah meluncur meninggalkan toko dan sudah berada di depan Café Nuri.

Suasana café yang cukup romantis, dengan lampu hias yang remang – remang, musik mendayu – dayu dengan volume sedang, serta para pelayan yang ramah dan cantik selalu mengumbar senyum pada setiap pengunjung. Malam itu para pengunjung masih belum begitu ramai sehingga mudah bagi Fery untuk mengenali orang misterius yang telah memberikan ciri – ciri pada nya.  Fery melangkah kan kaki nya pelan – pelan Hati nya berdebar – debar tak karuan, ia menoleh ke kiri dan kanan, pandangannya menyapu seluruh tempat yang ada. Tiba – tiba ia melihat seorang wanita yang duduk tak jauh dari tempat nya berdiri. Wanita itu tersenyum pada nya. Fery merasa heran dengan wanita di depan nya tersebut, jika di lihat dari ciri – cirinya jelas wanita itu adalah orang misterius yang tadi siang menghubunginya, namun sedikitpun ia merasa tidak mengenal bahkan kali ini ia baru melihat.

“ Cari seseorang ya mas “.

“iya benar, tapi maaf sepertinya saya tidak pernah mengenal mbak ?”. jawab Fery dengan santun

“ kok Bisa tho mas ? “.

“Mbak sepertinya salah orang, dan maaf saya mau pulang dulu, karena masih banyak pekerjaan yang belum saya selesaikan”. Ungkap Fery sambil ia membalikkan tubuh dan melangkahkan kaki untuk pulang. Perasaan nya tak menentu ia tak habis fikir mengapa ada orang yang salah alamat di zaman yang serba canggih ini. Atau barang kali orang tersebut memang sengaja mengerjai nya, “ah tapi entahlah” begitulah perasaan nya berbicara.

“ Mas  Sebentar ..!”.

“ ada apa lagi mbak ?“ Fery menghentikan langkah nya sambil menoleh ke belakang.

“Saya memang bukan orang yang mas kenal, namun saya akan memberitahu orang yang sangat mas kenal, asalkan mas mau duduk dulu di sini”.

“Sudahlah, mbak jangan ngerjai saya “.

“Sumpah mas saya tidak ada maksud mengerjai mas, saya mohon tolong mas duduk di sini sebentar saya akan memanggilkan orang mas cari”.

Tanpa banyak berbicara Fery duduk di kursi dengan wajah lesu. Wanita di depanya tersebut berlalu keluar dan entah apa lagi yang ia kerjakan Fery tidak ambil pusing. hari itu ia sudah sangat lelah. Sambil memesan Sekoteng (Teh Jahe) ia duduk termenung di kursi. wajahnya tampak kusut dan lesu, tubuhnya sangat lemas, ia ingin sekali mengguyur tubuhnya dengan air, karena telah satu hari ia baru satu kali menyentuh air. Sekoteng di depan nya ia minum sedikit demi sedkit, tubuhnya terasa lebih segar, syaraf – syaraf nya kini mulai terangsang kembali, sekoteng memang minuman yang menyehatkan, masyarakat jawa pada umum nya senang meminum sekoteng di waktu pagi atau malam hari.

“Mas sekarang saya telah bawakan orang yang mas cari “.suara seorang wanita menyapa nya.

“Siapa nama nya mbak ? “. Tanya Fery acuh tak acuh sambil kembali ia menyeruput sekoteng.

“Ini  Tanya saja sendiri dengan orang nya mas, sekarang saya tinggal dulu ya”. Ucap wanita tersebut sambil ia mempersilahkan duduk wanita yang berdiri di sampingnya. Kemudian lalau ia pergi meninggalkan ke duan nya.

Di keremangan cahaya lampu café Fery mencoba untuk mengenali wajah wanita yang memakai topi di depan nya, perasaanya berdesir hebat ketika ia melihat sekilas wajah wanita tersebut sangat mirip dengan mantan kekasihnya. namun ia cepat – cepat menepis perasaan tersebut. tidak mungkin, dia sudah meninggal, dan orang yang meninggal tidak mungkin hidup lagi, ungkap nya dalam hati.

“ Mas”.

“Mas Fery ternyata benar – benar tidak mengenaliku lagi, “. Ucap wanita di depan nya.

“Maaf anda siapa ?”

“Apa mas Fery sudah lupa dengan ini ?”. wanita di depan nya mengulurkan jari manis nya dan memperlihatkan kepada Fery lebih dekat.

Bukan main terkejutnya Fery saat ia melihat cincin dengan ukuran huruf “F” dan berkilau – kilau terkena terpaan lampu café. meski tidak begitu terang namun ia tahu persis tentang cincin tersebut, dan iangatan nya masih cukup segar. Bagaikan di sambar petir Fery seakan – akan tidak percaya dengan kenayataan yang ada di depa nya. beberapa saat ia hanya dapat menunjuk – nunjuk wanita di depa nya. sambil ia berdiri bibir nya bergetar – getar tak tentu arah mengucapkan kalimat yang tidak jelas.

“ T…ti..tii..tidak…..kamu bukan dia…k. ..k….ka..kamu hantu”.

Kalimat itulah yang berkali – kali di ucapkan Fery, ia benar benar tidak dapat menguasai dirnya.

“ Mas eling mas. Mana ada hantu berkeliaran di kafe,,!”.

“T…ti..tii..tidak…..kamu bukan Suci …k. ..k….ka..kamu hantu”. Kembali Fery mengucapkan kalimat tersebut.

“Kalau aku hantu.  mas tadi tidak akan Bisa memegang tangan ku, sekarang mas duduk tenang – tenang, aku akan menceritakan semuanya “.

Fery masih belum Bisa menerima kenyataan. Ia masih saja berdiri, mata nya nanar menatap wanita di depan nya. Fery mengamati dengan penuh teliti dan seksama. Pelan – pelan ia mulai duduk dan sedikit dapat menguasai dirinya.

“Tolong lepaskan Topimu..!”. Fery sudah mulai berbicara dengan nada teratur.

Gadis di depan nya melepaskan topi, seketika itu juga Fery terkesiap, dada nya bergetar hebat seakan dinding jantungnya nya akan ambrol karena detak jantungnya yang tak beraturan. Waktu 5 tahun adalah waktu yang cukup panjang untuk membuat seseoarng berubah baik secara fisik maupun psikis, hal ini lah yang di lihat oleh Fery malam itu meski ia berpisah dengan gadis tersebut sekian lama nya, namun rasa cinta yang ia miliki dulu cukup untuk menggugah dan menjawab siapa sebenar nya orang yang berada di depan nya. walaupun saat ini perawakan Suci agak kurus dan terlihat dari sudut wajah yang tirus, mata yang sendu, dan roman yang kusut, namun sinar kecantikan dan keanggunan masih terpancar dari wajah nestapanya. Guratan – guratan kesedihan dan derita tampak jelas terlihat dari roman wajah yang polos nan ayu.

Mata Fery berkaca – kaca menatap gadis di depan nya, mata nya seakan – akan di  penuhi dengan air yang siap di tumpahkan. Ia tidak dapat membayangkan jika Suci mengetahui kehidupan nya sekarang, ia telah menikah dengan orang lain, jika Suci mengetahui hal ini tentu ia akan lebih merana lagi. Ah tapi ku harap Suci Bisa mengerti, aku harus menceritakan apa yang terjadi sesungguhnya. Begitulah percakapan Fery dengan batin nya.

Suasana café mulai ramai dengan pengunjung, di sana sini sesekali terdengar gelak tawa dari para penikmat suasana malam. Suci tampak tegar. Tatapa nya lurus memandang Fery yang terlihat gelisah.

“Mas tidak usah bersedih, mungkin ini sudah takdir kita. Aku sudah tahu semua nya”.

“ K..k..k..kau juga tahu tentang diriku saat ini? kau tahu dari mana ? ”.

“Aku mendapatkan informasi dari teman – teman mas di asrama kost, dari mereka aku tahu kalau Mas sudah menikah dengan Iis. Aku tidak dapat menyalahkan siapa – siapa, karena ini terjadi begitu saja seperti air yang mengalir. Mas tidak salah karena mas dan semua orang telah menganggap aku telah mati dalam kecelakaan speed saat perjalananku ke Pontianak ”.

“ Jadi bagaimana ceretinya hingga dirimu sekarang Bisa sampai ke mari ?”. Fery bertanya dengan nada penuh ke ingin tahuan.

Sesaat Suci menghirup udara panjang Dan menghembuskan nya ia mulai mengawali kisah nya.

“Ceritanya panjang mas”. Sejenak Suci mengerutkan dahi, ia seolah – olah mulai mengingat – ingat kejadian yang pernah ia alami.

“Begini saja mas dari pada aku berceita, nanti takut waktu nya tidak cukup, mas baca saja penggalan kisah hidup ku di sini”. Suci mengeluarkan buku agenda dan menyerahkan nya pada Fery. Dengan tangan bergetar Fery menerima buku agenda tersebut.

“Mas. aku datang kemari hanya ingin membicarakan beberapa hal”.

“Apa ?”.

“Yang pertama aku ingin bertanya pada mas apakah mas masih mencintaiku ?. yag ke dua aku akan menagih janji mas dulu“.

Darah Fery seolah – olah berhenti bergerak sehingga terasa tubuhnya kaku dan lidah nya kelu hingga beberapa saat lama nya.

“Bagai mana mas ?, apakah mas sudah lupa dengan janji kita dahulu. saat itu kita berjanji di tepian pantai di kala mega merah yang menjadi saksi Bisu kita torehkan janji kita di atas kertas dan engkau lingkarkan cincin ini pada jariku”.

“Ci ku mohon kau mengerti dengan keadanku sekarang, aku tidak mungkin mendua. dia sangat mencintaiku aku tidak mau menyakiti hati nya”. ungkap Fery mencoba untuk menjelaskan permasalahan yang ia di hadapi.

“Aku tahu mas Fery telah beristri. Namun bukankah dalam agama kita tidak di larang untuk memiliki dua istri. Aku rela meski aku di jadikan istri yang ke dua mas”.

“Itu tidak mungkin. Tidak…,tidak…, aku tidak mau menambah panjang daftar kasus Poligami di negara ini, sudah waktu nya penindasan terhadap perempuan di  hentikan, aku tidak mau memperlakukan perempuan seperti barang dagangan yang mudah untuk di permainkan ”. Fery berucap dengan teresa- gesa, jelas dari nada nya tersebut ia merasa sangat bingung dan budrek bercampur menjadi satu seperti orang setres.

“Mas jangan salah, tidak semua poligami itu tidak baik. Semua kembali kepada niat, kalau Istri mas merasa rela mengapa mesti mas merasa menindas, ?”.

Fery terdiam beberapa saat lamanya ia menyelami kata – kata Suci. Posisinya saat itu memang tidak menguntungkan. Rasa lelah yang di deritanya mempengaruhi pikiran nya sehingga ia sulit berkonsentrasi. Ia juga bingung untuk mengambil sikap. Di dalam hati nya yang paling dalam mengatakan bahwa Suci adalah Cinta Pertama nya, dan jujur sampai saat ini ia masih menyimpan rasa cinta itu untuk nya walapun setetes. namun di sisi yang lain Iis yang benar – benar tulus mencintai nya selalu melintasi dalam benak nya. jika ia menerima tawaran Suci apakah Iis akan menerima jika ia di madu. Jika ternyata Iis tidak Bisa menerima lantas bagiamankah nasib Suci. Tapi jika Iis menyetujui, terus bagaimanakah jalan kehidupa nya nanti. Apakah bisa ia membina dua orang  istri sekaligus.

“Sudahlah mas, jangan di fikirkan kelihatan nya mas lelah, jadi sekian dulu pertemuan kita, tawaran saya tolong di fikirkan, jika mau menghubungi. alamat ku ada dalam agenda tersebut, maaf aku pulang dulu temanku sudah lama menunggu”. Suci berdiri kemudian bergegas ia meninggalkan Fery yang masih termangu.

Tatapan kosong Fery mengiringi kepergian Suci, kejadian itu begitu cepat berlalu seakan – akan ia masih belum percaya jika gadis yang barusan mengajak nya berbicara adalah Suci mantan kekasih nya.

 

*******

            Malam itu juga Fery tidak lagi ke Toko, ia langsung pulang ke rumah nya. setelah ia membersihkan badan. kembali ia Menelpon Iis, namun nomornya masih belum aktif. Ia lalu mengirim pesan singkat ke nomor Iis “ sayang. kapan pulang nya ?”. setelah ia mengirim pesan singkat tersebut, tiba – tiba ia teringat dengan buku agenda yang di berikan Suci di Café Nuri beberapa saat lalu. Pelan – pelan ia membuka buku tersebut terdapat beberapa tulisan serta tanggal nya lengkap pada lembaran – lembaran terpisah di agenda tersebut. Fery masih saja membuka – buka lembaran agenda Suci, hingga ia berhenti membuka halaman yang berikutnya. Pada halaman tersebut jelas tertuliskan “ Kisah Suci untuk mengejar Janji ”. dengan dada berdebar – debar Fery mulai membaca bait – bait kisah pada lembaran – lembaran tersebut.

 

 

Petaka Awal Pembawa Bencana

 

            Musibah itu terjadi saat Speed yang kami tumpangi di hantam gelombang bergulung – gulung, sekitar 1 meter lebih tiba – tiba saja dalam sekejap speed yang kami tumpangi terbalik, entah sudah berapa banyak air yang ku minum saat aku di dalam air, dan saat itu nyaris aku mati di bawah telungkupan speed, untung saja ada seseorang yang mendorongku naik kepermukaan, dan oraang yang mendrongku tersebut adalah ayah. Aku tidak biasa menolong nya. ia menolongku namun ia sendiri tidak tertolong. Kakinya terjepit pada kursi speed sehingga ia tidak Bisa keluar. Ketika aku di permukaan, aku berenang kesana kemari dan akhirnya aku meraih barang seadanya untuk mepertahankan supaya aku tetap hidup. Saat itu yang ku lihat adalah tangan yang menggapai – gapai kepermukaan meminta tolong. Setelah itu aku tidak ingat apa – apa lagi. aku tidak sadarkan diri  untuk sekian lama nya.

            Entah bagaimana ceritanya ketika aku bangun dari tidur panjang, aku telah menatap langit – langit kamar dengan atap daun nipah. Kamar yang berukuran sedang tersebut terasa asing bagiku. Aku lihat di sampingku duduk seorang wanita yang sudah tua. Dia lalu menceritakan kalau aku saat itu di temukan terapung – apung di atas kuala oleh anak nya saat pulang dari menjual Kopra. Ia juga menjelaskan bahwa saat itu aku  berada di Sungai Segadang yang mayoritas penduduk nya adalah suku melayu. Wanita tua tersebut panggilan nya Nek Annis, suaminya telah lama meninggal. ia memiliki 7 orang anak dan semuanya telah berkeluarga serta jauh dari nya, kecuali 3 orang anak yang hidup masih satu kampung dengannya. Berbulan – bulan aku tinggal di sana. Aku membantu kegiatan nek Annis. Aku sadar saat itu aku tidak memiliki apa – apa sedangkan aku masih berkeinginan untuk meneruskan impianku bersama – sama dengan orang yang ku cintai. Maka untuk mewujudkan hal tersebut aku mulai ikut bekerja apa saja yang penting aku bisa meneruskan cita – citaku. Setelah 8 bulan aku bekerja sedikit demi sedikit uangku terkumpul. Suatu hari aku mengutarakan maksudku pada nek anis jika aku akan kembali ke kampung ku. Dengan berat hati akhirnya Nek Annis mengizinkanku. Kepergianku di iringi dengan linangan air mata nya. demikian juga aku meneteskan air mata ku saat aku mengenang jasa – jasa nya yang tidak mungkin terbalaskan olehku.

            Ketika aku pulang ke Paket hatiku sangat hancur. Aku menangis sejadi – jadinya. Banyak orang yang takut denganku, aku di kira mereka adalah hantu, namun aku tidak perduli. Aku meratapi nasib di depan rumahku yang telah kosong tak berpenghuni. Satu harian aku menangis hingga ku rasa air mataku telah haBis terkuras dan tidak dapat meneteskan air kesedihan. Ku rasa mataku telah sipit karena tangis yang terlalu lama, akhirnya aku hanya dapat terisak isak tak berdaya. Tak seorang pun yang kasihan kepadaku, mereka semua menutup pintu rumah nya mereka sangat ketakutan dengan kehadiranku. Aku bingung harus bagaimana, seakan – akan hidupku sudah tidak ada gunan nya lagi, aku nyaris putus asa, malam itu akhirnya aku berjalan menuju langgar (surau), di sana aku berharap akan menemukan jawaban dari semua yang ku alami saat itu. Sesampai nya di langgar aku di sambut dengan tidak layak  dan sangat hina, layak nya hantu pocong yang datang, para santri di langgar langsung keluar dan membentuk formasi mengelilingiku. Mereka membacakan ayat kusy. Sat itu aku hanya menangis tersedu – sedu sambil bersujud seraya aku memohon kepada tuhan untuk menunjukkan jalan yang baik serta meluruskan anggapan orang – orang di sekelilingku.

            Melihat aku menangis tersedu – sedu sambil aku bersujud. Para santri langgar itu malah semakin bersemangt membaca ayat kursy. bahhkan di antara mereka ada yang berkata kalau hantu nya sudah menyerah karena kepanasan. Hatiku semakin tercabik – cabik, tangisanku semakin meledak – ledak, mereka sama sekali tidak memperdulikanku. Penderitaanku tidak samapi di situ saja, aku di ludahi dan di sirami dengan air sehingga tubuhku menggigil kedinginan. Aksi mereka berhenti setelah kedatngan Mbah Yai dan bu Nyai. Seketika itu juga mereka memberikan jalan pada dua orang yang sangat mereka segani tersebut. Mbah yai memandangku dengan tatapan sangat tajam, aku tidak tahu dengan apa yang di fikirkan oleh nya, yang jelas beberapa saat setelah mbah yai memandangi ku, ia memerintahkan kepada para santri wati untuk membawaku ke jedding ( kamar mandi ). Setelah aku di mandikan aku kemdian di bawa menghadap pada mbah nyai dan bu nyai. Aku di minta bercerita tentang keberadaanku hingga selamat. Aku ceritakan semua apa yang terjadi padaku.

            Dari mereka aku tahu jika Ibuku telah meninggal  5 bulan yang lalu, dan adik ku Susi ikut menjadi TKW di Singapura, sementara Tanah dan pekaranganku di jual oleh oleh adik ku untuk mengurus keberangkata nya. Aku hidup sebatang kara, aku tidak memiliki siapa – siapa lagi. Semangat hidupku kembali menurun. Apa yang ku impi – impikan sudah hancur semua. Aku tidak memiliki harapan. Saat itu dengan sabar Bu nyai membesarkan hatiku, sampai aku memiliki harapan baru. Aku masih ingat dengan apa yang dia katakan. selama Matahari masih meberikan sinar kepada kita, mengapa kita harus berputus asa. Begitulah pesan Bu nyai padaku.

            Hingga suatu hari ku utarakan niatku pada bu nyai jika aku memiliki keinginan untuk bekerja sambil Kuliah. Bu Nyai sangat senang dengan niat baik ku. tidak sulit bagi bu nyai untuk mencarikan orang tua asuh. 1 Minggu kemudian aku sudah berada di Pontianak.di sana aku tinggal bersama seorang keluarga terpandang. Rumah mewah yang di huni oleh 8 orang di antaranya 3 orang anak nya. yang laki – laki bernama Andri, ia masih Kuliah. Dan dua orang adik perempuan nya yang bernama lala dan lili. Mereka kembar dan masih duduk di bangku SMU. Dua orang pembantu yaitu Bi Ginem dan Bi sukirah. Dan yang terakhir aku sendiri. Aku Kuliah di Poli Tekhnik Negeri Pontianak Jurusan D 3 Informatika. Orang tua asuh ku sangat sayang kepadaku, mereka tidak mebeda- bedakan antara anak sendiri ataupun anak asuh, sehingga aku sangat betah tinggal di rumah tersebut. Namun suatu hari kenyamananku terusik dengan Andre, diam – diam rupa nya dia menyukaiku. Sering kali ia mengungkapkan cinta padaku baik secara langsung maupun melewati surat, dan tidak jarang pula ia memaksa ku untuk menerima cinta nya. Tapi sama sekali aku tidak menggubrisnya, di dalam hatiku masih teguh dengan pendirian bahwa aku telah memiliki Cinta dan aku tak mungkin membagi cintaku pada Andre.

            Andre diam – diam menyusun rencana busuk untukku, suatu hari saat penghuni rumah sepi aku mencuci di belakang, sementara Bi inem belanja dan bi sukirah pulang ke kampung, lala dan lili  pergi ke sekolah dan Bapak serta ibu pergi ke kantor. Di rumah hanya tinggal aku dan Andre. saat keasyikan ku mencuci pakaian tiba – tiba andre datang dengan celana pendek dan baju kaos. Ia merayuku, namun sama sekali tidak ku perdulikan. Hingga kesebaran nya mungkin sudah habis, tiba – tiba saja ia menangkap tanganku dan ia lipat  ke punggungku. dengan kekuatan penuh andre menggulingkan tubuhku di lantai. Gerak nya begitu cepat sehingga dalam sekejap aku sudah di tindih nya. Sekuat tenaga aku meronta – ronta untuk mencoba melepaskan dari belenggu nafsu binatang Andre, namun tenaga nya lebih kuat dari padaku. Saat itu untung saja Bi Ginem cepat – cepat datang, kalau tidak kehormatanku telah di renggut oleh andre si biadab. Semenjak itu aku sangat berhati – hati dengan andre. tak kan ku biarkan ia menjamah tubuhku.

            Ternyata ia menyusun rencana jahat yang lain. Suatu hari Lala dan liili kehilangan perhiasan nya. andre dengan terang – terangan mengatakan di depan Bapak dan ibu jika yang mencuri nya adalah aku. Aku masih ingat dengan apa yang di ucapkan nya saat ia menuduhku.” Aku bersumpah demi Tuhan melihat Suci menyelinap masuk ke kamar lala dan lili, lalu ia membawa sesuatu ke luar”. Beguitulah ucapan andre di depan orang tua serta adik –adik nya. aku hanya dapat menunduk dan meneteskan air mata mendengar fitnahan tersebut. Bapak dan ibu termakan hasutan Andre. mereka sangat murka padaku. Hanya bi GInem saja yang percaya padaku. Sebelum aku di usir dari rumah, bi Ginem sempat memberikan alamat salah seorang teman nya di Jl Kom Yos Sudarso.” Kamu seng sabar ya Ndok !…dan nanti kalau sudah sampai sana, bilang saja salam dari bi Inem ya Ndok !”. dengan lambain tangan Bi Ginem aku pergi dari ri rumah itu dengan tetesan air mata.

            Malam itu juga aku menuju alamat yang di berikan oleh Bi Ginem. Ternyata kawasan jalan Yos sudarso adalah daerah yang cukup kumuh. Di sana sini sampah banyak bertaburan dan terlihat orang di beberapa sudut toko bergelimpangan dengan tidur beralaskan koran. Aku tidak dapat membayangkan jika nasibku seperti mereka. Tepat jam 2 Malam aku menemukan alamat yang di berikan oleh Bi Ginem. Sebuah rumah panggung yang cukup tua, di depan nya terdapat lampu pijar 5 watt yang tidak menyala terang.

            Dengan agak ragu aku mengetuk pintu rumah tersebut, tak beberapa lama suara perempuan dari dalam menyahut dengan nada tanya, dan aku menjelaskan jika aku adalah utusan bi Gnem. Daun pintu terbuka lebar seoarng wanita dengan usia 30 tahunan menyambutku sambil mngusap – usap mata nya. beberapa saat tanya jawab terjadi antara aku dan wanita yang ternyata bernama Makinem, atau biasa di panggil mbak Inem. Mbak Inem tinggal bersama 5 orang teman nya, mereka ternyata menyewa rumah itu secara bergotong royong. Mereka  masing – masing telah bekerja. Mbak Inem bekerja di TPI ( Tempat Pelelangan Ikan ) bersama ke tiga orang teman nya. sedangkan teman nya yang lain bekerja di toko Kain sebagai Penjahit.

            Aku kebingungan karena hanya aku sendiri yang menganggur, biaya makan dan hidupku di tanggung oleh mereka. Aku merasa serba salah dengan mereka, hari – hariku hanya pergi Kuliah kemudian pulang, makan, terus tidur dan begitu seterusnya. Aku sangat tersiksa sekali dengan keadaan itu. Akhirnya di suatu malam ku ungkapkan perasaanku dengan mbak Inem. Mbak Inem tersenyum kemudian dengan bangga ia memujiku dan sesat lama nya ia memelukku. Mbak inem yang bijaksana akhirnya memberikan ku peluang kerja bersama nya di TPI. Aku sangat senang sekali sehingga aku bisa membiayai Kuliahku dan membantu membayar kontrakan.Di tempat itulah akhirnya aku Bisa menamatkan Kuliahku.

            Dua bulan setelah aku tamat Kuliah aku di terima bekerja di subuah Perusahaan Swasta. Aku merasa betah dengan suasana pekerjaan baru dan lebih berarti. Apalagi dengan Sikap sang manajer yang sangat perhatian padaku. Ia memberiku Fasilitas Komunikasi dan Transportasi, dan tidak jarang aku di ajak nya untuk makan bersama nya di luar. Aku tidak memiliki prasangka yang buruk terhadap nya karena ia sangat baik sekali padaku. Tutur bahasa nya santun serta Bisa menghargai orang lain. ternyata diam – diam manajerku senang denganku. Meski ia tidak pernah mengungkapkan perasaan nya secara langsung, tapi lama kelamaan aku menyadari nya. saat itu juga aku harus dapat menjaga sikap. Aku tidak mau memberikan janji- janji yang tidak pasti  kepada nya.

            Suatu saat manajerku bermaksud untuk melamar. Secara halus ku katakan kalau aku sudah memiliki pasangan namun ia terlanjur mencintaiku, sehingga ia terus mengiba – iba kepadaku untuk dapat mengabulkan permintaan nya. saat itu perasaanku ragu antara iya dan tidak aku menerima lamaran nya. namun aku tetap bulat dengan keputusanku bahwa aku tetap menolak lamaran nya. ia sangat terpukul dengan keputusanku, maka dengan wajah yang di selimuti kekecawaan ia pulang dengan mengendarai mobil di atas kecepatan rata- rata. tiga jam kemudian aku di telpon oleh rekan kerjaku, dia menyampaikan informasi jika manajer meninggal di Rs Soedarso dalam kecelakaan Mobil beberapa jam yang lalu. Saat itu juga aku menangis dan menyesali keputusanku yang sangat ceroboh. Aku merasa egois, hanya gara – gara mempertahankan Cinta ku pada seoarang yang telah mengikat janji padaku, aku tega membiarkan orang lain celaka. aku merasa sangat berdosa sekali. Untuk menghilangkan kenangan tersebut aku memutuskan untuk berhenti bekerja.

            Satu minggu aku menganggur, tiba – tiba perasaan ku berbisik jika aku harus bertemu dengan kekasihku yang berada di seberang pulau. Akhirnya ku putuskan untuk pergi ke jogya menemui Mas Fery kekasih lamaku, dan aku yakin ia masih setia Padaku. Dengan berbekal kartu ATM serta bawaan seadanya dan Cincin tanda cinta mas Fery, aku berangkat menuju semarang menggunakan Kapal Fery. Satu malam aku menginap di semarang, ke esokan hari aku langsung bertolak Ke Jogyakarta menggunakan Bis Patas. Sesampai nya di Jogya aku langsung mencari asrama Kost,  kebetulan aku langsung mendapatkan nya di kawasan Jl. Lingkar Utara. di asrama kost tersebut aku tinggal bersama 12 orang penghuni dan semuanya wanita. Orang yang paling dekat denganku adalah Wina, ia sering memberiku informasi tentang keberadaan mas Fery. Satu  minggu di Jogya informasi yang ku dapatkan telah lebih dari cukup. Suatu hari aku datang ke asrama Mas Fery, namun asarama tersebut sepi. Akupun pulang, Malam aku kembali lagi. Di sana aku hanya bertemu dengan Agus Dan Hendra. Awalnya mereka ketakutan melihatku, Namun setelah ku ceritakan semua apa yang menimpaku mereka akhirnya mengerti.

            Dari mereka aku tahu jika mas Fery baru saja menikah. Hatiku benar – benar hancur, harapanku musnah dan pupus sudah. Sudah terlalu banyak air mata yang tumpah dari kelopak mataku , sehingga Aku sudah tidak dapat lagi meneteskan air mata, Hanya batinku yang menangis.

            Namun aku masih memiliki harapan, yaitu harapan yang tetap membuatku bertahan hidup. harapan tersebut adalah janji Mas Fery yang akan tetap menikahiku walau bagaimanapun keadaanku. dengan janji tersebut semangatku untuk tetap hidup masih menyala – nyala walaupun tidak terlalu berkobar besar namun cukup bagiku sebagai penerang di kala kegelapan. Aku berani meminta janji ini kepada mas Fery karena aku telah mengorbankan semua hidupku untuk nya. saat kehormatanku hampir melayang dan aku mempertahankan nya, dan saat aku menolak Cinta sang manajer padaku serta banyak lagi cinta – cinta yang berdatangan dan semua nya ku tolak. Semua itu ku lakukan hanya untuk Mas Fery. Aku benar – benar memperuntukkan cintaku untuk nya tidak pada yang lain. tak kan kubiarkan orang lain menjamah tubuhku selain dia. Karena dialah yang akan berhak atas tubuhku, mana kala ia sudah mengikat dalam satu jalinan yang syah. Pengorabananku terasa sangat berarti untuk nya jika ia mau menerimaku. Dan kuharap dengan pengorbanan ini aku datang tidak sia – sia, karena sisa – sisa harapanku hanya ada pada nya.

 

Sekian sepenggal kisah dariku  

 

         TTD

SUCI FITRIANA

 

Ada sesuatu yang terasa hangat mengalir dari ke dua sudut mata Fery setelah membaca buku agenda Suci. Ia seakan – akan turut merasakan apa yang telah di alami oleh Suci. Ternyata penderitaan yang pernah ia alami, tidak ada apa – apa nya jika di bandingkan dengan penderitaan yang di alami oleh Suci. Kembali air mata nya jatuh mana kala ia kembali mengenang kisah sedih Suci. Dengan sisa- sisa kekuata nya ia meraih Hendphone dan menghubungi Suci, namun sia – sia nomor yang di hubungi nya tidak aktif. Akhir nya ia mengirim pesan singkat pada Suci “ Ass.wr.wb..Buku Agendamu telah ku baca, mengenai pertanyaanmu, akan ku jawab setelah kedatangan Iis dari Kalimantan, mohon bersabar”.

Seminggu sudah berlalu. Iis telah datang dari kalimantan 2 hari yang lalu. Namun Fery menunggu saat yang tepat untuk membicarakan masalah yang di sandangnya. Hingga akhirnya di suatu malam waktu yang di tunggu – tunggu oleh Fery tersebut tiba. Fery mulai bercerita dengan Iis mengenai Suci, serta keberadaan nya saat ini. Awal mula nya Iis tidak percaya. Namun Fery meyakinkan Iis dengan saksi Hendra an Agus serta ia menunjukkan Buku agenda Suci pada Iis. Fery kemudian menjelaskan maksud kedatangan Suci pada nya. seketika Iis terhenyak, ia terkejut dengan pernyataan suaminya.

“ Mas yang benar saja, apa adek tidak salah dengar ?”.

“Begini dek tolong dengarkan dulu penjelasan mas. mas memiliki beban moral jika tidak menikahi nya. yang pertama saat itu mas pernah berjanji akan menikahi nya walau seperti apapun keadaanya kecuali maut yang memisahkan, kemudian yang ke dua ia rela mempertahankan kehormatan nya serta berjuang – mati – matian hingga datang ke Jogya hanya karena Mas”.

Iis terdiam seribu bahasa, nalurinya sebagai wanita tidak terima jika ia akan di madu. Seakan – akan Ia tidak rela jika dalam rumah tangga nya ada orang ke tiga. Rasa kecintaanya begitu besar dengan Fery sehingga menimbulkan rasa cemburu. Namun cepat – cepat ia membuanganya jauh – jauh dari perasaanya, Ia insyaf jika semua itu terjadi tanpa di rekayasa dan dia juga insyaf bahwa hal tersebut terjadi secara alamiah. Namun apakah ia telah memiliki takdir harus di madu ?. begitulah akal fikiran nya berperang dan bergejolak.

“Bagaimana dek ? ”.

“Mas keputusan ada di tangan adek. adek ingin berbicara empat mata dengan Suci. adek ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi pada nya.”. ungkap Iis tegas.

“Kapan ?”.

“ Lebih cepat semakin bagus”.

“ Baiklah malam ini kita but janji di café nuri bagaimana?”

“ Ok”.

Fery meraih handphone dan menghubungi nomor Suci. Tampak ia berbicara pada Suci lewat telpon. Fery menjelaskan maksudnya. Setelah selesai pembicaraan Fery menutup Telpon. Tak lama kemudian Ia bersama Iis meluncur ke café Nuri. Di sana Suci telah menunggu, kedatangan Fery dan Iis di sambut hangat oleh Suci. Suci berdiri memeluk Iis dengan Erat. Mereka seakan – akan bagai kedua sahabat yang terpisah dan baru di pertemukan. Fery meninggalkan Suci dan Iis yang asyik bercengkrama. ia sengaja memberikan ruang gerak kepada Iis untuk mengetahui lebih jauh tentang Suci. Fery memilih duduk di sudut Café sambil menikmati sekoteng dan mengobrol dengan orang yang barusan di kenal nya.

Dua Jam berlalu, namun Iis dan Suci masih tampak belum ada tanda – tanda akan mengakhiri pembicaraan. Mereka tampak sangat akrab, sesekali terdengar gelak tawa di antara mereka. Fery yang sudah mulai mengantuk akhirnya pergi ke Mobil menunggu Iis. dan sepertinya Iis tanggap dengan sikap Fery. Dengan santun ia memohon diri kepada Suci.dalam sekejap saja Iis dan Fery telah kembali berada di rumahnya.

“Bagaimana dek keputusan nya ?”

“Adek bilang keputusan nya mohon di tunggu 3 hari lagi”.

“ Kenapa “.

“Karena adek mesti mempelajari dulu mengenai dirinya, apakah ia cocok atau tidak dengan adek. Dan juga masih banyak hal- hal lain yang mesti adek pelajari dulu sebelum adek mas madu”.

Fery hanya tersenyum mendengar ucapan Iis yang terakhir. Di dalam lubuk hati nya mengatakan jika sebenarnya ia tidak tega  harus menduakan nya. pilihan ini memang terasa berat oleh nya namun mau tidak mau ia harus bisa menerima nya.

 

*******

 

3 Hari telah berlalu, iis telah memiliki jawaban atas permintaan Suci. Dengan segala kerendahan hati yang penuh akan keikhlasan ia merelakan dirinya di madu. Iis telah benar – benar siap jika Suci akan menjadi teman hidup nya sekaligus pendamping Fery. Semua sudah ia serahkan totalitas kepada Tuhan Dzat yang maha segala nya, bahwa pengorbanan serta kerelaan nya tersebut akan menjadi amal ibadah yang tak ternilai harga nya. baru kali ini di dalam hidup nya Iis sangat berat untuk memutuskan sesuatu. Waktu selama tiga hari merupakan waktu yang cukup bagi nya untuk mempelajari sesuatu yang akan di putuskan mengenai Harga diri, keheromatan, bahkan nyawa orang lain. dalam hal ini ia harus sangat hati – hati mengambil keputusan, naluri nya mengatakan jika ia tidak mau di madu, namun jauh di lubuk hati nya, ia juga harus mempertimbangkan banyak hal, salah satu nya mengapa dirinya harus membagi cinta ?. titik permasalahan nya sangat jelas ia tidak perlu lagi bertanya serta menyanggah dengan apa yang telah di alaminya saat menjalin hubungan dengan Fery. Bukankah ia cinta ke dua Fery, sedangkan Suci adalah cinta pertama nya. Fery juga bukan tipe pria nakal, ia adalah pria yang bertanggung jawab serta setia. Ia juga tidak menghendaki ini akan terjadi, apa yang ia lakukan semata – mata karena ketulusan hati nya untuk menepati janji serta penyelamatan.

Tidak Bisa di bayangkan jika permintaan Suci tidak di kabulkan oleh iis, maka perasaan nya akan semakin hancur, bahkan sangat hancur sehingga tidak tampak lagi kepingan kepingan – kehancuran pada nya. Penderitaan yang selama ini ia alami harus segera di akhiri. Kesungguhan  menjaga kehormatan yang di milikinya selama ini akan mendapatkan imbalan yang sepantas nya dari orang yang ia kehendaki.

Pagi itu suasana rumah iis agak ramai, sepertinya akan ada acara di rumah tersebut. Beberapa orang terlihat hilir mudik keluar masuk rumah sambil membawa barang. Sementara di dalam rumah suasana tak kalah sibuknya, ada yang mengemasi perabotan, menyapu, memasak, serta banyak kesibukan yang lain. Sementara Fery dan Iis masih bearada pada ruangan lantai atas, mereka membicarakan perihal akad nikah yang akan di langsungkan.

“ Mas .” iis menegur Fery yang tampak agak murung.

“ Mas Jangan bersedih begitu dong. Adek kan sudah mengikhlaskan, jadi tidak ada yang perlu kita sedihkan. adek akan sangat bahagia bila mas menikahi Suci, karena mas bisa menolong nya dari keputus asaan  “.

Fery beranjak dari tempat duduk nya, ia mendekati lalu meraih tangan kanan iis dan mencium nya. ada tetesan bening yang serasa hangat di rasakan oleh iis pada tangan nya. tak urung lagi bola mata nya juga ikut berkaca – kaca, akhirnya meneteslah air mata keharuan yang menggelora di dalam dada. Dengan air mata yang terus menetes bagaikan rinai hujan, akhirnya Iis menjatuhkan kepala nya dalam pelukan Fery hingga beberapa saat lama nya.

“ Dek “.

“ Iya Mas”

“ Apa Suci sudah di kasih tahu kalau akad nikah nya nanti Ba`da Maghrib ?”.

“ Sudah. tadi adek sudah suruh dia datang pagi ini, paling lambat nya siang Ba`da Dzuhur”.

“ Dengan siapa ia kemari ?”.

“Bersama Wina mas. sebenarnya tadi adek sudah menawarkan kalau adek jemput. Tapi Suci tidak mau “.

“ Benar – benar Sungguh mulia hatimu dek. Walau Suci adalah calon madu mu, namun kau masih berlaku mulia terhadapnya. Aku bersyukur memiliki istri seperti dirimu. Semoga dengan kemuliaan hatimu,  hidup kita selalu mendapatkan rahmat dan berkah”.

“Amiin “.

Iis menadah kan ke dua telapak tangannya dan membasuhkan ke wajahnya seraya mengaminkan perkataan Fery.

Waktu telah menunjukkan pukul 13.30 menit. Namun Suci masih belum juga muncul. Fery Dan iis mulai gelisah. Berkali – kali mereka mencoba menghubungi Suci, namun nomornya nya tidak aktif. Kecemasan mulai menjalari perasaan Fery dan Iis. mereka hanya dapat pasrah serta sabar menunggu kedatangan Suci. Tiba – tiba Handphone Suci berdering dengan cekatan Suci mengangkat tanpa melihat siapa yang menelpon nya. Apa yang di bicarakan iis dan orang di seberang sana tidak begitu jelas. Fery yang berada di sisi jendela dan memperhatikan suasana siang hari di luar rumah hanya dapat mendengarkan suara iis dengan nada terkejut. Dan pada saat ia memalingkan diri ia melihat iis dengan tangan bergetar dan terkulai lemas bersandar pada dinding kamar. Iis tidak dapat berkata – kata ia sangat terkejut dengan berita yang barusan di sampaikan kepadanya. Beberapa saat Fery  mencoba untuk menenangkan Iis.

Segelas air putih cukup membuat iis agak tenang, meski wajahnya yang masih tampak pucat, namun ia sudah dapat berbicara walau agak terputus – putus.

“ Suci mas … Suci …dia…. “

“ Iya sayang…. Ada apa dengan Suci..?”

“ Suci Kecelakaan …sekarang dia di rumah sakit”.

“ ha…..”. Fery terkejut bukan kepalang ia tidak memiliki firasat sama sekali jika hari itu nasib buruk kembali akan menimpa Suci.

“sabar, Tuhan mungkin memberikan ujian ini kepada kita karena di sayang terhadap kita.”

Fery Hanya dapat memejamkan mata sambil menghembuskan nafas. guratan kekecewaan kembali menghiasi wajahnya. Ia tak habis fikir tentang teka – teki ilahi, mengapa meski ia alami tanpa henti.

“Sudahlah mas. Sekarang mari kita lihat Suci di rumah sakit”.

Fery, Iis, Hendra dan Agus bergegas menuju rumah sakit, meraka getar getir dengan keadaan suci. Dalam perjalanan menuju rumah sakit mereka tidak berbicara sepatah kata pun. Suasana hati yang amat mencekam menyelimuti pikiran mereka.

*******

Kondisi Suci ternyata sudah sangat Kritis.di ruaangan UGD tempat di mana Suci dirawat terlihat dokter dan para perawat sibuk berupaya menolong nyawa nya. Ia banyak mengeluarkan darah, ceceran darahnya merubah lantai porslen yang berwarna putih menjadi merah. tepat pada bagian bawah kepala nya yang bocor dan terus mengalirkan darah terdapat baskom. Tetesan demi tetesan darah mengalir ke dalam baskom dan seirama dengan detak jantung nya yang semakin melemah. Tubuhnya terbujur kaku dan terasa dingin. Walaupun harapan untuk tetap hidup sangat tipis namun para dokter dan perawat di ruangan tersebut masih berupaya sekuat tenaga untuk menolong nyawa nya agar tetap bertahan di raga nya yang menderita.

Melihat keadaan Suci yang  mengenaskan Fery Dan Iis hanya dapat pasrah. Air mata mereka lagi – lagi jatuh tak tertahan. Mereka tak kuasa mengenang derita yang telah di tanggung Suci selama ini, betapa sangat menderita nya Suci hingga di akhir hayatnya ia masih belum mendapatkan kebahagiaan secuilpun. Kemalangan yang terus mendera nya bertubi – tubi tiada henti dan kini kemalangan tersebut datang lagi pada nya dengan meminta semua yang ada pada diri nya.

Suasana di UGD sangat mencekam. Iis masih menitikkan air mata, sedangkan Fery tampak telah tegar. Dengan niat yang lurus dan mantap ia mendekati tubuh Suci yang bersimbah darah di atas ranjang. Para Dokter dan suster tampak sudah menyerah, upaya yang mereka lakukan sekian lama nya masih belum membuahkan hasil, Suci dalam keadaan sakratul maut.  sesekali nafas nya turun naik dengan cepat dan di iringi darah yang mengucur dari kedua hidung serta mulutnya. mata nya terbuka seakan – akan ingin mengiringi keluar nya sang sukma menembus selaksa bintang di angkasa. Fery tahu benar dengan keadaan tersebut, ia harus membantu untuk meringankan penderitaan yang sedang di tanggung Suci. Ia harus membantu melepaskan angan – angan Suci sehingga Suci Bisa pergi dengan tenang. Dengan Khusyuk dan di bantu oleh Pembimbing Rohani dari pihak Rumah sakit, Fery serta orang – orang yang berada di ruangan UGD tersebut kemudian membaca surah Yassin secara bersama – sama.

Surah Suci Al- Quran pun di lantunkan dengan irama yang serasi. Suasana Ruangan tersebut berubah menjadi sakral  karena surah Yassin yang di baca pada kali ini bertujuan untuk menenangkan jiwa sang hamba yang akan meninggalkan dunia. di harapkan angan – angan yang selama ini menggelayuti diri sang hamba menjadi sirna bersama perginya sang sukma ke alam baka dengan tenang dan rasa bahagia.

Suci tampak lebih tenang dari sebelumnya, mata nya yang redup bagaikan bola lampu yang akan padam tiba – tiba bergerak mencari sesuatu. Jari – jemarinya yang juga sangat lemah bergerak – gerak seakan – akan ingin meraih sesuatu. bibirnya bergerak – gerak ingin berkata – kata namun darah yang keluar dari mulutnya menghalangi pita suara nya sehingga bibirnya hanya bergerak – gerak dengan mengeluarkan suara yang menyayat hati.

Dengan susah payah Iis memegang erat tangan Suci dan membimbing nya untuk untuk dapat mengucapkan kalimat Tauhid di akhir hidup nya, meski hanya di dalam hati. Tak beberapa lama kemudian dengan tenang suci mengehembuskan nafas terakhirnya. Ia pergi dengan senyuman yang menyungging dan penuh dengan kerelaan. Seketika itu juga suara tangisan iis meledak ia menangis sambil memeluk tubuh Suci yang penuh dengan darah. Suasana ruangan penuh dengan rasa duka yang mendalam. Tetesan – tetesan air mata kembali jatuh dari sudut – sudut mata mereka yang ada di ruangan tersebut. Hari itu juga jenazah Suci di kebumikan dengan rinai air mata yang mengiringi kepergia nya.

Kini sang sukma telah meninggalkan sang raga yang selalu menderita dan terlunta – lunta karena cobaan dari yang maha kuasa. dengan segala karunia dan kerendahan hati ia selalu menjaga kehormatan dan keteguhan sampai akhir nafas. Kita do`akan semoga ia mendapatkan tempat yang layak di sisi Nya.

Amiin …ya rabbal a`lamin..

******

 

2 Hari 2 Malam Berlalu Dari Cucuran Air Mata

Dini hari Fery dan Iis tiba – tiba terkejut dari tidur nya. mereka saling berpandangan beberapa saat lama nya.

“ Adek bermimpi tentang Suci mas”.

“ Benarkah ?, aku juga sama dek. Coba kau ceritakan dulu bagaimana mimpimu”.

“Aku bermimpi seakan – akan mas menikah dengan Suci, ia merangkul dan memelukku lama. Ia bilang kalau dia sangat berbahagia Bisa menikah dengan mas Fery. Setelah itu ia meraih tangan kiriku dan melingkarkan Cincin dengan tanda “F” pada jari manisku. Aku tidak tahu apa maksudnya. Aku ingin bertanya namun tiba – tiba ia pergi meninggalkanku dengan senyum “.

Fery bertasbih beberapa kali memuji nama Tuhan. Mimpi yang di ceritakan oleh iis sama persis dengan mimpi yang di alami nya barusan. Ia juga menceritakan hal serupa yang di alaminya pada iis. sesaat iis dan Fery lagi – lagi hanya dapat bertasbih dan memuji keagungan tuhan yang memiliki segala rahasia jagad.

“ Dek. ada satu permintaan Suci yang harus kita penuhi ?”

“ Apa mas ?. “

“ Dia ingin agar ia tetap hidup di antara kita berdua”.

“Cara nya bagaimana mas “.

Fery beranjak dari tempat tidur ia buka Al – mari dan ia ambil kotak kecil dan ia mengambil cincin dengan tanda huruf  “F”. kemudian ia meraih tangan kiri iis dan memasukkan nya ke jari manis iis.

“ Dengan begini ia akan tetap hidup bersama kita”. Ucap Fery sambil ia mendekap tubuh Iis dengan penuh rasa kasih sayang, seperti ia menyayangi Suci.

Terkadang suratan Takdir memang terasa berat di terima oleh manusia. Namun begitulah perjalanan hidup seorang hamba di alam dunia yang berliku – liku, terjal, banyak cobaan, rintangan serta hambatan. Sebagai manusia yang bertuhan hendaklah kita renungkan bersama – sama, niscaya kita akan memperoleh hikmah dan rahmah di balik peristiwa. Hanya Dzat sang penciptalah yang tahu tentang rahasia jagad serta kejadian nya. Tak terkecuali kejadian yang menimpa pada diri Suci. Tuhan memanggilnya karena ia sayang kepada nya, kehidupan yang akan ia jalani mungkin akan terasa lebih sulit karena harus hidup dengan membagi cinta, walaupun ia bisa menerima jika ia menjadi nomor dua, namun naluri seorang wanita tetap tidak dapat untuk menerima. suatu saat jeritan hati akan timbul kepermukaan dan bisa menjadi bibit permasalahan besar sehingga selisih paham di antara nya tidak terelakkan. Dan tentunya Tuhan tidak menginingkan perselisihan tersebut. mungkin ini adalah cara bagi tuhan untuk memberikan jalan keluar yang baik dengan cara  memanggilnya. Semoga dengan segala perjuangan, keikhlasan dan ketulusan nya selama ini ia akan mendapatkan limpahan rahmat dan mendapat tempat yang layak di sisi Nya. Amiin

Tuhan lebih tahu mana jalan yang tebaik yang akan ia berikan bagi hamba nya. Hanya manusia yang berlapang dada dan sabarlah yang bisa memahami jalan yang di berikan oleh Nya. semoga kita termasuk dalam golongan orang – orang yang demikian.

**** =  S E L E S A I  =****



 

Satu respons untuk “NOVEL: Mega Merah Saksi Bisu: Takdir Kehidupan Yang berliku

Tinggalkan komentar